Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1

ADVERTISEMENT
Sekitar satu tahun lebih aroma perpolitikan kita, suhunya terus high voltage. Masyarakat dan kekuatan politik terbelah diranah masyarakat. Pihak pendukung petahana serta pendukung penantang secara ringan digolongkan antara spesies cebong dan kampret.
ADVERTISEMENT
Sesungguhnya pertikaian antar 'cebong vs kampret' sudah mulai surut sejak sekitar satu minggu pasca pengumuman hasil rekapitulasi Pemilu serentak pada 21 Mei lalu. Akan tetapi, pihak capres dan cawapres nomor urut 02, Prabowo-Sandiaga Uno masih saja bersikukuh sebagai pemenang. Bahkan kalaupun kalah, dikatakan akibat tindakan kecurangan yang dilakukan oleh pihak paslon capres-cawapres nomor urut 01, Jokowi-Maruf Amin.
Menggugat hasil Pilpres secara konstitusional melalui jalur pengadilan tentang PHPU di Mahkamah Konstistusi (MK) pun ditempuh. Akibatnya "perang di beragam media" berkibar lagi antara cebong dan kampret. Hingga diumumkannya penolakan seluruh gugatan/eksepsi yang diajukan oleh tim hukum Badan Pemenangan Nasional (BPN) capres-cawapres, Prabowo-Sandiaga Uno oleh majelis hakim MK.
Secara kebatinan juga psikologis, memang tak mudah untuk legawa menerimanya, tetapi upaya, harapan, dan realitas perjuangan politik adalah keniscayaan yang tidak bisa diabaikan karena keputusan para hakim MK bersifat final serta mengikat.
ADVERTISEMENT
Artinya, semua pihak yang cinta juga patuh pada negara wajib mematuhinya. Pasca penetapan Presiden dan Wakil Presiden hasil Pemilu 17 April lalu, yang dilaksanalan 30 Juni oleh KPU, selayaknya diikuti ucapan tulus saling memberi selamat antar paslon capres yang berkompetisi berikut para pendukungnya.
Takkan ada manfaat atau keuntungan apapun yang kelak didapat, bila pertikaian dan konflik masih dibiarkan saja bersemi diantara kedua kelompok pendukung yang bertebaran di beragam elemen publik.
Saat diakhiri dan bersama lagi berkontestasi membangun negeri, tidak cuma berkonflik dalam domain politik sempit, atau lembaga kekuasaan yang berjudul Pilpres. Selesai sudah era cebong dan kampret. Bina lagi silahturahim yang sempat terganggu, saatnya untuk saling sapa, saling terbuka, berangkulan juga berbagi pengalaman.
ADVERTISEMENT
Putusan MK terkini bukan semata-mata memuaskan syahwat politik pihak pemenang Pemilu saja, tetapi juga sebagai media kesatuan antar pihak yang selama ini terjurumus atau berseteru. Alias "CK" bukan lagi akronim cebong kampret, tapi berubah makna menjadi cari kawan. (jrs)
Bagindo Togar Bb
Pemerhati Politik Forum Demokrasi Sriwijaya