Konten Media Partner

Sumsel Jadi Lokasi Pelatihan Pengolahan Ekosistem Gambut

23 Januari 2025 21:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim ICRAF Indonesia saat menjelaskan cara permainan papan bernama H2Ours kepada peserta. Foto : Abdullah Toriq/Urban Id
zoom-in-whitePerbesar
Tim ICRAF Indonesia saat menjelaskan cara permainan papan bernama H2Ours kepada peserta. Foto : Abdullah Toriq/Urban Id
ADVERTISEMENT
Sumsel menjadi lokasi pelatihan inovatif dalam pengelolaan ekosistem gambut yang berkelanjutan. Menggunakan permainan papan bernama H2Ours, pelatihan ini bertujuan untuk menjelaskan pentingnya keseimbangan antara pemanfaatan ekonomi dan pelestarian ekosistem gambut kepada masyarakat. Permainan H2Ours di desain untuk menyimulasikan siklus hidrologi lahan gambut dengan cara yang mudah dipahami. Dalam setiap sesi, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan diberi tantangan untuk mengelola lahan gambut dengan mempertimbangkan dua sumber daya utama: uang dan air. Setiap keputusan yang diambil dapat membentuk kondisi ekonomi dan lingkungan, berpotensi menyebabkan risiko kebakaran lahan maupun banjir. "Permainan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan wawasan tentang bagaimana keputusan satu kelompok dapat mempengaruhi kelompok lain dalam pengelolaan ekosistem gambut."kata Ni’matul Khasanah, peneliti dari ICRAF Indonesia, Kamis 23 Januari 2025. Ni’ma menyebutkan pula betapa pentingnya masyarakat memahami dampak dari perubahan fungsi ekosistem tersebut, terutama akibat konversi lahan dan pembangunan infrastruktur melalui permainan H2Ours. "Walaupun secara teknis ada yang menang dan yang kalah dalam permainan ini – namanya juga permainan – H2Ours sebenarnya ingin mendorong pemain untuk berpikir tentang lahan gambut sebagai suatu lanskap atau bentang alam, di mana keputusan yang dibuat oleh satu pihak berdampak pada pihak lain,” kata Ni’ma. Dia menegaskan lokasi Sumsel dipilih dengan cermat, mengingat provinsi ini memiliki lahan gambut yang luas, meski kini luas tersebut semakin berkurang karena kebakaran, deforestasi, dan perubahan penggunaan lahan. "Dari data yang ada, luas lahan gambut di Sumsel merosot dari 2,1 juta hektare pada tahun 2017 menjadi hanya 1,7 juta hektare pada tahun 2024,"kata dia. Sementara itu, Kepala Bidang Perencanaan Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati DLH Banyuasin, Martini Yulia, berharap pelatihan ini dapat memperkaya pemahaman pihaknya dalam menyusun Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut (RPPEG). “Pelatihan ini sangat membantu kami untuk lebih memahami langkah-langkah kebijakan dalam meningkatkan fungsi ekosistem gambut ke depan,” ujarnya. Apalagi Kabupaten Banyuasin, yang dikenal memiliki ekosistem gambut yang berfungsi sebagai pelindung sekaligus budidaya, menghadapi tantangan dalam pemanfaatan lahan. Banyak kegiatan budidaya yang berlangsung di area yang seharusnya berfungsi sebagai zona perlindungan. "Pelatihan ini dinilai penting untuk menjamin bahwa dokumen RPPEG yang disusun mampu berjalan sesuai tujuan dengan pendekatan yang berkelanjutan, " kata dia.
ADVERTISEMENT