Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten Media Partner
Tepis Ridwan Saidi, Arkeolog: Prasasti Sriwijaya Berbahasa Melayu Kuno
29 Agustus 2019 16:29 WIB
ADVERTISEMENT
Balai Arkeologi Sumatera Selatan menanggapi pernyataan budayawan Betawi, Ridwan Saidi, yang menyebutkan bukti prasasti Kerajaan Sriwijaya ditulis dengan menggunakan Bahasa Armenia. Selain itu, budayawan yang akrab disapa 'Babe' tersebut mengatakan bahwa arkelog sudah salah menafsirkan prasasti Sriwijaya.
ADVERTISEMENT
Peneliti Balai Arkeologi Sumsel, Retno Purwanti, mengatakan semua prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ditulis menggunakan aksara atau huruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno. Hal tersebut tentu bertentangan dengan apa yang dinyatakan Ridwan Saidi.
"Dia (Ridwan Saidi) itu ngelantur. Memang bisa baca aksara Pallawa dan paham Bahasa Melalu Kuno," katanya, Kamis (29/8)
Retno menjelaskan prasasti pertama yang menyebutkan nama Sriwijaya adalah Prasasti Kota Kapur pada tahun 1892 oleh seorang peneliti bernama Kern. Nama Sriwijaya sendiri mulanya diidentifikasi sebagai nama seorang raja.
Tulisannya yang mengulas hal itu terbit pada tahun 1913. Kemudian, pada tahun 1918, George Coedes juga menerbitkan tulisan dengan judul Le Royueme Sriwijaya yang mengidentifikasi nama Sriwijaya sebagai sebuah kerajaan.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, penyataan tersebut didukung dengan penemuan Prasasti Kedukan Bukit yang mencatatkan tiga penanggalan. Namun, yang populer yakni menyebutkan vanua Sriwijaya pada tanggal 16 Juni 682 (konversi masehi). Selain itu, ada prasasti Telaga Batu yang menyebut struktur wilayah dan struktur birokrasi Sriwijaya.
"Ditambah lagi ditemukannya Prasasti Talang Tuo berangka tahun 686 Masehi tentang Taman Sriksetra. Selanjutnya, Prasasti Bukit Siguntang, Boom Baru, Sabokingking, Kambangunglen, dan lain sebagainya," katanya.
Lalu, kata Retno, temuan terbaru adalah Prasasti Kota Kapur II, Baturaja, dan Siddhayatra. Semuanya ditemukan di Palembang. Selain itu, para peneliti juga menemukan 19 situs yang beberapa di antaranya sudah di-dating dengan carbon (carbon dating) atau C14, dan diperoleh penanggalan 650-686.
"Semua masih satu zaman dengan Prasasti Kedukan Bukit dan Talang Tuo," katanya.
ADVERTISEMENT
Retno menambahkan, ada banyak temuan arca yang gaya seninya dari abad ke-9. Kalau arca yang dari abad ke-7 itu, Arca Buddha dari Bukit Siguntang. "Masih banyak bukti lainnya yang mendukung bahwa pada abad ke-7-10 Masehi Kedatuan Sriwijaya ada di Palembang," katanya. (jrs)