Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Tradisi Ngidang Palembang Segera Didaftarkan ke UNESCO
27 November 2019 8:17 WIB

ADVERTISEMENT
Pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Kebudayaan akan mendaftarkan tradisi Ngidang atau biasa disebut Ngobeng sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Tradisi ini juga segera didaftarkan ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Palembang Zanariah mengatakan, kegiatan ini merupakan tradisi yang sudah lama dan kembali diangkat agar anak-anak muda Palembang agar lebih mengenal tradisi dan budaya daerah.
"Tahun depan acara Ngidang ini akan di daftarkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB), setelah itu juga akan didaftarkan ke UNESCO sehingga tidak bisa diakui oleh daerah lain," kata Zanariah.
Makanan khas Palembang yang dihidangkan yakni, Malbi, Nasi Kuning, Sambal Nanas, Ayam Kecap, dan beberapa makanan lain seperti Burgo. "Kami juga akan mendaftarkan makanan khas asal Palembang yaitu Burgo, sebab Burgo juga menjadi salah satu menu makanan yang di sajikan pada tradisi Ngidang," katanya.
Zanariah bilang, tradisi ini jangan sampai punah, dengan cara ini akan mengangkat budaya kekeluargaan. Tidak perlu antre, bisa bergantian saling menyambut piring. Cara ini merupakan hal yang terlihat biasa namun dibalik itu ada nilai sejarah pada tempo dulu.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota, Ratu Dewa melalui Staf Ahli Wali Kota Palembang Bidang Ekonomi Pendapatan Daerah, Hukum dan HAM, Altur Febriyansyah menyebutkan tradisi ini memilik makna yang mendalam yakni kebersamaan dan kerja sama..
"Sebelum makan, secara bersama-sama menghidangkan atau menyajikan makanan, kemudian dalam satu hidangan terdiri dari delapan orang. Ada unsur gotong royong di sini dan juga dapat menjalin komunikasi tanpa memperhatikan status sosial, semuanya rata duduk bersila," kata Altur.
Altur menuturkan tradisi ini menjadi wahana menumbuhkan semangat dan motivasi dalam melestarikan adat istiadat agar tetap tumbuh dan berkembang. Nantinya tradisi ini akan menjadi agenda tahunan dan akan menjadi daya tari wisatawan berkunjung ke Palembang.
Salah satu tokoh adat Palembang RM Ali Hanafiah menambahkan, tradisi Ngidang biasanya dilakukan saat kegiatan hajatan. Tradisi ini masih ditemui di beberapa tempat di Palembang seperti di kawasan Seberang Ulu dan Tangga Buntung,
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang Sejarah Dinas Kebudayaan Ismail menambahkan sejarah ngidang makan ini berawal dari Arab, namun pada zaman kesultan Demangan cara tersebut dibuat berbeda jika dalam budaya Arab semua hidangan dijadikan satu sedangkan dengan cara sendiri di Palembang lauk-pauk semua terpisah tidak dijadikan satu.
"Untuk di Palembang sendiri kebudayaan ini masih melekat di kawasan Tangga Buntung, 13-14 ulu yang masih mempertahankan tradisi tersebut ditengah kemajuan zaman. Inilah yang menjadi tugas utama kami untuk kembali memperkenalkan warisan budaya serta mempertahankannya," kata Ismail. (eno)