Tradisi Penyembelihan Kambing Hitam Saat Puncak Perayaan Cap Go Meh

Konten Media Partner
18 Februari 2019 20:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pengunjung yang tengah sujud di depan altan Siti Fatimah (foto : Urban Id)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pengunjung yang tengah sujud di depan altan Siti Fatimah (foto : Urban Id)
ADVERTISEMENT
Setiap puncak perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro, Palembang, ada tradisi khusus yang wajib untuk dilakukan. Yakni penyembelihan kambing jantan berwana hitam. Ritual ini sudah menjadi tradisi dan ciri khas perayaan puncak Cap Go Meh.
ADVERTISEMENT
Tokoh Budayawan Tionghoa Palembang, Harun mengatakan, tradisi menyembelih kambing hitam ini sudah berlangsung dari ratusan tahun yang lalu, dan menjadi ciri khas dalam perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro. “Tiap daerah itu punya ciri khasnya masing-masing. Nah, di Palembang ya menyembelih kambing jantan hitam,” katanya, Senin (18/2).
Menurutnya, alasan memilih kambing jantan hitam sendiri berdasarkan permintaan dari leluhur dan sudah dijalankan dari turun temurun. Selain itu, leluhur Siti Fatimah yang disemayamkan di Pulau Kemaro sendiri merupakan muslim, sehingga untuk menghormatinya dipilihlah kambing yang dianggap halal bagi umat muslim.
Kemudian, proses penyembelihan kambing jantan hitam itu sendiri dilakukan di depan altar leluhur Siti Fatimah dan tepat pada pukul 00.00 WIB. “Jadi sebagai tanda perhomatan kepada leluhur, dan rasa terima kasih kita karena di tahun sebelumnya sudah diberkahi serta dimudahkan rezeki,” kata Harun yang juga merupakan Humas Pulau Kemaro ini.
ADVERTISEMENT
Dia melanjutkan, memang saat puncak perayaan Cap Go Meh ada 150 ekor kambing yang tidak semuanya berwarna hitam disembelih. Hanya saja, khusus untuk pemotongan pertama kali harus lah yang jantan dan seluruhnya berwarna hitam. “Nah daging kamping yang disembelih tersebut nantinya akan dibagikan untuk umat tidak boleh dikomersilkan,” katanya.
Meski demikian, Harun membantah jika ada bagian-bagian tubuh dari kambing yang disembelih tersebut dipergunakan untuk hal-hal tertentu. Misalnya cerita soal darah kambing yang dipergunakan untuk ritual kesuksesan dalam bisnis atau sebagainya. “Kami tentu tidak memperkenankan hal-hal semacam itu. Tapi kalau pun ada diastikan itu adalah perbuatan oknum,” katanya.
Sementara terkait puncak perayaan Cap Go Meh sendiri, kata Harun, berlangsung lancar tanpa adanya hambatan berarti. Apalagi, suasana di Pulau Kemaro lebih semarak dengan hiasan lampion dan puluhan stan hiburan
ADVERTISEMENT
Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Sumsel, Kurmin Halim menambahkan, penyembelihan kambing hitam saat puncak perayaan Cap Go Meh di Pulau Kemaro lebih kepada tradisi untuk menghormati leluhur. Terkait mengenai adanya pengguaan bagian-bagian dari kambing tersebut untuk sesuatu, itu lebih kepada sugesti dari masing-masing orang. "Jadi tidak ada kewajiban, Hanya saja yang tidak boleh itu kalau potongan dari kambing tersebut dikomersilkan," katanya.(bwo/jrs)