Konten dari Pengguna

Menulislah, karena Ia Perbuatan Mulia

Urip Widodo
Karyawan PT Dirgantara Indonesia.
10 Juni 2023 14:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Urip Widodo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Aktivitas menulis, sumber foto: pexels-picjumbocom-210661
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas menulis, sumber foto: pexels-picjumbocom-210661
ADVERTISEMENT
Percayakah Anda kalau saya katakan menulis itu perbuatan sangat mulia?
ADVERTISEMENT
Baik!
Anda percaya atau tidak, saya tetap akan menjelaskan alasannya.
Pertama, tahukah Anda di Al-Quran, ayat yang terpanjang ayat menjelaskan tentang apa?
Jawabannya adalah tentang menulis, tepatnya perintah untuk menulis.
Betul! Saya tidak membual. Cek saja di Al-Quran, ayat ke-282 dari surat al-Baqarah. Di antara 6.236 ayat Al-Quran, ayat tersebut yang paling panjang. Panjangnya satu halaman penuh. Dan, untuk membuktikan isinya tentang tulis-menulis, baiklah saya kutip terjemahnya.
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah (jual-beli, utang-piutang, sewa-menyewa, dll.) tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu 'amalahmu itu), kecuali jika mu 'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
ADVERTISEMENT
Firman Allah Swt di atas menjelaskan begitu pentingnya aktivitas tulis-menulis, walaupun konteksnya di ayat tersebut, untuk mendokumentasikan sebuah transaksi; jual-beli, utang-piutang, atau sewa-menyewa. Namun, justru di situlah terlihat sangat pentingnya peranan aktivitas menulis, sebagai ‘pengaman’ apabila terjadi hal yang tidak diinginkan dalam transaksi-transaksi tersebut.
Kedua, tahukah Anda bahwa al-Qalam (pena, alat untuk menulis) adalah benda yang pertama kali diciptakan oleh Allah Swt di dunia ini, sebelum Dia menciptakan yang lain?
Di dalam kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah, di bab tentang penciptaan langit dan bumi dan seisinya, dijelaskan bahwa, walaupun terdapat perbedaaan pendapat, sebagian para ulama berpendapat al-Qalam diciptakan terlebih dahulu sebelum semua makhluk.
Para ulama tersebut menggunakan alasan dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi, dari Ubadah bin Shamit, yang berkata,
ADVERTISEMENT
Rasulullah Saw bersabda, ‘Sesungguhnya yang pertama kali diciptakan oleh Allah Swt adalah al-Qalam, kemudian Dia berkata kepadanya: Tulislah! Maka ia melaksanakannya pada waktu itu sebagaimana ia diciptakan sampai hari kiamat’.”
Jelas sekali hadis di atas menyebutkan al-Qalam (alat untuk menulis) adalah benda pertama yang diciptakan Allah Swt, dan karena kemudian al-Qalam diperintahkan untuk menulis, maka dengan demikian menulis adalah aktivitas pertama makhluk di dunia ini.
Sebenarnya dengan dua landasan di atas, Al-Quran dan Hadis, sudah cukup meyakinkan Anda bahwa aktivitas menulis adalah perbuatan yang mulia.
Namun, jika Anda merasa kurang yakin juga, mari kita lihat landasan ketiga, yaitu fakta sejarah.
Di perang Yamamah, perang melawan orang-orang yang murtad (keluar dari Islam), banyak dari kalangan kaum muslimin yang gugur. Dan, di antara yang meninggal di medan perang tersebut ada beberapa orang yang dikenal sebagai penghafal Al-Quran.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana kita ketahui, ketika Rasulullah Saw menerima wahyu dan menyampaikannya kepada umatnya, beliau menyampaikannya secara lisan, lalu para sahabat menghafalkannya, sebagian kecil ada yang menuliskannya di daun lontar, tembikar atau benda apa pun yang bisa dijadikan sebagai media tulis.
Ketika para penghafal Al-Quran banyak yang meninggal di perang Yamamah, maka Abu Bakar sebagai Khalifah, berinisiatif (ber-ijtihad) atau mengambil keputusan untuk mengumpulkannya ayat-ayat Al-Quran yang berceceran dan menuliskannya kembali menjadi sebuah mushaf (kitab).
Fakta sejarah yang menunjukkan pentingnya aktivitas menulis, karena dengannya, kita sekarang dapat membaca Al-Quran secara lengkap dan mudah.
Landasan keempat, dengan aktivitas tulis-menulis yang dilakukan para ulama terdahulu dan dilanjutkan secara estafet oleh murid-murid mereka, kita sekarang dapat dengan mudah mengetahui perbuatan dan ucapan Rasulullah Saw (sunnah), yang semuanya harus dijadikan acuan saat kita beribadah maupun ber-mu’amalah (sosial).
ADVERTISEMENT
Semoga Anda semakin yakin, bahwa menulis adalah aktivitas yang mulia, bahkan sangat mulia. Jadi, jangan ragu lagi, mari kita menjadi bagian dari orang-orang yang melakukan aktivitas mulia ini.
______________
Referensi
- Al-Quran al-Karim
- Kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah jilid 1