Konten dari Pengguna

Cemas Berlebihan? Hindari Self Diagnosis!

Usamah Mujahid
Mahasiswa Psikologi UIN Jakarta
14 Desember 2022 23:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Usamah Mujahid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : https://pixabay.com/id/photos/menekankan-kecemasan-depresi-2902537/
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : https://pixabay.com/id/photos/menekankan-kecemasan-depresi-2902537/
ADVERTISEMENT
Sering merasa gundah karena hal-hal kecil? Sudah mencoba healing, tetapi beban pikiran tetap menghantui? Kemudian, kamu bertanya-tanya apakah sedang menderita gangguan psikologis tertentu, lalu mencoba mencari di internet dan mendapati banyak gangguan kejiwaan atau indikasi penyakit yang relevan dengan kondisi kamu saat ini? Sebelum menilai sesuatu dengan pendapat diri sendiri, kamu harus tahu lebih dulu mengenai cemas. Berikut penjelasannya.
ADVERTISEMENT

Apa Kecemasan itu?

Kecemasan adalah permasalahan umum. Orang dewasa, remaja, dan anak-anak pasti merasakan cemas. Secara umum, kecemasan merupakan gangguan psikologis yang berupa rasa takut, khawatir, prihatin, dan rasa gugup. Jika dalam taraf kecil atau tidak sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, kecemasan merupakan hal yang biasa dan normal bagi semua orang.
Apabila rasa cemas sudah mengganggu aktivitas, seperti mudah marah, tersinggung, sedih, fokus mudah terpecah, ketakutan, tangan dan kaki sering berkeringat, bahkan sampai pusing, mual, dan muntah maka hal tersebut sudah tidak lumrah dan harus mendapatkan penanganan tertentu.
ADVERTISEMENT

Penyebab dan Cara Mengatasi Rasa Cemas

Menurut pendapat ahli, penyebab kecemasan belum diketahui sepenuhnya, tetapi terdapat beberapa faktor pemicu yang menyebabkan kamu mengalami kecemasan, seperti beberapa contoh berikut:
1. Faktor genetik, biasanya berupa penyakit bawaan atau keturunan.
2. Keadaan lingkungan, seperti di kantor, kampus, sekolah, dan keluarga yang tidak mendukung.
2. Kondisi medis, seperti sedang mengidap penyakit tertentu atau efek samping dari konsumsi obat-obatan.
Setelah mengetahui faktor yang menjadi pemicu rasa cemas, kamu juga perlu mengetahui bagaimana cara mengatasi kecemasan.
1. Mengelola stres, manajemen waktu dianggap mempengaruhi tingkat kecemasaan. Kamu dapat mulai membuat pola dan urutan dalam melakukan pekerjaan.
2. Berolahraga dinilai cukup mampu menurunkan kadar stres karena ketika berolahraga, kamu mengeluarkan keringat dan melancarkan peredaran darah sehingga metabolisme tubuh menjadi lebih baik.
ADVERTISEMENT
3. Mencari dukungan, seperti bergabung dengan komunitas atau bercerita tentang hal-hal yang membebani pikiranmu kepada orang terdekat.

Bahaya Self Diagnosis

Self diagnosis adalah suatu kondisi seseorang yang mengalami gangguan atau indikasi penyakit tertentu mencoba mencari tahu sendiri arti dari gejala-gejala yang dirasa dan memberikan asumsi mengenai gejala-gejala tersebut. Self diagnosis merupakan tindakan yang berbahaya karena apabila salah mengartikan sebuah penyakit atau gangguan psikologis, akan menambah rasa cemas yang baru.
Self diagnosis semakin memberikan dampak buruk apabila seseorang yang mengalami gangguan atau penyakit tertentu sampai menggunakan metode terapi atau mengonsumsi obat-obatan atas hasil kesimpulan yang diperoleh. Self diagnosis biasanya terjadi ketika seseorang yang mengalami sebuah gejala penyakit atau indikasi gangguan kejiwaan mencoba mencari tahu sendiri melalui media internet, seperti ketika suasana hati kamu yang tiba-tiba berubah, lalu mencoba mencari tahu di internet. Setelah membaca, kamu merasa terdapat kemiripan dengan gejala bipolar sehingga kamu berspekulasi bahwa kamu mengidap bipolar, padahal belum tentu benar. Hal tersebut dapat berdampak buruk karena alih-alih mendapat jawaban atas gangguan yang kamu alami, kamu justru mendapat rasa cemas yang baru.
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya, seseorang dianjurkan menghindari Self diagnosis karena dampaknya berbahaya. Jika mengalami gangguan atau indikasi penyakit tertentu, alangkah lebih baiknya menemui dan berkonsultasi kepada ahli agar mendapatkan penanganan yang sesuai.
Usamah Mujahid, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta.