Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Memahami Sukuisme dan Bhineka Tunggal Ika
12 Mei 2025 17:16 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari MJ Trisna Adrianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Bhinneka Tunggal Ika itu sesuatu yang khayal dan sulit untuk digapai. Menurut penulis, semboyan Bhineka Tunggal Ika baik apabila masyarakat Indonesia mempelajari secara mendalam sehingga melekat dalam sanubarinya.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, sebagian masyarakat Indonesia tidak benar benar memahami moto tersebut. Karena Bhinneka Tunggal Ika dikenal hanya sebagai semboyan, jargon, atau moto. Tidak ada turunan dari semboyan tersebut misalnya berupa mata pelajaran khusus tentang Bhinneka Tunggal Ika.
Akibatnya muncul karakter yang tidak baik pada masyarakat salah satunya Sukuisme. Memang tidak ada masalah mempelajari sejarah dan cinta terhadap sukunya, asal usul leluhurnya, adat istiadat, dan lain sebagainya. Mengenal kehebatan leluhur, Mengagungkan Adat dan Budaya, Takjub dengan sejarah sukunya merupakan hal normal sebagai masyarakat yang beradat dan berbudaya
Kekhawatiran muncul ketika fanatisme terhadap suku tersebut tidak dibarengi pengetahuan bahwa ada entitas lain yang juga memiliki sejarah dan latar belakang yang tak kalah hebat dengan kelompoknya. Sikap prematur dalam memahami secara kompleks bahwa ada banyak suku di Indonesia akan memunculkan konflik sosial.
ADVERTISEMENT
Di negara-negara barat kehebatan seseorang itu ada pada masing-masing individu, berbeda dengan negara kita yang justru kehebatan itu sering kali muncul pada kelompok khususnya suku. Artinya satu kesatuan individu yang komunal membuat satu sama lain tak terpisahkan.
Akibatnya ketika terjadi suatu persoalan yang sebenarnya persoalan ini hanya masalah antar pribadi menjadi persoalan antar clan. Misalnya seseorang yang mungkin melakukan pelecehan secara verbal kepada seseorang yang tidak ada kaitan sama sekali dengan suku, namun hal ini berubah seolah-olah kalau seseorang melecehkan dirinya berarti telah melecehkan sukunya. Sehingga persoalan seperti ini menjadi meluas, mengakibatkan orang yang awalnya tidak ada kaitan menjadi ikut terlibat.
Tindakan sukuisme ini bisa menjadi mengerikan apabila tidak dibarengi sikap ke-Bhinekaan. Potensi ekstrim dari sukuisme adalah perbuatan secara verbal dan perbuatan secara tindakan. Perbuatan secara verbal adalah perkataan yang mengandung SARA. Sedangkan perbuatan ekstrim secara tindakan adalah ethnic cleansing, anarkisme, serta perang antar suku.
ADVERTISEMENT
Mendalami nilai Bhineka Tunggal Ika merupakan solusi dari persoalan ini. Memahami bahwa ada banyak keberagaman dan mendalami secara kompleks perbedaan serta sejarah diluar kelompoknya akan menimbulkan sikap saling menghormati dan toleransi.