Konten dari Pengguna

Pergulatan Cinta dalam Novel 'Kalau Tak Untung' Karya Selasih

Fira Deyanti
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Jakarta
29 Oktober 2023 23:29 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fira Deyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Rasmani, tokoh utama pada novel “Kalau Tak Untung” adalah seorang perempuan yang berpendidikan. Pada masanya, pendidikan adalah hal yang jarang dikenal oleh masyarakat, tetapi keluarga Rasmani adalah penentang akan fakta itu. Hingga begitu Rasmani menempuh pendidikan, ia bertemu dengan seseorang yang akhirnya membuat keduanya begitu dekat layaknya saudara kandung.
ADVERTISEMENT
Masrul, sosok yang menganggap Rasmani adalah adiknya begitu menyayangi dan mencintai Rasmani, hingga segalanya ia lakukan untuk Rasmani. Semua yang ada pada diri Rasmani, begitu dikenalnya dan disukainya. Rasmani yang pandai membaca, pemikirannya yang tajam, budinya yang baik, dan segala sifat yang menurut Masrul tidak dimiliki perempuan lain. Pada intinya, cintanya itu adalah cinta perempuana, cinta ibu, cinta adik, cinta istri, cinta sahabat, yang tak lapuk oleh panas yang tak hancur oleh hujan.
Namun, kisah kehidupan tidaklah semulus mengalirnya air tanpa pembatas. Selepas menuntaskan pendidikan, Masrul diterima bekerja sebagai jurutulis di Painan. Masrul mendapat izin dari orang tuanya untuk merantau, dengan syarat ia harus mau menikahi sepupunya bernama Aminah. Aminah adalah seorang anak dari keluarga yang kaya dan terpandang, hanya saja seperti masyarakat umumnya, ia juga menganggap rendah pendidikan.
ADVERTISEMENT
Pikiran Masrul terbilang maju, karena pada pandangannya pendidikan adalah salah satu cara menempuh kesuksesan. Hingga yang ia inginkan adalah perempuan terpelajar yang minimal bisa membaca layaknya Rasmani. Karena Aminah masih jauh dari kriterianya, maka Masrul meminta keringanan pada orang tuanya untuk memberinya waktu selama dua tahun, hingga ia bisa menerima Aminah, dan selama dua tahun itu pula Masrul memberi syarat agar Aminah bisa menyesuakian kriterianya, yaitu bisa membaca.
Setelah Masrul mendapat izin dari orang tua, dan sebelum ia berangkat ke Painan, pada hari sibuknya ia menyempatkan mencari pekerjaan untuk Rasmani menjadi guru. Tidak tenang hati Masrul jika ia meninggalkan Rasmani dengan keadaan Rasmani yang tidak pasti pekerjaannya. Begitu Berhasil mendapatkan pekerjaan untuk Rasmani, betapa bahagia dan sedih bercampur menjadi satu dalam diri Rasmani. Rasmani bahagia, lantaran Kakaknya Masrul akan bekerja sesuai keinginannya menjadi jurutulis dan begitu pula dengan dirinya yang akan menjadi guru. Rasmani juga sedih, lantaran ia akan ditinggal Masrul, sosok yang selalu ada untuknya.
ADVERTISEMENT
Bonjol-Painan nyatanya tidak berhasil memisahkan Rasmani dan Masrul, karena begitu Masrul tinggal di Painan keduanya tetap bertukar kabar melalui surat dengan sangat sering. Hingga suatu waktu, Masrul mengirimkan surat dengan isi permintaan kepada Rasmani agar mau mengajari Aminah belajar membaca. Saat membaca surat dari Masrul tersebut, entah mengapa Rasmani merasakan hatinya sesak sekaligus kecewa. Namun, meski dengan berat hati Rasmani tetap mengiyakan permintaan kakaknya itu.
Singkat cerita, diiringi dengan perjalanan waktu yang panjang Masrul diminta untuk menjadi menantu dari keluarga yang kaya raya dan terpandang. Selain faktor keluarga yang memang baik, seseorang bernama Muslina yang akan dijodohkan pun memiliki rupa yang indah. Karena merasa kebingungan, ia meminta saran kepada adiknya, yaitu Rasmani sosok yang selalu ia utamakan di segala situasi termasuk situasi bingung tersebut.
ADVERTISEMENT
Jawaban Rasmani sangat cerdas, dan kecerdasannya itulah yang selalu membuat Masrul bangga sekaligus sayang pada adiknya itu. Jawaban Rasmani pada intinya, “Kakanda bebas memilih, asalkan tidak tergoda pada keindahan rupa, harta, dan jabatan, tetapi pikirkanlah kebahagiaan Kakanda kini dan nanti. Sejatinya rupa, harta, dan jabatan tidak bisa membuat bahagia dengan kekal.”
Saat hendak memberi keputusan, pikiran Masrul terbagi pada Aminah, Rasmani, dan juga Muslina. Entah mengapa, di waktu dekat itu Masrul merasa jika ia memiliki perasaan lain yang lebih pada Rasmani, tetapi ia sangkal rasa itu karena baginya Rasmani adalah adiknya. Akhirnya, dengan keputusan yang menurut Masrul benar, ia pun mengirim surat kepada orang tuanya serta keluarga Aminah sebagai permintaan restu dan maaf karena ia memilih Muslina dan mengingkari janjinya untuk menikahi Aminah. Tidak lupa, ia juga mengirim surat kepada Rasmani dengan perasaan yang campur aduk.
ADVERTISEMENT
Rasmani dan Aminah yang pada akhirnya menjadi dekat karena terikat untuk belajar membaca, kini sama-sama merasa kecewa kepada satu orang yang sama. Rasmani begitu paham akan apa yang Aminah rasakan, karena bagaimana pun tujuan utama Aminah belajar membaca adalah karena Masrul, tetapi kini setelah Aminah berhasil bisa membaca, Masrul justru mengkhianati janjinya. Intinya, begitu banyak orang yang dibuat kecewa oleh keputusan Masrul tersebut.
Kembali menyingkat cerita, tiga tahun setelah menikah Masrul merasa penuh penyesalan karena menikah dengan Muslina. Padahal, jawaban dari orang tuanya begitu jelas rasa kecewa dan sakit hati atas pilihan yang ia ambil. Begitu pula dengan Rusmani yang meskipun ia men-suport pilihan Masrul, tetapi sangat terlihat juga rasa kecewa dari surat yang ditulisnya. Hingga akhirnya, ini lah yang ia rasakan. Menyesal dan putus asa.
ADVERTISEMENT
Mendapat cacian, hinaan, bahkan perlakuan kasar dari Muslina sudah ia rasakan selama tiga tahun ini. Semula ia terima saja dan bersabar karena ini adalah pilihan yang ia ambil bahkan tanpa restu dari orang tua. Akan tetapi semakin lama, kesabarannya mulai terkuras dan ia sadar harus sampai kapan ia menerima perlakuan Muslina yang seperti itu. Akhirnya karena putus asa, Masrul seperti kehilangan jati dirinya sendiri. Semua kebiasaan baik ia tinggalkan seperti solat, dan kegiatan buruk ia lakukan seperti minum bir.
Penyesalan terbesar Masrul adalah, seharusnya ia menikahi Rasmani, sosok yang sudah ia ketahui lahir dan batinnya, sosok yang begitu memahami dan menghargainya, dan sosok yang hingga saat ini tidak tergantikan posisinya di hati Masrul. Kini ia sadar, jika perasaannya pada Rasmani memang lah tidak sekedar rasa cinta dari kakak kepada adik, melainkan lebih dari itu. Bahkan ia rasa, Rasmani pun memiliki perasaan yang sama pada dirinya. Dan betapa jahat dan bodohnya ia yang justru memilih Muslina. Tidak terbayang betapa sakitnya hati Rasmani jika memang ia memiliki perasaan yang sama dengan Masrul.
ADVERTISEMENT
Lagi-lagi dengan keputusan yang sepihak, Masrul memutuskan untuk menceraikan Muslina dan balik ke kampungnya, Bonjol. Begitu sampai, ia langsung mendatangi rumah Rasmani dan disambut dengan air mata rindu oleh Rasmani dan keluarga. Sebelum akhirnya Rasmani dibuat kecewa atas informasi yang diberikan oleh Masrul, bahwa ia menceraikan Muslina. Rasmani sadar akan rasa cintanya pada Masrul, tetapi sungguh ia tidak ingin jika Masrul sampai meninggalkan anak dan istrinya di Painan. Namun rasa kecewanya itu segera diobati oleh penjelasan Masrul mengenai alasannya meninggalkan Muslina.
Kedatangan Masrul kembali kemudian diterima oleh semua orang yang dibuatnya kecewa, bahkan pernyataan niatnya untuk kemudian menikahi Rasmani pun direstui. Namun, meskipun Masrul dan Rasmani sudah sama-sama yakin untuk bersama, lagi-lagi Rasmani dibuat bingung oleh Masrul karena ia yang tidak kunjung menikahinya. Hingga beberapa bulan kemudian barulah Masrul berkata jika ia belum siap menikahi Rasmani karena ia belum memiliki pekerjaan karena berhenti dari pekerjaan jurutulis di Painan.
ADVERTISEMENT
Bukan Rasmani jika tidak sabar, ia pun kembali ikhlas dibuat menunggu oleh Masrul. Hingga ia kembali diberi harapan oleh Masrul bahwa ia akan pergi ke Medan untuk mencari kerja, dengan janji jika ia sudah memiliki pekerjaan tetap maka ia akan menjemput Rasmani menyusulnya ke Medan. Namun, hingga setahun lamanya Masrul tidaklah membawa Rasmani ke Medan, bahkan kabar kepada Rasmani pun tidak ada ia berikan.
Rasmani mulai putus asa karena lelah menunggu Masrul sebegitu lamanya. Di saat kecewanya begitu membuncah kepada Masrul, datang lah sebuah surat darinya setelah sekian lama hilang kabar. Begitu surat itu dibaca, betapa bertambahnya rasa kecewa Rasmani kepada Masrul, karena pada isinya Masrul meminta agar Rasmani tidak lagi menaruh harapan padanya, dan jika memang ada lelaki lain yang meminta Rasmani maka terimalah saja. Sakit dan kecewanya Rasmani, membuatnya sakit demam hebat.
ADVERTISEMENT
Keadaan Rasmani semakin buruk setiap harinya, dan dokter bilang jika ada masalah pada jantungnya. Saat Rasmani sakit, surat dari Masrul kembali datang dengan kalimat penyesalan akan suratnya yang terdahulu. Masrul bilang, jika surat sebelumnya adalah bentuk dari putus asanya ia lantaran masih belum mendapat kerja setelah satu tahun di Medan. Dan tujuan dikirimnya surat itu adalah untuk meminta Rasmani pergi ke Medan karena pada hari itu ia telah mendapat kerja.
Bukannya bahagia, Rasmani justru semakin kecewa dan sakitnya semakin parah. Bagi Rasmani, ia bagaikan dipermainkan oleh Masrul, sosok yang selama ini begitu ia percaya. Karena Rasmani merasa payah, akhirnya yang membalaskan suratnya untu Massrul adalah kakak perempuan Rasmani, dengan isi pemberitahuan bahwa Rasmani sedang sakit keras dan dimintanya Masrul untuk segera pulang. Namun, lagi-lagi kesialan menimpah Masrul. Kepulangan Masrul akhirnya sia-sia, karena orang yang ia tuju sudah tiada. Rasmani meninggal dunia.
ADVERTISEMENT