Pendidikan Karakter Manifestasi Pemikiran Soekarno untuk Indonesia Emas 2045

Yuda Ariwinata
Kadiv Pendiklar HMD Pend. Sejarah UNP - Wakil Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Tanjung Pinang di Sumatera Barat (IMTA-SUMBAR) - Kader GmnI
Konten dari Pengguna
17 Agustus 2022 8:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yuda Ariwinata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Di Bawah Bendera Revolusi, Sumber Utama: LKBN Antara
zoom-in-whitePerbesar
Di Bawah Bendera Revolusi, Sumber Utama: LKBN Antara
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sudah 77 tahun bangsa Indonesia merdeka, usia menjelang matang bagi suatu negara. berbagai dinamika bangsa menghiasi panggung sejarah. Pengalaman peristiwa di masa lalu yang dapat dijadikan pelajaran dalam kehidupan berbangsa bernegara untuk generasi di masa depan.
ADVERTISEMENT
Kehidupan bangsa adalah cerminan dari pendidikan suatu negara, begitulah kurang lebih pendapat bung karno. Bung Karno berpandangan bahwa diperlukan pendidikan yang menekankan pentingnya karakter kebangsaan. Karakter yang di bangun dari refleksi nilai-nilai pancasila. Bukan hanya mengetahui pancasila tetapi pengamalan dan penghayatan teramat perlu dilakukan untuk membangun suatu peradaban yang memiliki nilai moral yang digali dari akar budaya nusantara.
Dalam pandangan Bung Karno diperlukan adanya pendidikan yang menekankan pada upaya penyadaran terhadap realitas sosial di masyarakat. Sistem pendidikan kolonial yang dogmatik dan mengobjektifikasi murid harus diganti dengan sistem pendidikan yang dialogis, kritis, dan kreatif. Sistem pendidikan seperti inilah yang harus diaplikasikan guru kepada muridnya.
Peran guru teramat penting dalam upaya pembentukan karakter kebangsaan. Tidak hanya guru sejarah, PPKN, dan Sosiologi yang secara materi terkait langsung dengan upaya pembentukan karakter kebangsaan ini, guru-guru dari bidang studi eksakta, dan humaniora lainnya harus saling berkolaborasi dalam membentuk karakter kebangsaan. Serta menerapkan sistem pendidikan yang dialogis, kritis, dan kreatif dalam instrumen pembelajaran.
ADVERTISEMENT
Dalam tulisan Bung Karno “ Menjadi Guru Dimasa Kebangunan” guru haruslah memiliki roh kerakyatan, roh kemerdekaan, dan roh kelaki-lakian (roh kesatrian). Selama guru masih ada, peradaban tidak akan pernah hancur. Sebelum guru mengajarkan kepada murid, ia harus lebih dulu mempraktekkan ajarannya. Karena pada dasarnya proses belajar adalah proses peniruan. Jika ingin membentuk karakter kebangsaan maka guru harus lebih dahulu memiliki karakter tersebut.
Dalam pandangan saya pribadi peran tersebut bukan hanya tugas guru, tidak hanya guru yang harus memiliki roh kerakyatan, roh kemerdekaan, dan roh kesatrian, Tetapi masyarakat secara keseluruhan. Karena proses pembelajaran di sekolah tidak akan sempurna jika kondisi masyarakatnya sangat berbeda.
Keserasain antara pembelajaran di sekolah dan dimasyarakat akan menghasilkan generasi penerus yang memiliki sifat religius, wawasan yang luas, jiwa yang berintegritas, demokrasi, nasionalis, dan semangat gotong royong yang tinggi. Sesuai dengan sifat-sifat yang terkandung dalam pancasila dan tujuan berbangsa bernegara bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Masih ada 23 tahun lagi Indonesia mencapai masa kejayaannya. Masa Indonesia emas yang ditandai dengan potensi usia produktif yang melimpah dan menjadi bonus demografi yang sangat menguntungkan jika generasi muda muda saat ini dididik dengan karakter kebangsaan yang benar. Jika tidak maka akan menghasilkan malapetaka demografi. Malapetaka yang ditandai dengan generasi penerus yang tidak memiliki wawasan kebangsaan yang cukup, jiwa nasionalis kacangan, individualistis, dan anti religius.
Di momen hari kemerdekaan ini mari sama-sama kita melakukan refleksi dan evaluasi terhadap diri sendiri dan melakukan proyeksi kedepannya dalam upaya berkontribusi dalam Indonesia emas 2024 agar nantinya kita dapat menjadi bagian penting dalam sejarah Republik ini.