Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menyelidiki Kecenderungan "Self-Reward" pada Generasi Z dan Millennial
2 Juni 2024 14:14 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Windy Dwi Apriliani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketika kita lihat, dunia lagi dihantui dengan trend yang lagi hits banget, yakni kecenderungan “self-reward” di kalangan Generasi Z dan Millennial. Jadi, kalian mungkin pernah merasakan kalau setiap langkah atau pencapaian yang kalian dapat langsung ingin di-reward, entah itu pujian like di media sosial atau bahkan hadiah fisik.
ADVERTISEMENT
Sepertinya ini sudah menjadi trens global, bagaimana tidak? generasi sekarang tumbuh di dunia yang segalanya serba cepat dan instan, dari informasi sampai hiburan. Maka dari itu sudah tidak heran lagi kalau kepuasan instan menjadi kebutuhan pokok. Pertanyaannya, apakah hal tersebut sungguh-sungguh membuat kalian bahagia?
Tentu saja, ketergantungan pada apresiasi eksternal dapat berdampak pada kesehatan mental seseorang. Terlalu bergantung pada pengakuan dari luar, seperti jumlah like atau jumlah followers, dapat membuat seseorang merasa rentan terhadap perubahan suasana hati yang drastis. Kebutuhan akan penghargaan eksternal ini juga bisa membuat seseorang merasa kurang bernilai jika tidak mendapat respons yang diinginkan. Hal ini dapat mengarah pada penurunan harga diri dan masalah kesehatan mental lainnya.
ADVERTISEMENT
Ada juga argumen bahwa budaya "self-reward" ini telah menghalangi kemampuan generasi muda untuk menemukan kepuasan dalam pencapaian yang membutuhkan waktu dan usaha yang berkelanjutan. Ketika hadiah dan pengakuan tidak lagi menjadi "instant", banyak yang merasa putus asa dan kurang termotivasi untuk terus berjuang.
Namun, di tengah semua ini, ada ruang untuk pertumbuhan dan perubahan. Penting bagi generasi ini untuk memperkuat kemandirian emosional mereka. Mereka perlu memahami bahwa nilai dan penghargaan sejati sering kali berasal dari pencapaian yang membutuhkan perjuangan dan ketekunan. Pelatihan diri untuk menetapkan tujuan yang realistis, belajar dari kegagalan, dan menemukan kepuasan dalam proses, bukan hanya hasil akhir, dapat membantu membalikkan kecenderungan "self-reward" yang berlebihan.
Jadi, saat kita terus menyaksikan dominasi budaya "self-reward" di kalangan generasi muda, mari kita melihat lebih dalam lagi. Apakah kebutuhan ini hanyalah akibat dari kebiasaan digital, ataukah ada ketidakseimbangan yang lebih dalam dalam penghargaan diri dan kesehatan mental? Dengan refleksi dan kesadaran, kita bisa menemukan keseimbangan yang sehat antara pencapaian yang memuaskan dan kepuasan instan. Mari bersama-sama menjelajahi jalan menuju kesejahteraan mental yang sejati.
ADVERTISEMENT
Saat kita menghadapi tantangan yang muncul dari kecenderungan "self-reward" di kalangan Generasi Z dan Millennial, penting untuk menemukan solusi yang memungkinkan mereka untuk tetap meraih kebahagiaan dan kesuksesan tanpa terjebak dalam pola perilaku yang tidak sehat. Berikut beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan:
1. Kesadaran dan Pengelolaan Emosional
Penting bagi generasi muda untuk paham tentang kesehatan mental dan mengelola emosi. Ini bisa dilakukan melalui pendidikan di sekolah dan program lainnya. Dengan kemampuan mengelola emosi, mereka jadi lebih tahan terhadap tekanan dan bisa lebih baik secara mental.
2. Menetapkan Tujuan yang Berkelanjutan:
Generasi Z dan Millennial butuh dorongan untuk menetapkan tujuan yang realistis dan berkelanjutan. Hal ini dapat membantu mereka mengalihkan perhatian dari kepuasan instan ke pencapaian yang membutuhkan waktu dan kerja keras. Dengan memiliki visi jangka panjang, mereka akan lebih mampu menghadapi rintangan dalam perjalanan hidup.
ADVERTISEMENT
3. Mengembangkan Hobi dan Keterampilan
Mengalihkan perhatian dari mencari pengakuan dari luar ke pengembangan hobi dan keterampilan yang memberi kepuasan bisa menjadi solusi yang efektif. Dengan melakukan aktivitas seperti seni, musik, olahraga, atau bahkan belajar hal baru, generasi ini bisa merasakan kepuasan yang lebih mendalam dan berkelanjutan.
4. Mendorong Koneksi dan Dukungan Sosial
Dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas dapat menjadi penopang yang kuat dalam mengatasi dorongan untuk mencari pengakuan eksternal. Melalui koneksi sosial yang kuat, generasi muda dapat merasa didukung dan dihargai, tanpa harus tergantung pada respons dari luar.
5. Menggunakan Media Sosial dengan Bijak:
Generasi Z dan Millennial perlu dilengkapi dengan keterampilan untuk menggunakan media sosial secara bijak. Ini termasuk mengatur waktu penggunaan layar, memilih konten yang mendukung kesejahteraan mental, dan tidak terlalu bergantung pada pengakuan eksternal dari platform tersebut.
ADVERTISEMENT
Dengan menerapkan solusi-solusi ini, kita dapat membantu Generasi Z dan Millennial untuk mengatasi kecenderungan "self-reward" yang berlebihan dan mencapai keseimbangan yang sehat antara kepuasan instan dan pencapaian jangka panjang. Dengan demikian, mereka dapat meraih kebahagiaan dan kesuksesan yang lebih bermakna dalam hidup mereka.
Windy Dwi A/132231180/PDB 45 Universitas Airlangga