Cara Mengatasi Obesitas Saat Pandemi

Dinnisa Haura Z H
Mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
9 Desember 2021 14:35 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dinnisa Haura Z H tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Obesitas. Sumber: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Obesitas. Sumber: freepik.com
ADVERTISEMENT
Saat ini, kita seringkali merasa khawatir akibat pandemi, khususnya mengenai kesehatan. Sekolah daring, sidang skripsi di depan laptop, kerja dari rumah, dan masih banyak lagi perubahan gaya hidup yang harus kita alami. Banyaknya perubahan seperti ini menjadi masalah bagi kesehatan, salah satunya obesitas. Memang ada ya, kaitan antara pandemi dengan obesitas? Tentu ada, mari kita cari tahu lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Obesitas ternyata bisa memperburuk gejala pasien COVID-19. Kita semua tahu bahwa mereka yang terinfeksi virus ini akan mengalami gejala-gejala yang lebih hebat dibandingkan dengan mereka yang terkena flu biasa, bahkan bisa sampai menyebabkan kematian. Kita juga perlu tahu bahwa tingkat keparahan gejala COVID-19 pada seseorang ternyata berhubungan dengan tingkat obesitas yang dimilikinya.
Hal di atas dinyatakan dalam hasil analisis data yang dilaksanakan oleh para peneliti dengan kesimpulan bahwa nilai indeks massa tubuh yang tinggi berkaitan dengan meningkatnya risiko seseorang terkena COVID-19 . Peneliti bernama Yi Huang et al dan Hussain A et al sepakat dengan pernyataan ini. Jujur, ini membuatku merinding, ternyata obesitas bisa membahayakan kesehatan tubuh kita.
Kalau kamu bertanya, obesitas apa sih? Menurut WHO, organisasi kesehatan terbesar di dunia, obesitas adalah penumpukan lemak secara berlebihan yang dapat menimbulkan risiko pada kesehatan. Saat pandemi COVID-19 yang sampai sekarang masih berlangsung ini, sepertinya kita yang mengalami obesitas atau cenderung gemuk benar-benar harus ekstra hati-hati. Tidak hanya di Indonesia saja, akan tetapi dinyatakan juga oleh riset global bahwa mereka yang obesitas lebih rentan terinfeksi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Faktanya, yang sudah positif COVID-19 saja berpotensi timbul komplikasi karena obesitas. Ini karena obesitas saling berhubungan dengan penyakit komorbid lain, contohnya gangguan pernapasan, kanker, kardiovaskular, dan diabetes. Akan tetapi, kamu tidak perlu terlalu khawatir, karena terdapat banyak cara untuk mencegah atau mengatasi obesitas.
Ilustrasi Berat Badan dan Tinggi Badan. Sumber: freepik.com
Sebelum kita tahu bagaimana cara mencegah atau mengatasi obesitas, timbul pertanyaan, "Bagaimana kita bisa tahu kalau kita ini obesitas atau tidak?" Pertanyaan yang sangat bagus. Cara menentukannya adalah dengan mengukur indeks massa tubuh (IMT) kita.
Apa itu indeks massa tubuh? Cara pengukuran ini secara global lebih diketahui sebagai body mass index (BMI), di mana berat badan (dalam satuan kg) dibagi dengan tinggi badan (dalam satuan m) yang dikuadratkan. Nilai indeks massa tubuh normal adalah 18,5-22,9 (kriteria Asia Pasifik). Seseorang akan dinilai sebagai obesitas apabila nilai indeks massa tubuhnya bernilai 30 ke atas.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, obesitas dipandang oleh masyarakat sebagai masalah yang sering terjadi pada orang-orang yang berpenghasilan tinggi. Menurutku, hal ini wajar saja karena pada zaman ini lebih mudah untuk mengakses jenis makanan yang kita sukai, sehingga terkadang kadar yang kita konsumsi tidak dapat terkontrol.
Namun, ternyata saat ini tidak hanya orang-orang berpendapatan tinggi saja yang mengalami obesitas, tetapi juga orang-orang yang berpendapatan menengah ke bawah khususnya di daerah perkotaan. Mengapa itu bisa terjadi? Aku rasa mereka belum diberi tahu secara mendalam mengenai jenis makanan yang mereka konsumsi, termasuk bagaimana kadar protein nabati atau hewani, lemak, nutrisi, dan karbohidrat yang terkandung dalam makanan yang mereka konsumsi sehari-hari. Oleh karena itu, yuk ketahui lebih lanjut supaya wawasan kita juga semakin luas.
Ilustrasi Makanan dan Obesitas. Sumber: freepik.com
Banyak atau sedikitnya porsi makan tergantung nafsu makan kita. Bisakah kita mengendalikan nafsu makan? Menurutku, sangat bisa. Tidak semua orang memiliki nafsu makan yang sama terhadap jenis makanan tertentu. Tinggi atau rendahnya nafsu makan seseorang sangat menyesuaikan keinginannya masing-masing. Dengan patokan jam makan 3 kali sehari (pagi, siang, dan sore) kita bisa mengatur pola makan kita. Kebiasaan yang sering dilakukan seseorang dan mungkin juga berlaku untukmu adalah makan kecil saat malam hari. Usahakan kamu menghindari ini ya, karena penumpukan lemak lebih terjadi pada malam hari karena aktivitas yang minim.
ADVERTISEMENT
Di sini ada sedikit info tentang keseimbangan cairan yang ada di dalam tubuh kita. Faktanya, pH normal tubuh manusia ada di rentang 7-7,4. Makin besar porsi makanan yang kita konsumsi, makin asam kondisi tubuh kita. Hal ini yang menyebabkan penumpukan CO2 (karbondioksida) serta penurunan kadar O2 (oksigen) yang bisa menimbulkan kelelahan pada tubuh, kesulitan bernapas, dan bisa mengganggu fungsi dari sel-sel tubuh. Bisa kita simpulkan bahwa porsi makan yang cukup dapat menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh kita.
Ilustrasi Penyebab dan Dampak Obesitas. Sumber: freepik.com
Seseorang yang mengalami obesitas umumnya akan menunjukkan gejala-gejala seperti malas bergerak, berkeringat berlebihan, mudah lelah, gangguan tidur, nyeri di bagian punggung dan sendi, serta depresi. Apabila kamu merasa gejala-gejala seperti ini, kamu bisa konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter atau ahli gizi untuk mengetahui cara yang tepat dan cocok bagimu untuk mengurangi gejala tersebut.
ADVERTISEMENT
Penurunan genetik dari orang tua bisa memengaruhi risiko seseorang mengalami obesitas. Jika salah satu orang tuamu mengalami obesitas, kamu akan berpotensi terkena risiko obesitas sebesar 40-50%. Namun, jika kedua orang tuamu mengalami obesitas, kamu akan berpotensi terkena risiko obesitas sebesar 70-80%.
Naiknya berat badan ternyata sangat dipengaruhi oleh kadar hormon yang ada di dalam tubuh kita. Contohnya ketidakseimbangan hormon leptin, ghrelin, kortisol, insulin, glukagon, dan estrogen. Jika hormon di tubuhmu tidak seimbang, akan menyebabkan penumpukan lemak dan nafsu makan akan meningkat. Ini dapat membuat kamu mudah lapar dan menyebabkan gangguan tidur.
Mengonsumsi makanan yang mengandung banyak kalori sangat berefek pada naiknya berat badan, contohnya makanan atau jajanan seperti kentang goreng, makanan dan minuman yang diberi pemanis, minuman bersoda, cokelat, dan daging merah. Jika pola makanmu tidak dijaga, akan berefek pesat pada berat badan sehingga menyebabkan obesitas. Itulah kenapa sangat penting untuk menjaga pola makan.
Ilustrasi Olahraga Saat COVID-19. Sumber: freepik.com
Kamu bisa mencegah dirimu terkena risiko obesitas dengan melakukan cara-cara seperti berhenti makan sebelum kenyang, memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan, dan makanan sehat lainnya, aktif berolahraga supaya metabolisme tubuh terjaga, menghindari konsumsi makanan yang manis, dan tidur dan istirahat yang cukup. Tetap semangat demi kesehatan yang lebih baik, ya!
ADVERTISEMENT
Referensi: