Konten dari Pengguna

Unsolved Problem Limbah Fast Fashion

Azka Rasya Febrianti
Halo, nama saya Azka seorang mahasiswi ilmu komunikasi BINUS. Disini saya akan membagikan hal-hal yang sedang hangat disekitar maupun hal yang saya suka, selamat membaca.
9 Januari 2023 17:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Azka Rasya Febrianti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dunia fashion. Sumber :  unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dunia fashion. Sumber : unsplash.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dunia fashion semakin hari semakin berkembang pesat secara lokal atau global, lalu terdapat perilaku masyarakat yang ingin mengganti fashion style atau gayanya dengan cepat. Hal ini dikenal dengan istilah fast fashion. Dampak industri fashion yang berkembang pesat dan fast fashion yang semakin banyak, menjadi penyumbang limbah kedua terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
Belakangan ini kita sering mendengar kata sustainable, eco conscious atau ethical digunakan oleh brand maupun pelaku di industri fashion. Sustainable mengacu pada menjaga keseimbangan ekologi dengan menghindari keterbatasan sumber daya alam. Sustainable fashion membina industri yang mengambil pendekatan jangka panjang untuk desain manufaktur dan konsumsi aksesori fashion dan garmen.
Sebenarnya apa sih yang bisa membuat sebuah fashion brand disebut sustainable? Kita coba urai satu-satu yuk!
Ilustrasi bahan pakaian. Sumber : unsplash.com
1. Bahan Dasar Pakaian Yang pertama ada bahan dasar pakaian, sustainable brand akan berfokus pada bahan-bahan alami yang dapat terurai contohnya kain organik atau linen karena sebaliknya penggunaan bahan sintetik seperti polyester berpotensi mencemari lingkungan. Bahan sintetik melepaskan mikroplastik ke saluran air saat dicuci sehingga menjadi ancaman serius terutama bagi organisme laut yang terkontaminasi.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini penulis menemukan sudah banyak fashion brand yang menggunakan bahan dasar alami. Keunggulannya sangat banyak seperti ramah lingkungan, bahan lebih lembut dan tidak panas, serta bahan dapat terurai kembali jika ditanam ke dalam tanah.

ILustrasi warna. Sumber : unsplash.com
2. Bahan Pewarna
Selanjutnya ada bahan pewarna. Sustainable brand biasanya akan memilih menggunakan bahan pewarna alami yaitu bahan pewarna yang terbuat dari daun, bunga, akar, kayu, dan bahan-bahan alami lainnya. Berbeda dengan pewarna alami, bahan pewarna buatan mengandung bahan-bahan yang bersifat beracun yang dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi pekerja, mencemari air, hingga membunuh organisme. Dengan menggunakan pewarna alami juga dapat menghasilkan beberapa keunggulan pada suatu brand, seperti ramah lingkungan serta menjadi sebuah inovasi baru sebagai ciri khas dari brand tersebut. Namun memang memiliki sedikit kelemahan yaitu pada proses pembuatannya yang memakan banyak waktu.
Ilustrasi pekerja. Sumber : unsplash.com
3. Sumber Daya Manusia Karena melindungi bumi artinya juga melindungi manusia didalamnya, dalam artian jika para brand fashion sudah melakukan usaha untuk melindungi bumi dengan menggunakan bahan-bahan yang aman dan tidak merusak lingkungan serta dapat terurai, maka seharusnya mereka juga paham akan kesejahteraan sumber daya manusia mereka seperti memberikan upah yang layak, jam kerja yang wajar, hak untuk cuti, dan hak-hak sebagai seorang pekerja lainnya.
ADVERTISEMENT
Banyak orang kurang berminat pada sustainable fashion karena harga yang relatif lebih tinggi, namun mereka tidak tahu alasan sebenarnya seperti merek-merek kecil tidak memproduksi barang dengan kuantitas masif sehingga biaya produksi yang lebih tinggi.
Penggunaan bahan-bahan alami yang ramah lingkungan namun cenderung memiliki harga lebih tinggi daripada bahan konvensional yang dapat merusak lingkungan.
Akhir kata, kita sudah mengetahui apa itu fast fashion dan permasalahan yang ada. Oleh karena itu, penulis memiliki beberapa cara auntuk kita dapat berpartisipasi mengatasi masalah mengenai limbah fast fashion, dan berikut cara-caranya.
Menurut penulis sendiri kita harus bijak dalam memilih dan memilah apa yang harus kita beli dan berpikir “Apakah kita benar-benar butuh barang tersebut?” atau “Apakah barang itu akan kita pakai untuk jangka waktu yang panjang?” Hal tersebut menjadi langkah pertama kita dalam mengurangi limbah dari fast fashion. Lalu langkah selanjutnya kita dapat menjual pakaian kita yang sudah tidak terpakai lagi atau seringkali disebut preloved sehingga orang-orang tidak membeli baju baru yang nantinya akan menambah limbah fast fashion.
ADVERTISEMENT