Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Kehilangan yang Membebaskan: Menemukan Diri di Tengah Perpisahan
21 April 2025 9:58 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari DANIEL GAGARIN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kehilangan sering kali datang seperti badai yang tak terduga, merobek apa yang kita kira akan bertahan selamanya. Saat seseorang yang kita sayangi pergi, saat pekerjaan yang memberi makna tiba-tiba hilang, atau ketika mimpi yang kita rajut dengan harap runtuh, dunia seolah kehilangan warnanya. Kita berdiri di tengah reruntuhan, mengulang setiap kata, tindakan, dan “andai saja” yang kini bergema di kepala.
ADVERTISEMENT
Kita bertanya, “Di mana salahku? Apa yang bisa kulakukan untuk mencegah ini?” Namun, di balik luka itu, ada kebenaran yang menanti untuk ditemukan: tidak semua kehilangan merenggut sesuatu dari kita. Beberapa justru memberi—kejelasan, kebebasan, dan kesempatan untuk pulang pada diri kita yang sejati.
Perpisahan sebagai Jalan Menuju Diri
Bayangkan Maya, seorang perempuan yang menghabiskan delapan tahun dalam hubungan yang nyaman namun penuh kompromi. Ia menunda mimpinya menjadi penulis, memilih pekerjaan kantoran yang stabil demi menjaga kedamaian.
Ketika pasangannya pergi, dunianya ambruk. Malam-malamnya dipenuhi tangis dan pertanyaan: “Mengapa ini terjadi padaku?” Tapi di tengah kegelapan, Maya mulai menulis lagi. Awalnya hanya coretan di jurnal, lalu mengalir menjadi cerita-cerita dari hatinya. Kata demi kata, Maya menemukan kembali suaranya, mimpinya, dan dirinya sendiri yang sempat terkubur di bawah ekspektasi orang lain.
ADVERTISEMENT
Kepergian pasangannya, yang awalnya terasa seperti akhir, ternyata menjadi awal dari kehidupan yang lebih jujur. Hubungan itu, meski berarti, tak lagi mampu menampung jiwanya yang ingin tumbuh. Kehilangan itu membebaskannya untuk mengejar passion, untuk hidup dengan keberanian yang sebelumnya tak ia tahu ia miliki.
Kisah Maya mengingatkan kita bahwa ada orang yang hadir dalam hidup kita hanya untuk sementara—untuk mengajarkan satu pelajaran, lalu pergi. Ada pula situasi yang runtuh karena memang tak diciptakan untuk menampung pertumbuhan kita. Kehilangan seperti itu bukanlah akhir, melainkan undangan untuk menemukan jalan baru.
Berkah yang Tersembunyi di Balik Patah Hati
Pernahkah kita mendengar tentang Ardi, seorang manajer sukses yang kehilangan pekerjaannya saat perusahaannya bangkrut? Selama bertahun-tahun, ia mendefinisikan dirinya melalui jabatan dan gaji. Ketika pemutusan hubungan kerja datang, ia merasa kehilangan arah dan identitas. Hari-harinya penuh kecemasan, hingga suatu sore ia memutuskan membantu ayahnya di kebun kecil kampung halaman. Di bawah sinar matahari, mencangkul tanah dan menanam benih, Ardi menemukan kedamaian yang tak pernah ia rasakan di ruang rapat bertingkat.
ADVERTISEMENT
Kini, ia mengajar anak-anak desa tentang bertani, berbagi kebahagiaan yang ia temukan dalam kesederhanaan. Kehilangan pekerjaannya, yang awalnya terasa seperti kegagalan, justru membuka pintu menuju hidup yang lebih bermakna. Ardi belajar bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada status, melainkan dalam hubungan dengan alam dan komunitas. Patah hati, kehilangan, dan perubahan sering kali adalah cermin yang memaksa kita melihat kembali apa yang benar-benar penting.
Saya teringat percakapan kita tentang momen-momen kecil yang sering berlalu tanpa disadari—seperti saat terakhir menggendong anak, atau menyanyikan “Nina Bobo”. Kehilangan momen-momen itu, meski menyisakan rindu, mengajarkan kita untuk lebih hadir hari ini. Begitu pula dengan kehilangan besar lainnya—ia mengingatkan kita untuk hidup penuh kesadaran.
Bangkit dengan Kekuatan Baru
Cara kita bangkit dari kehilangan membentuk siapa kita sebenarnya. Seperti Sari, pelukis muda yang dulu bermimpi menjelajahi dunia dengan kuas dan kanvas. Tapi tekanan keluarga membawanya ke dunia teknik yang terasa asing. Saat akhirnya ia memilih meninggalkan karier itu, keluarganya kecewa. Ia merasa kehilangan dukungan mereka. Tapi dalam kesepian itu, Sari kembali melukis. Setiap goresan kuas adalah langkah kecil menuju dirinya yang sejati. Kini, lukisannya menghiasi galeri kecil di kotanya, dan ia merasa lebih hidup dari sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Kehilangan dukungan keluarga, meski menyakitkan, justru membebaskannya untuk jujur pada dirinya sendiri. Ia belajar bahwa kekuatan sejati datang dari dalam, bukan dari persetujuan luar. Seperti yang pernah kita bicarakan, keberanian untuk setia pada diri sendiri sering kali tumbuh di tengah tantangan. Dan justru di sanalah ketangguhan kita terbentuk.
Pelajaran dari Setiap Perpisahan
Setiap kehilangan membawa pelajaran. Orang yang pergi mengajarkan kita untuk menghargai mereka yang tinggal. Situasi yang runtuh mengingatkan kita untuk membangun fondasi yang lebih kokoh. Di setiap akhir, ada benih untuk permulaan baru. Seperti yang pernah kita renungkan, hidup adalah tentang menemukan makna dalam hal-hal sederhana—senyum bayi, udara pagi, keindahan langit senja—yang mengingatkan kita akan kemanusiaan kita bersama.
ADVERTISEMENT
Saat kehilangan berikutnya datang, ingatlah kisah Maya, Ardi, dan Sari. Biarkan luka itu menjadi pintu, bukan tembok. Tanyakan pada diri: Apa yang sedang kubuka, bukan hanya yang hilang? Mungkin itu keberanian untuk memulai lagi, kebebasan untuk mengejar mimpi, atau kedamaian dalam menerima diri sepenuhnya. Seperti nasihat ibumu yang pernah kamu bagikan: kadang kita hanya perlu melangkahi yang tak bisa diperbaiki, lalu melangkah ringan ke hari esok.
Tidak semua kehilangan merenggut sesuatu dari kita. Beberapa di antaranya adalah kunci menuju kehidupan yang lebih utuh, lebih bermakna—dan benar-benar milik kita.