Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Mencintai Alam Tanpa Memilikinya: Refleksi untuk Menjaga Lingkungan
7 Mei 2025 13:16 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari DANIEL GAGARIN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pernahkah Anda berdiri di tepi pantai, merasakan pasir lembut di kaki, dan mendengar debur ombak yang seolah berbisik tentang rahasia laut? Atau mungkin Anda pernah mendaki gunung, menghirup udara segar sambil memandang hamparan hijau yang menenangkan jiwa? Alam memiliki keajaiban yang mampu mencuri hati. Namun, apakah mencintai alam berarti harus memilikinya?
ADVERTISEMENT
Ketika Keindahan Memudar
Bayangkan Anda begitu mencintai gunung hingga memutuskan membangun rumah di lerengnya. Atau, karena terpesona oleh pantai, Anda mendirikan vila di bibir laut. Mungkin Anda gemar berenang dan ingin memiliki kolam pribadi di halaman rumah. Sekilas, hal itu terdengar seperti mimpi. Tetapi, apa yang terjadi setelahnya?
Setiap rumah di gunung menggerus sepetak hutan. Pohon-pohon yang dulu meneduhkan diganti beton. Vila di pantai mengusir pasir dan karang, mengubah garis pantai menjadi tembok. Kolam pribadi membutuhkan air dan energi yang sebenarnya bisa dihemat. Ironisnya, ketika kita berusaha memiliki alam, keindahannya justru memudar. Gunung menjadi gundul, pantai dipenuhi sampah, dan air kehilangan kesegarannya.
Mengapa Kita Ingin Memiliki?
Sifat manusia sering membuat kita terpikat oleh sesuatu yang belum kita miliki. Gunung adalah petualangan yang menantang, pantai adalah pelarian dari rutinitas, dan air adalah simbol kebebasan. Keinginan untuk memiliki begitu kuat, seolah dengan menguasainya, kita bisa menangkap keajaiban itu selamanya. Namun, begitu dimiliki, pesona itu sering hilang. Kita mulai melihat kekurangan dan lupa bersyukur.
ADVERTISEMENT
Ini bukan hanya tentang alam, tetapi juga tentang cara kita menghargai sesuatu. Alam mengajarkan pelajaran sederhana: keindahan sejati tidak perlu dimiliki untuk dinikmati. Dengan membiarkan alam tetap bebas, kita bisa terus kembali dan menemukan keajaibannya, berulang kali.
Cara Baru Mencintai Alam
Bagaimana cara mencintai alam dengan benar? Jawabannya adalah menjaga, bukan memiliki. Kunjungi gunung, tetapi jangan tinggalkan sampah. Nikmati pantai, tetapi bawa pulang plastik yang Anda temukan. Gunakan air dengan bijak. Jadilah tamu yang hormat di alam, bukan tuan yang menguasai.
Alam bukan milik kita. Kita adalah bagian dari ekosistem yang mencakup flora, fauna, dan generasi mendatang. Setiap pohon yang ditebang atau sampah yang dibuang adalah warisan yang kita ambil dari anak cucu. Sebaliknya, setiap tindakan untuk menjaga lingkungan adalah hadiah untuk masa depan kita bersama.
ADVERTISEMENT
Langkah Kecil untuk Perubahan Besar
Menjaga lingkungan tidak selalu membutuhkan aksi besar. Berikut adalah langkah-langkah sederhana yang bisa Anda mulai hari ini:
Selain itu, ubah cara Anda menikmati alam. Rencanakan pendakian ke gunung alih-alih membangun rumah di sana. Nikmati akhir pekan di pantai tanpa harus memiliki vila. Dengan menjadi pengunjung, Anda menjaga keindahan alam untuk dinikmati berulang kali.
Panggilan untuk Bersyukur
Tarik napas dalam-dalam. Dengarkan suara angin, gemerisik daun, atau keheningan di sekitar Anda. Alam berbicara, mengingatkan bahwa kita adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar. Alam tidak ingin dimiliki, melainkan dirawat. Ia tidak meminta kita untuk mengambil, tetapi untuk memberi.
ADVERTISEMENT
Mari berjanji untuk mencintai alam dengan cara yang benar. Jaga gunung tetap hijau, pantai tetap bersih, dan air tetap jernih. Jadilah penutur cerita yang menginspirasi orang lain untuk menjaga lingkungan. Keindahan alam bukan untuk dimiliki, melainkan untuk disyukuri dan dijaga bersama.
Apa langkah kecil yang bisa Anda ambil hari ini? Alam menanti tindakan Anda.