news-card-video
22 Ramadhan 1446 HSabtu, 22 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Mudik Hijau 2025: Pulang Kampung Tanpa Bebani Bumi

DANIEL GAGARIN
Pensiunan PNS dengan 30 tahun pengabdian di Sulawesi Tengah, berpengalaman di Lingkungan Hidup, Pertanian, dan Perencanaan. Pensiun sejak 2021, tetap aktif mengeksplorasi isu lingkungan, teknologi, dan kesehatan mental. Dedikasi tanpa batas.
21 Maret 2025 12:27 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari DANIEL GAGARIN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Mudik | Gambar: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Mudik | Gambar: Freepik
ADVERTISEMENT
Bayangkan aroma ketupat yang baru matang menyambut kita di kampung halaman, suara tawa keluarga yang lama tak bertemu, dan pelukan hangat yang melepas rindu. Mudik Lebaran adalah momen yang selalu kita nantikan, sebuah tradisi yang menghadirkan kehangatan di hati.
ADVERTISEMENT
Namun, pernahkah kita berpikir bahwa di balik perjalanan panjang itu, ada jejak yang kita tinggalkan di bumi? Tahun 2025, dengan sekitar 146 juta orang—setara dengan separuh penduduk Indonesia—melakukan perjalanan mudik, kita memiliki kesempatan emas. Kita dapat pulang ke kampung halaman sekaligus kembali ke cara hidup yang lebih ramah lingkungan. Mari sambut Lebaran dengan semangat "Mudik Hijau"!

Langkah Kecil, Dampak Besar

Bayangkan tanggal 28 Maret 2025, H-3 Lebaran, jalanan penuh sesak. Mobil pribadi menjadi pilihan sekitar 34 juta orang, bus digunakan oleh 25 juta pemudik, dan kereta api mengangkut 24 juta penumpang.
Setiap mobil yang dikendarai sendirian menghasilkan emisi sekitar 171 gram karbon per kilometer, menurut para ahli. Bandingkan dengan kereta api yang hanya menghasilkan 41 gram karbon per penumpang. Perjalanan dari Jakarta ke Semarang saja, jika ditempuh menggunakan kereta atau bus, dapat menghemat ratusan kilogram karbon.
ADVERTISEMENT
Langkah kecil ini bukan hanya soal angka, tetapi juga demi udara yang lebih bersih bagi generasi mendatang.

Naik Apa? Yang Penting Ramah Lingkungan

Pernahkah Anda naik kereta api sambil menikmati pemandangan sawah hijau yang melintas di jendela? Atau duduk di bus dan berbincang dengan penumpang sebelah yang ternyata berasal dari kampung yang sama? Transportasi umum bukan hanya lebih hemat, tetapi juga membuat perjalanan lebih berkesan.
Tahun ini, pemerintah telah menambah 192 kilometer jalan tol baru untuk mempermudah akses ke stasiun dan terminal. Selain itu, Pelni menyediakan 25 kapal penumpang dan 30 kapal perintis yang mampu mengangkut hingga 60 ribu orang sekaligus. Satu kapal penuh pemudik setara dengan ratusan mobil yang tidak perlu dinyalakan di jalan.
ADVERTISEMENT
Dengan memilih moda transportasi yang lebih ramah lingkungan, perjalanan tetap nyaman, dan bumi pun tersenyum.

Bawa Bekal, Bukan Sampah

Siapa yang sering membeli makanan dalam kemasan plastik di rest area? Sebungkus nasi, segelas kopi, dan tiba-tiba tangan penuh sampah. Jika 146 juta pemudik masing-masing menghasilkan 0,5 kilogram sampah plastik, maka dalam seminggu akan ada 73 ribu ton sampah. Angka yang mencengangkan, bukan?
Oleh karena itu, bawalah tumbler dan kotak makan dari rumah. Nasi goreng buatan ibu dalam kotak makan sendiri, minum teh dari tumbler favorit—lebih hemat, lebih enak, dan yang terpenting, mengurangi limbah plastik. Lebih keren lagi, kita bisa menjadi inspirasi bagi sesama pemudik.

Jaga Kebersihan, Jaga Kenyamanan

Rest area yang penuh, stasiun yang ramai, dan tumpukan sampah sering kali menjadi pemandangan klasik saat mudik. Namun, tahun ini pemerintah telah menyediakan tempat sampah terpilah di berbagai lokasi strategis.
ADVERTISEMENT
Kampanye "Mudik Minim Sampah" juga mengajak kita untuk membuang sampah pada tempatnya. Caranya mudah: pisahkan sampah organik dan plastik, serta bawa pulang jika tidak menemukan tempat sampah yang sesuai.
Bayangkan, jika jalur Pantura yang biasanya menjadi "laut sampah" pasca-mudik bisa tetap bersih tahun ini. Jalanan yang bersih mencerminkan kesadaran kita akan pentingnya menjaga lingkungan.

Sebarkan Semangatnya

Mudik Hijau bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tugas kita semua. Bagikan pengalaman Anda, misalnya dengan mengatakan, "Saya mudik naik kereta, lebih hemat karbon!" atau mengunggah foto bersama tumbler dengan tagar #MudikHijau di media sosial.
Pemerintah telah mendukung gerakan ini dengan kebijakan Work from Anywhere agar arus mudik lebih merata serta rekayasa lalu lintas untuk mengurangi kemacetan. Namun, perubahan terbesar dimulai dari kita sendiri—dengan langkah kecil yang kita ambil.
ADVERTISEMENT

Lebaran yang Membanggakan

Bayangkan Lebaran 2025: kita berkumpul dengan keluarga, berbagi cerita perjalanan, dan berkata, "Saya mudik bukan hanya untuk silaturahmi, tetapi juga untuk menjaga bumi."
Jika setiap pemudik dapat mengurangi 1 kilogram emisi karbon, maka totalnya bisa mencapai 146 ribu ton karbon—setara dengan menanam 6 juta pohon. Dengan bumi yang lebih sehat, kita pun dapat merasa lebih bangga.
Mudik bukan hanya tentang pulang ke kampung halaman, tetapi juga tentang kembali ke cara hidup yang lebih baik.
Jadi, tunggu apa lagi? Lebaran 2025 ini, mari menjadi pemudik yang berbeda. Bawa bekal, gunakan transportasi umum, dan buang sampah dengan benar—langkah sederhana yang memberikan dampak besar bagi lingkungan.
Mudik Hijau bukan sekadar tren, melainkan bentuk nyata rasa syukur kita kepada alam yang telah memberikan tempat tinggal bagi kita semua. Pulang kampung, tentu. Pulang ke kehidupan yang lebih hijau, pasti.
ADVERTISEMENT