Konten dari Pengguna

Hubungan IQ, EQ, dan SQ dalam Psikologi Pendidikan

Kholifatunnisa Assholihah
Mahasiswa Pendidikan Bhasa dan Sastra Indonesia, Uin Syarif Hidayatullah Jakarta
5 Oktober 2024 10:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kholifatunnisa Assholihah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto oleh Dany Castrejon dari Pexels: https://www.pexels.com/id-id/foto/nina-estudiante-pensando-y-sostiene-cuaderno-16117755/
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh Dany Castrejon dari Pexels: https://www.pexels.com/id-id/foto/nina-estudiante-pensando-y-sostiene-cuaderno-16117755/
ADVERTISEMENT
Psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang mempelajari bagaimana kondisi siswa dan implikasinya pada proses pembelajaran. Artinya, bahwa psikologi pendidikan bisa berperan dalam membuat sejumlah cara yang efektif dalam mengajar. Dapat dikatakan bahwa psikologi pendidikan menekankan pada proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang memengaruhinya, baik internal maupun eksternal.
ADVERTISEMENT
Alfred Binet (1857-1911) adalah orang pertama yang memperkenalkan IQ sebagai ukuran kecerdasan dan ia melihat kecerdasan berdasarkan tiga elemen utama, yakni arah, adaptasi, dan kekritisan. Lewis Terman dari Stanford kemudian mengembangkan konsep Binet dan membagi kecerdasan menjadi empat kategori: 1) penalaran verbal, 2) kuantitatif, 3) figural/abstrak, dan 4) memori. Klasifikasi ini dikenal sebagai kecerdasan Binet Stanford. Selanjutnya, Wechsler mengukur IQ berdasarkan tiga aspek: 1) skor verbal, 2) skor performa, seperti melengkapi dan menyusun gambar, serta 3) kombinasi dari aspek verbal dan performa. 6 IQ (Intelligence Quotient) sering dikaitkan dengan kemampuan seseorang dalam menjawab soal atau memecahkan masalah akademik.
EQ merupakan jenis kecerdasan kedua yang dimiliki oleh manusia yang merupakan kepanjangan dari emotional quotient atau kecerdasan emosional. Berbeda dengan IQ, EQ berfokus pada pengelolaan emosi dan bekerja di wilayah hati. Secara sederhana, EQ adalah kemampuan untuk memahami, menilai, mengelola, dan mengendalikan emosi diri. EQ berhubungan dengan perasaan, seseorang dengan EQ tinggi cenderung lebih mengutamakan perasaan daripada logika. Beberapa karakteristik orang yang memiliki EQ dominan meliputi kemampuan berempati, mudah mengekspresikan dan memahami perasaan, mampu mengendalikan amarah, pandai bersosialisasi dan beradaptasi, cerdas dalam menyelesaikan masalah, serta bersikap hormat, ramah, setia, dan tekun.
ADVERTISEMENT
Spiritual quotient (SQ) atau kecerdasan spiritual berasal dari kata spiritual dan quotient. Spiritual berarti batin, Rohani, keagamaan. Sedangkan, quotient atau kecerdasan berarti sempurnanya perkembangan akal budi, kepandaian, ketajaman pikiran.28 Spiritual quotient (SQ) adalah landasan yang diperlukan untuk menjalankan Intelligence Quotient (IQ) dan Emotional Quotient (EQ) secara efektif. Kecerdasan spiritual dianggap sebagai jenis kecerdasan yang paling penting dibandingkan dengan kecerdasan lainnya karena hubungannya dengan keyakinan atau agama. Namun, SQ tidak selalu terkait dengan agama secara langsung. Ada aspek di luar agama yang juga termasuk dalam ranah SQ, yaitu jiwa.
Hubungan antara IQ, EQ, dan SQ merupakan sebuah kesatuan yang saling berkaitan, berhubungan, dan saling mempengaruhi. Ketiga kecerdasan ini bekerja bersama-sama dalam sinergi yang menentukan keseimbangan kecerdasan manusia. Jika salah satu dari kecerdasan tersebut tidak difungsikan, maka akan terjadi ketimpangan dalam kecerdasan manusia. Dalam konsep ini, IQ, EQ, dan SQ adalah bagian dari sebuah sistem yang terintegrasi yang saling mempengaruhi satu sama lain. Kecerdasan emosional tanpa dasar spiritual dapat menjadi menakutkan karena pertumbuhan emosional yang tidak berlandaskan prinsip-prinsip spiritual bisa mengarah pada penyalahgunaan. Hubungan IQ, EQ, dan SQ adalah bagian dari perdebatan yang luas dalam psikologi. Dalam hal ini, sebagian ahli meyakini bahwa keseimbangan antara ketiga kecerdasan ini adalah kunci untuk mencapai potensi penuh manusia. Tanpa integrasi ketiganya, kecerdasan seseorang bisa menjadi tidak seimbang, dengan dampak yang negatif bagi pertumbuhan pribadi dan interaksi sosial.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA :
Agustian, Ary Ginanjar. (2007). ESQ Power Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan. Jakarta: Penerbit Arga
Aizid, Rizem. (2017). Cerdas Total. Yogyakarta: Safirah.
Ashshidieqy, Hasbi. (2018). Hubungan Kecerdasan Spiritual terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, 70-76.
Azwar, Saifuddin. (2004). Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, Saifuddin. (1996). Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baharuddin. (2016). Psikologi Pendidikan: Refleksi Teoretis terhadap Fenomena. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.