Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Teori Behavioristik dan Bagaimana Mempengaruhi Proses Belajar Seseorang
26 September 2024 13:29 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kholifatunnisa Assholihah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Para ahli mengungkap bagaimana proses belajar terjadi pada manusia, kemudian berbasis pengalaman dan latar belakang keilmuan masing-masing ahli, lahirlah berbagai teori belajar, salah satu diantaranya adalah teori belajar behavioristik. Behavioristik dimunculkan oleh ahli yang berlatar belakang ilmu fisika dan kedokteran, sehingga teori belajar behavioristik merupakan suatu pandangan teoritis yang beranggapan, bahwa pokok persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran atau mentalitas.
ADVERTISEMENT
Di antara kegiatan prinsipal behavioristik ialah setiap anak lahir baik laki-laki maupun perempuan tanpa warisan kecerdasan, bakat, perasaan, dan lain- lainnya. Semua kecakapan, kecerdasan, dan perasaan baru timbul setelah manusia melakukan kontrak dengan alam sekitar. Itulah sebabnya behavioristik berkeyakinan bahwa dalam belajar yang paling berperan adalah refleks, yaitu reaksi jasmaniah yang dianggap tidak memerlukan kesadaran mental. Kegiatan belajar adalah kegiatan refleks yaitu reaksi manusia, akan rangsangan-rangsangan yang ada sehingga peristiwa belajar tidak lain adalah peristiwa melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai oleh anak laki-laki dan perempuan yang memiliki potensi yang sama untuk dikembangkan melalui konstruksi sosial.
Belajar oleh teori behavioristik dilihat sebagai perolehan pengetahuan dan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang sedang belajar sehingga pembelajar oleh teori behavioristik diharapkan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh si pengajar itulah yang harus dipahami oleh si pembelajar.
ADVERTISEMENT
Pada mulanya teori ini disebut observational learning, yaitu belajar dengan jalan mengamati perilaku orang lain. Prinsip dasar belajar hasil temuan Bandura termasuk belajar sosial dan moral. Menurut teori ini, belajar terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Seorang siswal siswi belajar mengubah perilakunya melalui penyaksian cara orang atau sekelompok orang mereaksi atau merespons sebuah stimulus tertentu untuk mengantisipasi adanya kekerasan berbasis gender dan perbedaan sosial. Siswa/siswi ini juga dapat mempelajari respons-respons.
Teori behavioristik memandang pembelajaran sebagai perubahan perilaku yang bisa diamati secara langsung. Tokoh-tokoh seperti Thorndike, Pavlov, dan Skinner mengajukan bahwa perilaku belajar didasarkan pada hubungan antara stimulus dan respons, yang diperkuat melalui pengulangan atau penguatan. Behaviorisme berfokus pada reaksi fisik terhadap rangsangan lingkungan, tanpa melibatkan aspek mental seperti emosi atau pemikiran. Dalam pandangan ini, pembelajaran dianggap sebagai proses pengembangan kebiasaan melalui pelatihan refleks fisik yang dihasilkan dari interaksi dengan lingkungan.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA :
Hamzah, B. U. (2010). Orientasi baru dalam psikologi pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hidayati, N. (2017). Pengaruh kematangan emosional terhadap kemampuan kognitif siswa. Jurnal Psikologi Pendidikan, 70.
Maslow, A. H. (2012). Motivation and personality. Jakarta: Rajawali Press.
Nurjan, S. (2009). Psikologi belajar. Surabaya: Amanah Pustaka.
Papalia, D. E. (2014). Human development. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ratna, Y., & Yudhawati, R. (2011). Psikologi pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Skinner, B. F. (2011). Science and human behavior. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Utami, S., & Yulianto, R. (2018). Peran kematangan dalam proses belajar: Tinjauan psikologi pendidikan. Jurnal Psikologi dan Pendidikan, 110.