Konten dari Pengguna

Rahasia Rasa: Menyelami Kue Tradisional Tionghoa

Muhammad Fauzi Alfachrezzy
Mahasiswa Ilmu sejarah Universitas Sumatera Utara
11 Juni 2024 6:35 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Fauzi Alfachrezzy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Dokumentasi Pribadi ( Foto diambil saat pameran di Fakultas Ilmu Budaya ,Universitas Sumatera Utara)
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Dokumentasi Pribadi ( Foto diambil saat pameran di Fakultas Ilmu Budaya ,Universitas Sumatera Utara)
Sumber : Dokumen Pribadi ( Foto spanduk diambil saat pameran di Fakultas Ilmu Budaya,Universitas Sumatera Utara)
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Dokumen Pribadi ( Foto spanduk diambil saat pameran di Fakultas Ilmu Budaya,Universitas Sumatera Utara)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia banyak dikagumi oleh negara lain, lantaran memiliki banyak jenis suku, budaya, dan etnis yang berbeda. Salah satu etnis yang ada di Indonesia adalah etnis Tionghoa.etnis Tionghoa yang ada di Indonesia tidak dapat dihitung lagi.
ADVERTISEMENT
Indonesia juga turut merayakan perayaan etnis Tionghoa.Salah satu yang menarik dari perayaan para etnis Tionghoa adalah kue-kue yang dihadirkan khusus di tiap hari penting mereka.
Kue-kue dalam perayaan Tionghoa sangat unik karena tidak hanya sebagai makanan, tetapi juga sebagai simbolisme dan ekspresi budaya yang mendalam. Setiap kue memiliki makna khusus yang terkait dengan perayaan dan tradisi tertentu, mencerminkan nilai-nilai seperti keberuntungan, kebahagiaan, persatuan keluarga, dan penghormatan kepada leluhur. Bentuk, warna, isian, dan cara penyajiannya semuanya dipilih dengan cermat untuk menggambarkan pesan dan harapan yang ingin disampaikan dalam perayaan tersebut. Oleh karena itu, kue-kue ini tidak hanya menghidangkan rasa yang lezat, tetapi juga mengikatkan hubungan emosional dan spiritual yang kuat dengan warisan budaya Tionghoa.
ADVERTISEMENT
Kue dalam budaya Tionghoa memiliki beragam jenis dan makna, seringkali terkait dengan perayaan dan tradisi. Beberapa kue yang terkenal dalam budaya Tionghoa meliputi:
KUE MANGKOK/HUAT KHUE Huat kue, atau disebut juga "fa gao" dalam bahasa Mandarin, adalah sejenis kue tradisional Tionghoa yang memiliki makna khusus dalam budaya dan perayaan etnis Tionghoa. Berikut adalah deskripsi sejarah, makna, dan perayaan yang terkait dengan huat kue: Sejarah dan Makna Huat Kue Huat kue telah ada sejak zaman kuno dan menjadi bagian penting dalam berbagai upacara dan perayaan Tionghoa. Kue ini terbuat dari campuran tepung beras dan gula yang difermentasi, lalu dikukus hingga mengembang. "Huat" berarti "mekar" atau "berkembang," dan dalam konteks kue ini, mengacu pada kue yang mengembang atau mekar saat dikukus. Makna Huat kue melambangkan keberuntungan, pertumbuhan, dan kemakmuran. Bentuk kue yang mekar melambangkan keberkahan dan peningkatan rezeki. Kue ini seringkali dibuat dengan warna cerah seperti merah atau kuning, yang juga melambangkan kebahagiaan dan keberuntungan. Perayaan Terkait Huat Kue Tahun Baru Imlek: Selama perayaan Tahun Baru Imlek, huat kue dibuat dan disajikan sebagai simbol harapan untuk keberuntungan dan kemakmuran di tahun yang baru. Kue ini sering diletakkan di altar sebagai persembahan kepada dewa-dewa dan leluhur. Perayaan dan Upacara Keagamaan: Huat kue juga sering digunakan dalam berbagai upacara keagamaan dan perayaan lokal. Misalnya, dalam upacara sembahyang kepada dewa-dewa atau roh leluhur, kue ini disajikan sebagai bagian dari persembahan untuk memohon berkah dan perlindungan. Pernikahan dan Perayaan Keluarga: Dalam beberapa tradisi, huat kue juga digunakan dalam perayaan pernikahan dan ulang tahun untuk melambangkan kebahagiaan, keberuntungan, dan pertumbuhan. Variasi Huat Kue Rasa dan Bentuk: Huat kue dapat memiliki berbagai rasa tergantung pada bahan yang digunakan, seperti pandan, ubi, atau kelapa. Bentuk kue juga bisa bervariasi, meskipun yang paling umum adalah bentuk mangkuk yang mekar di bagian atas. Warna: Warna huat kue biasanya cerah dan menarik, dengan merah dan kuning sebagai warna yang paling umum karena dianggap membawa keberuntungan. Huat kue bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol harapan dan doa dalam budaya Tionghoa, mencerminkan keyakinan dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi.
ADVERTISEMENT
KUE ANGKU Kue angku, atau sering disebut "angku kueh" dalam bahasa Hokkien, adalah salah satu kue tradisional Tionghoa yang memiliki makna simbolis dan sejarah panjang dalam budaya Tionghoa, terutama di kalangan komunitas Tionghoa Peranakan. Berikut adalah deskripsi tentang sejarah, makna, dan perayaan yang terkait dengan kue angku: Sejarah dan Makna Kue Angku Sejarah: Kue angku telah ada sejak zaman kuno di Tiongkok dan dibawa oleh para imigran Tionghoa ke Asia Tenggara, termasuk Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Nama "angku" berasal dari bahasa Hokkien, di mana "ang" berarti merah dan "ku" berarti kura-kura. Bentuk kue ini menyerupai tempurung kura-kura. Makna: Kue angku melambangkan umur panjang, keberuntungan, dan kebahagiaan. Bentuk kura-kura dipilih karena hewan ini sering dikaitkan dengan umur panjang dan ketahanan dalam budaya Tionghoa. Warna merah pada kue angku melambangkan kebahagiaan dan keberuntungan.
ADVERTISEMENT
Perayaan Terkait Kue Angku Kelahiran dan Ulang Tahun Anak: Kue angku sering dibuat dan disajikan untuk merayakan kelahiran dan ulang tahun anak-anak, terutama ketika anak berusia satu bulan atau satu tahun. Dalam tradisi Tionghoa, perayaan ini penting untuk memohon berkah bagi kesehatan dan umur panjang anak. Perayaan Imlek: Selama perayaan Tahun Baru Imlek, kue angku juga disajikan sebagai bagian dari berbagai hidangan tradisional untuk memohon keberuntungan dan kebahagiaan di tahun yang baru. Upacara dan Persembahan: Kue angku sering digunakan dalam upacara keagamaan dan persembahan kepada leluhur. Kue ini diletakkan di altar sebagai simbol penghormatan dan doa untuk berkah dari para leluhur. Variasi Kue Angku Rasa dan Isian: Kue angku terbuat dari tepung ketan dan biasanya diisi dengan pasta kacang hijau atau kacang merah. Variasi lain termasuk isian kacang tanah, kelapa parut, atau ubi jalar. Warna dan Bentuk: Warna kue angku yang tradisional adalah merah, namun kini banyak juga yang dibuat dalam warna-warna lain seperti hijau (dari pandan) atau kuning (dari ubi kuning). Bentuknya biasanya menyerupai tempurung kura-kura dengan pola yang dicetak di atasnya menggunakan cetakan khusus. Kue angku bukan hanya makanan lezat, tetapi juga sarat dengan makna budaya dan simbolis. Penyajiannya dalam berbagai perayaan dan upacara menunjukkan betapa pentingnya kue ini dalam mempertahankan tradisi dan kepercayaan Tionghoa.
ADVERTISEMENT
Salah satu narasumber yang saya wawancarai pada saat pameran dilaksanakan yaang bernama angelia (22) Mahasiswi Universitas Sumatera Utara,Jurusan Ilmu Sejarah.Beliau seorang Mahasiswi yang merupakan keturunan Tionghoa.
Beliau mengatakan kue yang beliau pamerkan bersama teman sekelompoknya karena selain mereka keturunan tionghoa ,mereka juga ingin mengenalkan kepada kita semua jenis kue yang dihidangkan pada saat acara besar dan ini merupakan kuliner khas tionghoa yang tidak pernah ditinggalkan dari masa ke masa.
"Menurut saya pribadi kue ini melambangkan kekayaan ,keberuntungan ,karena dari zaman nenek moyang saya ,kue kue tersebut selalu dihidangkan pada acara apapun ,seperti menghormati para leleuhur ,acara imlek dan acara sembahyang di hari besar,seperti Huat kue penting karena melambangkan keberuntungan dan kemakmuran. Dalam perayaan Tahun Baru Imlek dan upacara keagamaan, kue ini ditempatkan di altar sebagai persembahan, memohon berkah dan rezeki untuk tahun yang baru dan Angku kue melambangkan umur panjang, keberuntungan, dan kebahagiaan. Kue ini disajikan dalam perayaan kelahiran, ulang tahun anak-anak, Tahun Baru Imlek, dan upacara persembahan kepada leluhur, mencerminkan harapan untuk kesehatan dan kebahagiaa" Ujar angelia (22) Mahasiswi Sumatera Utara
ADVERTISEMENT