Konten dari Pengguna

“Langkah Kaki Menuju Ilmu: Merantau dalam Pandangan Islam”

Masni
Mahasiswa ilmu Al-Qur'an dan tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6 Juli 2025 0:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Kiriman Pengguna
“Langkah Kaki Menuju Ilmu: Merantau dalam Pandangan Islam”
Artikel ini mengangkat semangat merantau sebagai bagian dari perjalanan menuntut ilmu dalam perspektif Islam.Dilengkapi dengan pandangan ulama,dan para tokoh Islam
Masni
Tulisan dari Masni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto pribadi.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto pribadi.com
ADVERTISEMENT
Dalam hidup, merantau sering kali identik dengan perjuangan: jauh dari rumah, menghadapi ketidakpastian, dan beradaptasi dengan lingkungan baru. Namun, bagi seorang penuntut ilmu, merantau bukan hanya kebutuhan, tetapi juga bagian dari perjalanan spiritual yang penuh berkah. Islam memandang proses menuntut ilmu sebagai sebuah amal mulia. Bahkan, dalam beberapa hadis Nabi Muhammad SAW, dijelaskan bahwa perjalanan dalam rangka mencari ilmu memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699) Hadis ini menegaskan bahwa langkah kaki seorang perantau dalam rangka mencari ilmu bukan hanya dinilai sebagai perjalanan fisik, tetapi juga jalan menuju ridha dan rahmat Allah. Mengapa Merantau Demi Ilmu Itu Mulia? 1. Bukti Kesungguhan dalam Menuntut Ilmu Meninggalkan kenyamanan rumah untuk belajar di tempat yang jauh menunjukkan kesungguhan hati. Dalam sejarah Islam, banyak ulama besar seperti Imam Bukhari, Imam Syafi’i, dan Imam Malik melakukan perjalanan jauh demi mencari satu hadishadis atau berguru pada seorang alim. 2. Melatih Kesabaran dan Kemandirian Perjalanan jauh tidak selalu mudah. Tantangan dalam kehidupan merantau seperti keterbatasan ekonomi, kesepian, dan perbedaan budaya justru melatih mental dan jiwa agar menjadi lebih kokoh. Semua itu menjadi bekal penting dalam menjalani kehidupan dan mengamalkan ilmu di masa depan. 3. Membuka Wawasan dan Persaudaraan Merantau mempertemukan kita dengan banyak orang dari latar belakang berbeda. Interaksi ini memperluas wawasan, membuka pikiran, dan mengajarkan toleransi. Ilmu tidak hanya datang dari buku atau guru, tetapi juga dari pengalaman dan interaksi sosial. Inspirasi dari Para Ulama Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata: “Barang siapa tidak pernah merasakan pahitnya belajar walau sesaat, ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidup.” Beliau adalah contoh nyata perantau sejati. Sejak kecil, beliau melakukan perjalanan dari Gaza ke Makkah, kemudian ke Madinah dan berbagai negeri lain demi ilmu. Ilmu yang beliau cari dengan susah payah itu kini menjadi warisan yang terus menerangi umat Islam hingga hari ini. Penutup: Merantau Itu Ibadah, Jika Niatnya Lillah Merantau untuk menuntut ilmu bukan sekadar langkah duniawi, tapi bisa menjadi ibadah bernilai tinggi jika diniatkan karena Allah. Setiap peluh, air mata, dan pengorbanan yang dilakukan selama proses belajar akan diganjar pahala, bahkan dibukakan jalan menuju surga. Jadi, bagi kamu yang saat ini sedang merantau untuk belajar, jangan pernah merasa sendiri atau sia-sia. Sesungguhnya setiap langkah kakimu sedang dicatat sebagai bentuk ibadah dan pengabdian kepada ilmu—dan kepada Allah SWT.
ADVERTISEMENT