Konten dari Pengguna

Air Rebusan vs Air Kemasan: Krisis Sanitasi Ini Bisa Gagalkan Masa Depan SDGs!

Ghaida Inas Shaguna
Mahasiswa STIA LAN Jakarta
27 April 2025 11:04 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ghaida Inas Shaguna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
infografis take by INAS SHAGUNA
zoom-in-whitePerbesar
infografis take by INAS SHAGUNA
ADVERTISEMENT
Air bersih dan sanitasi yang layak adalah hak dasar yang harus dipenuhi setiap negara untuk memastikan kualitas hidup yang baik bagi warganya. Di Indonesia, meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan akses terhadap air bersih, kenyataannya, masih banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama di daerah pedesaan dan kawasan kumuh perkotaan. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, hingga tahun 2023, sekitar 25% penduduk Indonesia masih belum memiliki akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi yang layak. Hal ini menunjukkan adanya ketimpangan dalam penyediaan air bersih yang dapat merugikan kesehatan masyarakat, mengingat air yang tercemar dapat menyebabkan berbagai penyakit.
ADVERTISEMENT
Sebagai respons terhadap masalah ini, Pemerintah Indonesia telah mengadopsi berbagai kebijakan dan program untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi seluruh lapisan masyarakat. Salah satu kebijakan penting yang dikeluarkan adalah Peraturan Presiden No. 86 Tahun 2020 tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Dasar, yang menekankan pentingnya penyediaan air minum dan sanitasi yang aman dan terjangkau. Selain itu, Peraturan Presiden No. 108 Tahun 2022 tentang Peningkatan Akses Air Minum dan Sanitasi Juga mencakup target untuk meningkatkan kapasitas pengolahan air bersih dan membangun infrastruktur sanitasi yang lebih efisien. Pada tingkat internasional, Indonesia berkomitmen untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya target ke-6 yang berkaitan dengan akses universal terhadap air minum yang aman dan sanitasi yang layak pada tahun 2030.
ADVERTISEMENT
Perbandingan Air Rebusan dan Air Kemasan
Air rebusan dan air kemasan adalah dua sumber utama air minum yang umum digunakan oleh masyarakat Indonesia. Meskipun keduanya bertujuan untuk menyediakan air yang aman dikonsumsi, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu dipertimbangkan.
Air rebusan biasanya diperoleh dari sumber air keran atau sumur yang kemudian direbus untuk membunuh mikroorganisme patogen, seperti bakteri dan virus. Proses ini efektif dalam membunuh kuman penyebab penyakit, namun tidak dapat menghilangkan kontaminan kimiawi yang dapat terlarut dalam air, seperti logam berat, pestisida, atau zat kimia lain yang berbahaya. Oleh karena itu, meskipun air rebusan tampak aman, ia mungkin masih mengandung zat berbahaya yang sulit terdeteksi tanpa pemeriksaan laboratorium.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, air kemasan umumnya melalui serangkaian proses penyaringan dan pengolahan yang lebih ketat, seperti filtrasi, distilasi, dan penambahan mineral untuk memastikan kualitasnya. Air mineral kemasan tidak hanya lebih aman dalam hal bebas dari patogen, tetapi juga mengandung mineral alami yang bermanfaat untuk kesehatan, seperti kalsium dan magnesium. Namun, meskipun air kemasan praktis dan mudah diakses, penggunaannya dapat meningkatkan biaya hidup, terutama bagi keluarga dengan pendapatan terbatas. Selain itu, masalah sampah plastik yang dihasilkan dari kemasan juga menjadi isu lingkungan yang signifikan, mengingat plastik memerlukan waktu lama untuk terurai.
Dampak Sosial Terhadap Penggunaan Air Rebusan dan Air Kemasan
Dampak sosial terhadap penggunaan air rebusan dan air kemasan menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam aspek ekonomi, kesehatan, dan lingkungan. Penggunaan air rebusan, meskipun lebih terjangkau, memiliki beberapa potensi dampak negatif. Salah satu masalah utama adalah kualitas air yang tidak terjamin. Jika sumber air yang digunakan terkontaminasi oleh bakteri atau bahan kimia berbahaya, meskipun telah direbus, risiko kesehatan tetap ada. Selain itu, proses merebus air memerlukan waktu dan energi yang tidak sedikit, sehingga dapat menjadi beban bagi keluarga dengan sumber daya terbatas, seperti mereka yang tinggal di daerah pedesaan atau kurang berkembang. Dalam kondisi seperti ini, kebiasaan merebus air bisa mengurangi kualitas hidup, karena waktu yang digunakan untuk memasak air dapat mengganggu aktivitas lain yang lebih produktif.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, air kemasan lebih praktis dan dianggap lebih aman, karena melalui proses penyaringan dan pengolahan yang ketat. Namun, harga air kemasan yang cukup tinggi dapat menjadi beban bagi keluarga berpendapatan rendah, khususnya di daerah dengan keterbatasan akses ke fasilitas air bersih. Selain itu, sampah plastik dari kemasan air mineral menjadi masalah besar di masyarakat. Meskipun dapat didaur ulang, plastik tetap memerlukan waktu yang sangat lama untuk terurai dan sering kali mencemari lingkungan, terutama di daerah yang kurang memiliki fasilitas pengelolaan sampah yang memadai. Ini menunjukkan bahwa meskipun air kemasan lebih praktis, dampak lingkungan dan sosial yang ditimbulkannya tidak bisa diabaikan.
SDGs dan Solusi Terbaik dalam Penyediaan Air Bersih
ADVERTISEMENT
​ Tujuan ke-6 dari Sustainable Development Goals (SDGs) adalah menjamin ketersediaan dan pengelolaan air bersih serta sanitasi yang berkelanjutan untuk semua. Di Indonesia, pencapaian tujuan ini menjadi tantangan besar, mengingat masih banyak daerah yang belum memiliki akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi yang layak.​
Untuk mencapai tujuan ini, Indonesia telah menetapkan target nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024, yang menargetkan 100% akses air minum layak dan 15% air minum aman bagi seluruh penduduk. Namun, pencapaian tersebut belum sepenuhnya terealisasi, terutama di daerah pedesaan dan kawasan kumuh perkotaan. ​
Solusi terbaik dalam penyediaan air bersih adalah dengan meningkatkan infrastruktur pengolahan dan distribusi air yang aman dan terjangkau. Pembangunan instalasi pengolahan air (IPA) yang efisien dan jaringan distribusi yang luas dapat memastikan pasokan air bersih yang merata. Selain itu, pendekatan berbasis masyarakat melalui program seperti Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) dan Sanimas (Sanitasi Berbasis Masyarakat) telah terbukti efektif dalam memberdayakan masyarakat untuk mengelola sumber daya air secara mandiri.
ADVERTISEMENT
Edukasi masyarakat juga memegang peranan penting dalam menjaga kebersihan sumber air dan menerapkan cara pengolahan air yang benar. Pendidikan mengenai pentingnya sanitasi yang baik dan perilaku hidup bersih dapat mengurangi risiko penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air. Program Desa Layak Air Bersih dan Sanitasi (WASH) merupakan contoh inisiatif yang mengintegrasikan aspek kesehatan, pendidikan, dan ekonomi dalam upaya mencapai SDGs. ​
Penggunaan air kemasan sebaiknya menjadi alternatif terakhir, terutama di daerah yang belum terjangkau jaringan air bersih. Meskipun praktis, konsumsi air kemasan dapat menambah beban sampah plastik dan meningkatkan biaya hidup masyarakat. Oleh karena itu, fokus utama harus pada penyediaan air bersih yang aman dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.​ Dengan komitmen bersama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, diharapkan Indonesia dapat mewujudkan akses universal terhadap air bersih dan sanitasi yang layak pada tahun 2030, sesuai dengan target SDGs.
ADVERTISEMENT