Masa Depan Sembilan Kebohongan

Asep Setiono
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
27 Maret 2022 14:21 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Setiono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Awal Tahun Kelinci Emas ini dikejutkan oleh temuan kalangan agamawan tentang 9 kebohongan kepemimpinan Pak SBY. Pertama soal angkatnya. Sembilan kebohongan lama dan sembilan yang baru, jumlahnya 18. Satu plus delapan total tetap 9. Ini angka kesukaan Pak SBY yang lahir tanggal 9 bulan 9.
ADVERTISEMENT
Jika nanti tokoh-tokoh agama kembali ngumpul dan mengungkap 9 kebohongan lebih gres lagi, total jadi 27 kebohongan. Perhatikan, tetap saja 2+7 menghasilkan bilangan 9. Ini sama dengan nomor-nomor polisinya tak lari dari jumlah 9.
Believe it or not, sampai 10 kali temuan paket sembilan kebohongan baru, yaitu 90, jumlah kedua angkanya tetap sembilan. Itu sama saja dengan jumlah lampu di langit-langit Cikeas, tempat Pak SBY biasa menyampaikan keterangan pers.
Kejutan kedua di awal Tahun kelinci Emas adalah pilihan kata “bohong”. Para tokoh agama tak memilih kata “gagal” untuk mengingatkan Pak SBY. Ternyata yang diingatkan cukup kebakaran jenggot. Padahal, berkali-kali disebut sebagai pemimpin negara gagal, dia tidak ngamuk. Rupanya, kata “bohong” cukup menusuk ketimbang kata “gagal”. Itulah kenapa saya kaget.
ADVERTISEMENT
Seingat saya, dalam hubungan suami istri, “gagal” lebih ndak enak di kuping. Lebih enak disebut suami atau istri bohong ketimbang suami atau istri gagal. Menjadi suami atau istri yang kerap gagal dinilai tak menjaga kehormatan keluarga besar.
Banyak pasangan ngotot dan ngoyo mempertahankan formalitas hubungan suami istri. Bila perlu dengan berbohong secara apapun. Semua demi tak disebut gagal berumah-tangga.
Maka saya salut ke tokoh-tokoh agama yang jeli memilih angka sembilan dan kata “kebohongan” dalam pernyataan mereka. Oh ya, sembilan klop pula dengan jumlah tokoh pendiri demokrat.
Hmm….
Atau karena ini Tahun Kelinci, tahun logo playboy, lambang kebohongan? Ya, kalau tidak bohong mana mungkin seorang lelaki bisa lompat sana lompat sini memadu kasih, bahkan ketika masih berhubungan dengan perempuan-perempuan lain.
ADVERTISEMENT
Pencetus logo majalah yang terbit sejak 1953 itu, Art Paul, mungkin lebih fokus pada kelucuan dan daya reproduksi yang luar biasa dari kelinci. Tapi rasanya boleh juga kita memiliki imajinasi sendiri soal kelihaian dan kepura-puraan si kelinci.
Mitologi China dalam fengshui boleh saja punya cara sendiri memaknai kelinci. Konon hewan keturunan rembulan ini penuh keberuntungan. Orang-orang yang lahir pada Shio kelinci diyakini punya tenggang rasa yang tinggi dibanding Shio Macan. Kelahiran Shio Macan dipercaya memiliki nafsu kekuasaan yang besar.
Dari fakta lebih kejamnya bohong ketimbang gagal, saya membayangkan kelak dalam dialog telenovela kita akan muncul kalimat begini: “Bukan kegagalanmu yang aku sesali, tapi kebohonganmu wahai Ricardo Susilo…. kebohonganmu….”
Tapi andai saya jadi Presiden Susi, mungkin tidak marah menanggapi pernyataan para agamawan. Bahkan sebaliknya saya akan tetap optimis sambil berkata: “Wahai agamawan, tetap tenanglah dan mari sama-sama optimis. Jika kegagalan adalah sukses yang tertunda, berarti bisa kita harapkan kebohongan adalah jujur yang tertunda, mengapa kalian pesimistis?”
ADVERTISEMENT
Tapi mungkin saya salah. Bisa saja yang dikritik oleh kaum agamawan tidak marah. Dia hanya pura-pura marah, alias marah bohong-bohongan.
Mas Ebiet G. Ade, mari kita bertanya saja pada rumput yang…. yang mudah-mudahan tidak berbohong. That’s all. (Sujiwo Tejo).