Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Apakah Demokrasi Masih Relevan untuk Generasi Muda di Indonesia?
4 November 2024 15:25 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari ROBIYANSAH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di era modern ini, demokrasi dianggap sebagai salah satu sistem politik terbaik untuk menjamin kebebasan dan partisipasi rakyat. Namun, banyak generasi muda di Indonesia yang skeptis terhadap demokrasi, karena merasa bahwa kenyataan politik yang ada tidak sesuai dengan idealisme demokrasi itu sendiri. Mereka menyaksikan maraknya korupsi, politik uang, dan sikap elite yang tampak lebih fokus pada kekuasaan daripada melayani rakyat. Dalam konteks ini, muncul pertanyaan: apakah demokrasi masih relevan untuk generasi muda, ataukah mereka harus mencari cara baru untuk menyuarakan aspirasi mereka?Demokrasi di Indonesia mulai dibangun sejak reformasi 1998, yang menggulingkan rezim otoriter dan membuka ruang bagi kebebasan dan partisipasi rakyat. Reformasi ini membawa harapan besar, terutama bagi kaum muda, bahwa Indonesia akan menjadi negara yang lebih transparan, adil, dan responsif terhadap rakyat. Namun, lebih dari dua dekade kemudian, banyak tantangan masih ada, mulai dari korupsi hingga ketidaksetaraan sosial. Generasi muda merasa semakin jauh dari pusat pengambilan keputusan dan mempertanyakan apakah suara mereka benar-benar diperhitungkan dalam demokrasi kita.
ADVERTISEMENT
Latar Belakang Demokrasi di Indonesia
Indonesia memiliki perjalanan panjang menuju demokrasi. Setelah masa orde baru yang otoriter, reformasi membawa banyak perubahan positif, termasuk kebebasan pers, pemilu yang lebih bebas, dan kebebasan berpendapat. Sayangnya, idealisme reformasi sering kali terganjal oleh kenyataan bahwa banyak pihak dalam sistem politik masih mempertahankan kebiasaan lama yang mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok.
Meski demokrasi di Indonesia berkembang, banyak masalah lama masih terus berulang. Korupsi, misalnya, tetap menjadi momok yang sulit diatasi. Begitu pula dengan politik uang yang sering kali menentukan hasil pemilu, sehingga pejabat yang terpilih lebih memperhatikan kepentingan donatur daripada rakyat. Ketidaksetaraan akses dan distribusi kekayaan di Indonesia juga memengaruhi persepsi generasi muda terhadap efektivitas demokrasi.
ADVERTISEMENT
Tantangan Demokrasi di Indonesia
1. Korupsi dan Politik Uang Korupsi adalah salah satu masalah terbesar yang dihadapi demokrasi Indonesia. Banyak pemimpin dan pejabat publik yang terseret kasus korupsi, dari skala kecil hingga besar. Bagi generasi muda, kasus korupsi yang terjadi secara terus-menerus menunjukkan bahwa demokrasi belum berhasil membasmi praktik-praktik curang ini. Selain itu, politik uang masih sering dijumpai dalam pemilu, di mana kandidat dengan dana besar memiliki peluang lebih besar untuk menang. Hal ini menimbulkan anggapan bahwa demokrasi hanya melayani kepentingan segelintir orang kaya atau elite yang memiliki pengaruh besar.
2. Politik Identitas yang Memecah Belah Politik identitas adalah strategi yang menggunakan perbedaan agama, suku, atau kelompok tertentu untuk meraih suara. Meskipun politik identitas kadang efektif dalam menarik dukungan, hal ini dapat merusak persatuan dan menimbulkan polarisasi di masyarakat. Generasi muda yang ingin melihat Indonesia maju tanpa perpecahan merasa bahwa praktik politik ini tidak sesuai dengan semangat demokrasi yang seharusnya mempersatukan.
ADVERTISEMENT
3. Minimnya Representasi Pemuda Di Indonesia, jumlah politisi muda di lembaga legislatif masih sangat terbatas. Padahal, pemuda memiliki cara pandang dan kebutuhan yang berbeda dari generasi yang lebih tua. Dengan kurangnya representasi, suara generasi muda sering kali tidak terwakili dengan baik. Akibatnya, isu-isu yang penting bagi kaum muda, seperti pendidikan berkualitas, kesehatan mental, dan lapangan kerja, kurang diperhatikan.
Sikap Generasi Muda terhadap Demokrasi
Banyak generasi muda di Indonesia yang mulai meragukan demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang ideal. Mereka merasa bahwa sistem yang ada saat ini hanya menjadi alat bagi para elite politik untuk mempertahankan kekuasaan. Mereka juga kecewa dengan janji-janji politik yang sering kali hanya sekadar kata-kata tanpa realisasi nyata. Dalam hal ini, skeptisisme muncul karena pengalaman mereka yang menunjukkan bahwa praktik demokrasi tidak selalu sejalan dengan nilai-nilai yang diajarkan di sekolah atau kampus.
ADVERTISEMENT
Selain itu, generasi muda semakin sadar akan masalah lingkungan, pendidikan, dan ketimpangan ekonomi, yang menurut mereka kurang mendapat perhatian dari para pemimpin. Mereka merasa bahwa para pemimpin sering kali lebih peduli pada proyek-proyek besar atau investasi daripada isu-isu kesejahteraan yang berpengaruh langsung pada kehidupan mereka.
Akses terhadap Informasi dan Media Sosial
Di era digital, generasi muda memiliki akses yang lebih besar terhadap informasi melalui media sosial. Dengan informasi yang cepat dan mudah diakses, mereka lebih kritis terhadap tindakan dan kebijakan pemerintah. Namun, meskipun memiliki akses informasi yang lebih baik, mereka sering kali merasa tidak terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang memengaruhi kehidupan mereka.
Potensi Generasi Muda dalam Reformasi Demokrasi
Meski banyak tantangan, generasi muda Indonesia memiliki potensi besar untuk memperbaiki demokrasi. Mereka dapat menjadi agen perubahan yang mendorong demokrasi menjadi lebih transparan dan responsif. Beberapa langkah yang bisa diambil generasi muda meliputi:
ADVERTISEMENT
1. Pemanfaatan Teknologi dan Media Sosial Dengan kekuatan media sosial, generasi muda dapat menggalang dukungan dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu penting. Gerakan sosial seperti #ReformasiDikorupsi adalah contoh bagaimana media sosial dapat digunakan untuk mengkritisi kebijakan pemerintah dan menuntut transparansi.
2. Partisipasi dalam Politik Meningkatkan partisipasi politik di kalangan pemuda tidak hanya terbatas pada memilih saat pemilu, tetapi juga terlibat dalam organisasi politik atau mencalonkan diri sebagai wakil rakyat. Beberapa pemuda sudah mulai berani terjun ke politik, baik di tingkat daerah maupun nasional, membawa perspektif baru yang lebih relevan dengan generasi mereka.
3. Memperjuangkan Isu-isu Spesifik Salah satu cara agar demokrasi lebih relevan bagi generasi muda adalah dengan fokus pada isu-isu spesifik yang langsung berdampak pada mereka, seperti isu lingkungan, hak asasi manusia, pendidikan, dan kesehatan. Generasi muda bisa menggunakan suara dan energi mereka untuk memastikan isu-isu ini mendapat perhatian dari para pembuat kebijakan.
ADVERTISEMENT
Masa Depan Demokrasi di Indonesia
Apakah demokrasi masih relevan bagi generasi muda di Indonesia? Jawabannya bergantung pada bagaimana demokrasi dijalankan. Generasi muda tidak menolak demokrasi sebagai konsep, tetapi mereka menginginkan demokrasi yang lebih responsif, inklusif, dan benar-benar peduli pada aspirasi mereka. Mereka ingin melihat demokrasi yang transparan, yang mendengarkan suara mereka, dan yang memberikan kesempatan untuk berpartisipasi secara langsung.
Dengan keterlibatan aktif dan pemanfaatan teknologi, generasi muda Indonesia memiliki potensi untuk mereformasi demokrasi sehingga lebih sesuai dengan perkembangan zaman. Meskipun tidak mudah, perjalanan panjang demokrasi di Indonesia masih memiliki ruang bagi generasi muda untuk mengambil peran penting. Mereka bukan hanya penerus bangsa, tetapi juga penggerak perubahan yang bisa membuat demokrasi Indonesia lebih kuat, transparan, dan bermakna.