Konten dari Pengguna

Ilmu Tauhid dan Permasalahannya

Miftahur Rizqi
Mahasiswa Perbandingan Mazhab, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
9 Juni 2024 11:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Miftahur Rizqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.nu.or.id/amp/pustaka/sirajut-thalibin-syarah-kiai-ihsan-jampes-atas-kitab-tasawuf-imam-al-ghazali-jx7Lp
zoom-in-whitePerbesar
https://www.nu.or.id/amp/pustaka/sirajut-thalibin-syarah-kiai-ihsan-jampes-atas-kitab-tasawuf-imam-al-ghazali-jx7Lp
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
1. Habib Ahmad bin Hasan Al-Attos mengatakan: "Para ulama salaf tidak terlalu membahas kitab-kitab tauhid yang mencakup masalah-masalah yang detail dan masalah-masalah ilmu kalam". Syekh Abdullah Al-Idrus mengatakan: "Ini seperti seseorang yang mengatakan untuk menampakkan sebuah pujian: 'Fulan bukan penenun, fulan bukan tukang bekam (canduk), dan begitu seterusnya, dan itu adalah celaan bukan pujian". <al Manhaj as-Sawiy: 270> keterangan senada di <Kalâmul-Habib İdrūs al Habsyi: 104>
ADVERTISEMENT
2. Diceritakan bahwa Abu Ali al-Juba'i sedang menerangkan tema wajibnya berbuat baik (atas Allah), lalu Imam Abu Hasan Al-Asy'ari bertanya kepada gurunya tersebut: "Apa yang akan kamu katakan bila ada tiga orang bersaudara, orang pertama mati dalam keadaan taat, yang kedua mati dalam keadaan bermaksiat, dan yang ketiga mati ketika masih kecil?". Gurunya menjawab: "Orang pertama dibalas dengan masuk surga, orang kedua disiksa di neraka dan orang ketiga tidak diberi pahala dan tidak disiksa". Al-Asy'ari bertanya: "Andaikan orang ketiga berkata: 'Wahai tuhan, kenapa Engkau matikan aku di waktu kecil dan tidak membiarkan aku hingga besar, maka aku dapat melakukan ketaatan kepadamu hingga aku masuk surga?". Gurunya menjawab: "Allah Subhanallahu Wata'ala akan menjawab: 'Aku lebih tahu darimu, jika kamu besar kamu pasti akan bermaksiat dan akan masuk neraka, maka lebih baik kamu mati di waktu kecil". Al-Asy'ari bertanya: "Jika orang kedua mengatakan: 'kenapa Engkau tidak mematikan aku di waktu kecil agar aku tidak melakukan maksiat dan aku tidak masuk neraka?', apa yang akan dikatakan oleh tuhan?". Maka gurunya kebingungan dan diriwayatkan bahwa ia berkata kepada Al-Asy'ari: "Apakah kamu gila?". Al-Asy'ari menjawab: "Akan tetapi keledai sang guru berdiri di bukit terjal". Akhirnya al-Asy'ari dan orang yang bersamanya meninggalkan madzhab gurunya dan aktif menyanggah pendapat al-Mu'tazilah dan menguatkan pendapat yang sesuai dengan sunnah dan dipegang oleh mayoritas umat Islam, maka dinamakanlah ahlu sunnah wal jamaah. <Sirajut Thalibin: 2/89>
ADVERTISEMENT
3. Ada seseorang yang berdiri di majlis Hasan al-Bashri dan berkata: "Wahai imam, di zaman ini telah tampak sekelompok orang yang mengkafirkan pelaku dosa besar [yaitu: Khawarij]. Dan kelompok lain yang mengatakan: 'Dengan adanya keimanan, suatu kemaksiatan tidak akan berpengaruh sebagaimana ketaatan tidak berpengaruh jika disertai kekufuran' [yaitu: Murjiah). Mana yang akan kita yakini?". Maka Hasan diam sambil memikirkan jawabannya. Lalu Washil bin 'Atha' mendahuluinya menjawab dan berkata: "Aku tidak mengatakan bahwa pelaku dosa besar adalah seorang mukmin secara mutlak dan juga tidak seorang kafir secara mutlak". Lalu ia berdiri ke sebuah tiang di masjid menetapkan madzhabnya dan menyatakan satu kedudukan di antara dua kedudukan dan ia berkata: "Manusia ada 3 macam: mukmin, kafir, tidak mukmin dan tidak kafir dan itulah pelaku dosa besar yang mati sebelum ia bertaubat". Maka Hasan berkata: "Washil telah berpisah dari kita", karena itulah dinamakan: Mu'tazilah (yang memisahkan diri]. <al-Bahjah as-Saniyyah: 7>
ADVERTISEMENT
4- Salah seorang penduduk Madinah beraliran syi'ah berkata kepada salah seorang sadah dari keturunan Ba'Alawy: "Apa pendapatmu tentang syi'ah dan Abadloh?". Ia menjawab: " Mereka seperti kotoran sapi dibelah dua ". (Tatsbitul-fuad: 2/227)