Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
TNI Mesti Inovatif, Solutif, dan Adaptif
5 Oktober 2022 9:58 WIB
Tulisan dari Mayjen Kunto Arief Wibowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika dibuat perbandingan antar masing-masing lembaga negara di Indonesia ini, mungkin TNI termasuk lembaga yang memiliki sedikit keleluasaan dalam menjalankan aktifitasnya. Keleluasaan yang dimaksud bukan pada konteks aturan keuangan ataupun kepatuhan pada Undang-Undang melainkan leluasa dalam berpikir taktis dan strategis. Aturan yang ada akan dipandang lentur sepanjang itu bisa menunjang pencapaian tujuan.
ADVERTISEMENT
Hal ini mungkin bertolak belakang dengan asumsi publik yang cenderung memandang organisasi TNI adalah organisasi yang kaku, otoriter, patuh komando, dan tidak boleh keluar dari perintah komando seperti kacamata kuda.
Bagaimanapun doktrin ini memang ada pada TNI. Komando adalah yang tertinggi dan perintah yang wajib dijalankan apapun pangkat dan jabatannya. Ketika perintah datang, maka wajib dilaksanakan. Dalam kacamata rentang komando, memang begitulah adanya.
Tapi sejatinya, saat eksekusi di lapangan, sebenarnya para prajurit TNI adalah individu-individu yang kreatif dan dituntut untuk selalu berkreasi. Kalau hanya kacamata kuda, maka anggota TNI tak ubahnya robot.
Pernahkah kita bayangkan, saat prajurit sedang berada di medan tempur atau dalam sebuah operasi darurat menemukan kendala teknis seperti sarana prasarana dan peralatan yang kurang? Dalam posisi itu, haruskah TNI menunggu dulu instruksi atasan ataukah menunggu dulu suplai barang supaya tidak menyalahi ketentuan? Di sinilah keleluasaan itu diberikan atau dalam bahasa lain disebut dengan diskresi kebijakan.
ADVERTISEMENT
Pada contoh berbeda, saat anggota TNI berada di masyarakat, menemukan adanya rakyat yang tidak mampu mengelola kebunnya karena tanah yang tandus atau lahan yang tak subur, apakah kemudian anggota TNI akan beralasan bahwa itu bukan kerjaan dia dan menunggu sajalah bantuan dari Dinas Pertanian? Tak mungkin itu dikatakan karena rakyat adalah jantungnya TNI.
Walaupun TNI bukan ahlinya pertanian, tapi mereka terbiasa berkreasi di medan sulit. Baliklah ke barak, masuklah ke bengkel, lalu berinovasilah. Maka jadilah produk penyubur tanah, terapkan di masyarakat. Lalu, perlukah SPJ dan segala tetek bengek administratif lainnya? Mungkin perlu tapi terpenting adalah masalah publik diselesaikan dulu.
Kebiasaan berpikir taktis dan strategis sesuai konteks lapangan itulah yang selalu dicanangkan dan diperkuat pada tubuh TNI apapun kesatuannya. Di Batalyon, mereka dididik bersikap terhadap musuh, taktis, dan strategis dalam bertempur.
ADVERTISEMENT
Sementara di Komando Teritorial, mereka dilatih untuk terampil menghadapi segala permasalahan di masyarakat. Ada sisi menghancurkan dan ada sisi kemanusiaan. Dua sisi berbeda, tapi itulah yang harus dikuasai seluruh prajurit TNI, ciri khas yang membedakannya dengan lembaga lain.
Keputusan lapangan sangat menentukan dinamika situasional. Maka dari itu, diperlukan pemimpin yang berani secara nyata berhadapan dengan masalah, bukan teori dan asumsi terlebih pencitraan diri. Rakyat butuh tindakan nyata, bukan retorika kosong.
Implementasi di Jawa Barat
Menyoroti persoalan di masyarakat, khususnya Jawa Barat, bisa dilihat dari kenyataan yang ada. Setidaknya, terdapat beberapa persoalan dasar yang dihadapi masyarakat, baik perkotaan maupun pedesaan.
Pertama, bencana alam yang bermula dari krisis lingkungan. Kedua, keterbatasan dalam tata kelola lahan pertanian, Ketiga, krisis energi yang berdampak pada semua sektor. Keempat, masih ditemukannya potensi-potensi kemunculan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila. Kelima, ketebatasan dalam mengakses dan mengelola sumber daya air (termasuk lautan),
ADVERTISEMENT
Masalah di atas ada di depan mata, maka apa yang harus dilakukan? Secara struktural itu memang tupoksinya lembaga terkait, instansi pada lembaga pemerintahan. Namun, ketika masalah berlarut, apakah kita akan mendiamkan saja? Tidak mungkin, harus ada tindakan nyata.
Berdasarkan hasil pembacaan, analisis serta diskusi dengan para pihak, solusi harus diambil dan kata kunci dari semuanya adalah inovasi dan solutif dengan berdasar pada sikap adaptif.
Inovasi yang dimaksud adalah kemampuan untuk membuat dan melakukan berbagai kegiatan yang sifatnya mencari sesuatu yang baru, berbeda, serta tentu saja praktis dan mudah dilakukan. Inovasi termudah adalah penggunaan teknologi terapan. Karena itu semua prajurit TNI di bawah Kodam Siliwangi, diwajibkan untuk bersikap inovatif, peka masalah, dan segera mencari solusi.
ADVERTISEMENT
Inovasi kemudian menjadi dasar untuk mencari solusi. Prajurit harus bertindak nyata, bukan beretorika. Terciptalah kemudian berbagai inovasi yang kemudian langsung diterapkan. Contohnya, terhadap bencana alam, yang dominan di Jawa Barat adalah tanah longsor dan banjir perkotaan, maka solusinya adalah teknologi pencegah longsor.
Kami mengembangkan program penguatan lahan masyarakat dengan mengembangkan budidaya tanaman penghijauan yang produktif dan ekonomis. Bukan sekedar menanam pohon, tapi tanaman yang hasilnya bisa dimanfaatkan. Titik rawan dipetakan, koordinasi dilakukan, dan produk dijalankan.
Sementara itu, terhadap persoalan energi, masalahnya adalah minimnya energi alternatif yang dikembangkan di masyarakat. Maka dari itu, perlu ada produk penghemat BBM diciptakan. Perlu adanya energi alternatif, dibuatlah teknologi penghasil energi dari air dan udara. Sereh Wangi dikembangkan, budidayanya ada pada semua Kodim.
ADVERTISEMENT
Lalu, lahan yang tak lagi produktif dan subur, solusinya adalah teknologi penyubur lahan. Bios 44 dibuat dan diterapkan, basisnya ada pada semua Kodim dan Koramil. Sasarannya adalah semua masyarakat. Produk ini tak hanya pada lahan pertanian, tapi juga pada peternakan dan usaha perikanan masyarakat. Semua sudah berjalan dan hasil nyatanya bisa dilihat langsung.
Kemudian, masalah pangan adalah masalah mendasar. Petani harus kuat dan mampu, maka pertanian jagung secara massal dengan menggunakan segala teknologi pun dikembangkan. TNI ada di depan dan sekarang kita tinggal menunggu panen, buah dari usaha selama sekian bulan.
Jika kita layangkan pandangan ke laut, jutaan masyarakat menggantungkan hidup pada sektor maritim ini. Mereka pun dibelit masalah seperti keterbatasan akses menangkap ikan, sampai pada keterbatasan dalam pengolahan hasil laut.
ADVERTISEMENT
Apa yang kemudian diperbuat? Memfasilitasi nelayan agar bisa ke laut dengan BBM murah dan hemat adalah yang pertama. Selanjutnya, adalah pengolahan, maka teknologi pembuatan es batu kita cobakan. Nelayan tak repot-repot lagi mengusahakan es batu, teknologi itu sudah kita sediakan.
Persoalan air bersih, ternyata juga jadi problem. Sulitkah? Tidak, karena kita punya sumber laut yang begitu luas. Masuklah teknologi pengubah air laut menjadi air minum. Sebagai tester adalah prajurit TNI sendiri dan berhasil. Masyarakat sekitar tinggal meneruskan dan menikmati apa yang sudah dibuat.
TNI Punya Potensi
TNI bukanlah juru selamat, bukan pula lembaga yang ahli di segala bidang. TNI juga bukan lembaga bisnis yang akan cari untung secara ekonomis dari apa yang dilakukan. Semua itu adalah wujud konkrit dari tagline TNI harus inovatif, solutif, dan adaptif. Semangat yang kita kembangkan adalah semangat berbagi, bukan semangat bertransaksi.
ADVERTISEMENT
Mungkin pada beberapa sisi masih ditemukan kendala dan hambatan. Kegagalan juga kerap ditemui, tapi itulah perlunya inovatif dan juga diskresi saat masalah ditemukan. Tak usah beralasan pada anggaran tak turun atau anggaran tak tersedia. Rakyat tidak makan duit, tapi rakyat butuh solusi konkrit.
Ada adagium yang berkembang saat pengalaman saya di berbagai daerah 'Andai kami mampu mengaspal jalan sendiri, tak perlu kami meminta ke pemerintah. Andai kami mampu membuat listrik sendiri, tak perlu kami berharap pada PLN'.
Intinya kemandirian. Potensi itu ada, tinggal bagaimana kita berupaya menjembataninya. Yakinlah, rakyat kita mampu hanya mereka mungkin belum tahu atau justru mereka memang sengaja dibuat tidak tahu alias dibodohi. Pembodohan inilah yang diperangi oleh TNI, termasuk pembodohan yang menyasar pada ideologi. Itu musuh besar TNI. Selamat HUT TNI.
ADVERTISEMENT
DIRGAHAYU TNI KE 77 'TNI ADALAH KITA'