Konten dari Pengguna

Sejarah Kreativitas: Dari Zaman Batu ke Era Digital

Febby Cahya Ningtyas
Mahasiswa universitas Pamulang - Ilmu Komunikasi
21 April 2025 11:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Febby Cahya Ningtyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Dibuat Menggunakan Ai.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Dibuat Menggunakan Ai.
ADVERTISEMENT
Manusia telah berpikir kreatif jauh sebelum istilah creative thinking muncul. Lukisan gua di Lascaux, Prancis, yang berusia lebih dari 17.000 tahun adalah bukti awal kreativitas manusia. Selain itu, pembuatan alat dari batu yang semakin kompleks juga menunjukkan bahwa manusia sudah berpikir inovatif untuk bertahan hidup.
ADVERTISEMENT
Di masa Yunani kuno, filsuf seperti Plato dan Aristoteles mulai menggali konsep ide dan imajinasi. Meski belum menyebut kreativitas secara eksplisit, mereka sudah menyadari bahwa ide bisa muncul dari pemikiran, bukan hanya wahyu dari para dewa.
Era Renaisans menandai perubahan besar dalam cara pandang terhadap kreativitas. Tokoh-tokoh seperti Leonardo da Vinci dan Michelangelo tidak hanya jenius dalam seni, tetapi juga dalam sains dan teknologi. Di sinilah manusia mulai melihat kreativitas sebagai kekuatan untuk mengubah dunia, bukan sekadar ilham.
Memasuki abad ke-17 hingga ke-19, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat, berkat pemikiran kreatif. Tanpa kreativitas, mungkin kita tidak akan memiliki listrik, mesin uap, atau telepon. Tokoh seperti Isaac Newton dan Galileo menunjukkan bagaimana ide-ide kreatif bisa merubah cara kita memahami dunia.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1950, psikolog J.P. Guilford membuka jalan bagi studi ilmiah tentang kreativitas dengan konsep Divergent Thinking. Edward de Bono juga mengembangkan metode Lateral Thinking yang membantu menciptakan solusi dari sudut pandang yang tidak terduga. Sejak itu, kreativitas mulai dipelajari lebih dalam di dunia pendidikan dan bisnis.
Sekarang, kreativitas tidak lagi terbatas ruang dan waktu. Teknologi memungkinkan siapa pun untuk menjadi kreator—dari penulis, pembuat video, hingga content creator di media sosial. Kreativitas kini menjadi keahlian utama yang diperlukan oleh inovator, startup, hingga pekerja kantoran untuk terus berkembang dan bertahan.
Sejarah panjang kreativitas manusia menunjukkan bahwa berpikir kreatif adalah bagian dari DNA kita. Kreativitas terus berkembang seiring waktu dan berperan penting dalam setiap loncatan peradaban. Jadi, saat kamu sedang berpikir kreatif atau membuat konten, ingatlah—kamu melanjutkan warisan panjang dari para pemikir hebat sepanjang sejarah.
ADVERTISEMENT