Konten dari Pengguna

Hubungan Tanpa Status Menjadi Pemicu Terjadinya Gangguan Jiwa/Mental pada Remaja

ERNY FEBRYANTI PANGGABEAN
Perkenalakan nama saya Erny. Saya berasal dari Banyumas, dan sekarang saya adalah mahasiswa Amikom Purwokerto, prodi S1 Bisnis Digital.
23 Oktober 2024 14:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ERNY FEBRYANTI PANGGABEAN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
<a href="https://www.freepik.com/free-vector/hand-drawn-divorce-illustration_65656015.htm#fromView=search&page=1&position=8&uuid=b695a519-123b-49d4-9402-bf503808ed0c">Image by pikisuperstar on Freepik</a>
zoom-in-whitePerbesar
<a href="https://www.freepik.com/free-vector/hand-drawn-divorce-illustration_65656015.htm#fromView=search&page=1&position=8&uuid=b695a519-123b-49d4-9402-bf503808ed0c">Image by pikisuperstar on Freepik</a>
ADVERTISEMENT
Fenomena seperti status rendah atau pertemanan yang menguntungkan, hubungan intim tanpa komitmen, dan hubungan yang tidak jelas arah dan tujuannya sering terjadi pada remaja dan dewasa muda. Hubungan seperti ini sering dianggap menarik karena diyakini menawarkan kebebasan tanpa beban tanggung jawab. Namun hubungan seperti itu dapat menimbulkan berbagai gangguan psikologis, terutama pada remaja yang belum matang secara emosi.
ADVERTISEMENT
1.Ketidakpastian Emosional
Hubungan tanpa status sering kali ditandai dengan ketidakpastian. Biasanya kedua pihak tidak sepakat secara spesifik mengenai masa depan hubungan. Ketidakpastian ini dapat menimbulkan gejolak emosi dan kecemasan yang pada akhirnya berdampak buruk pada kesehatan mental. Remaja yang berada dalam hubungan seperti itu mungkin merasa tidak aman dan tidak aman karena mereka tidak tahu apakah hubungan itu akan berkembang atau hanya bersifat sementara.
2.Rasa Takut Kehilangan dan Kecemburuan
Meski tidak ada hubungan formal, rasa takut kehilangan atau kecemburuan terhadap pasangan bisa saja muncul. Kurangnya komitmen tidak menghilangkan perasaan emosional yang kuat seperti rasa cemburu ketika salah satu pihak berdekatan. Ketakutan akan kehilangan ini dapat berubah menjadi gangguan kecemasan sehingga menimbulkan rasa cemas dan khawatir yang terus-menerus pada remaja.
ADVERTISEMENT
3. Rendahnya Harga Diri
Banyak remaja yang terlibat dalam hubungan berstatus rendah melaporkan harga diri yang rendah. Mereka mungkin merasa bahwa itu hanya “pilihan sementara” atau mereka tidak cukup baik untuk mendapatkan komitmen penuh dari pasangannya. Perasaan ini dapat menyebabkan depresi dan kecemasan yang berkelanjutan, terutama jika hubungan tersebut berakhir tidak meyakinkan.
4. Tekanan Sosial dan Harapan Masyarakat
Tekanan sosial untuk tampil "bebas" dan "riang" sering kali mengarahkan remaja untuk terlibat dalam hubungan non-status. Faktanya, jauh di lubuk hati, ada keinginan untuk memiliki hubungan yang stabil dan penuh cinta. Kegagalan memenuhi harapan tersebut dapat menyebabkan stres, yang jika tidak ditangani, dapat berkembang menjadi masalah psikologis yang serius seperti depresi klinis.
ADVERTISEMENT
5. Pengaruh Terhadap Kesehatan Mental Jangka Panjang
Dalam jangka panjang, melanjutkan hubungan non-status dapat memengaruhi hubungan remaja di masa depan. Ketidakmampuan untuk membentuk hubungan yang sehat dan berkomitmen dapat menyebabkan pola perilaku berulang yang sering kali berakhir pada hubungan yang tidak stabil. Hal ini dapat berdampak pada kesehatan mental secara umum. Itu karena ketidakstabilan emosi dalam hubungan romantis seringkali menjadi akar penyebab gangguan kesehatan mental seperti gangguan bipolar atau gangguan kepribadian ambang.
6. Kurangnya Dukungan Emosional
Aspek penting dari suatu hubungan adalah dukungan emosional yang berkelanjutan. Dalam hubungan non-status, tidak perlu memberikan dukungan emosional sepenuhnya kepada pasangan. Kurangnya dukungan ini dapat membuat remaja merasa sendirian dalam menghadapi masalah emosional yang dapat berujung pada buruknya kesehatan mental.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan :
Hubungan tanpa status mungkin terlihat menarik pada awalnya karena memberikan kebebasan dan ketiadaan komitmen. Namun, jenis hubungan ini memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan mental remaja. Ketidakpastian, rasa cemas, rendahnya harga diri, serta tekanan sosial semuanya berkontribusi pada gangguan mental yang serius. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk memahami dampak jangka panjang dari hubungan semacam ini dan mencari hubungan yang lebih sehat dan stabil secara emosional. Dukungan dari keluarga, teman, dan lingkungan sekitar juga penting untuk membantu remaja melewati masa-masa sulit dalam hubungan mereka.