Konten dari Pengguna

Menjadi Mahasiswa 'Fasis' atau 'Independen' ?

Muhamad Reihan Syah
Muhamad Reihansyah, mahasiswa Universitas Pamulang, jurusan Sastra Indonesia, hobby atau kegiatan yang digemari adalah menulis sebuah karangan, yakni baik prosa maupun puisi dan tak lupa gemar juga dengan menari dan seni visual
28 Juni 2023 19:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhamad Reihan Syah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Menyuarakan Keadilan. Dokumen Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Menyuarakan Keadilan. Dokumen Pribadi.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa adalah kalangan terpelajar yang belajar di perguruan tinggi dan mencari ilmu untuk mengembangkan diri dan mewujudkan cita-cita. Jumlah mahasiswa di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun dan menjadi modal untuk memajukan bangsa jika dikelola dengan baik. Tugas mahasiswa tidak hanya sebatas menuntut ilmu di kelas, tetapi juga berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan organisasi mahasiswa. Dengan bergabung dalam organisasi mahasiswa, mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan kepemimpinan, mengasah keahlian sosial seperti berkomunikasi, bersosialisasi, dan berorganisasi.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa juga memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar. Mahasiswa harus peduli terhadap keadaan di sekitar kampusnya dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Dengan demikian, mahasiswa dapat menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitarnya dan memperkuat ikatan sosial yang ada. Sebagai kaum intelektual dan berakademisi, seorang mahasiswa harus bisa memilih tujuan serta memiliki prinsip berpikir seperti apa yang ingin di perjuangankan. Akan tetapi, apakah menjadi mahasiswa 'fasis' (patuh dengan segala aturan) lebih baik dibanding mahasiswa yang independen namun di jauhi oleh lingkungan pertemanan?
Pemikiran fasisme dikenal sebagai salah satu paham yang eksklusif, intoleran terhadap kelompok minoritas, serta mengeksploitasi ketakutan, ketidaktahuan, dan emosi massa. Dalam dunia perguruan tinggi, mahasiswa harus dituntut untuk selalu menaati peraturan serta kerja sistem yang dibuat oleh pihak kampus, dalam konteks sistem yang menyimpang pemikiran seorang mahasiswa menjadi fasis dan haus akan ketakutan serta terpaksa untuk menajalani dunia pendidikan yang merdeka saat ini. Memang, tidak ada yang melarang ketika ada seorang mahasiswa yang berpikir fasis demi sebuah keinginan yang dicapai seperti; mendapatkan nilai bagus dari seorang dosen, dan mencari relasi antar lingkungan perkuliahan. Tentu, secara rasional pihak kampus atau seorang tenaga pengajar bisa saja memainkan hak "prerogratif" nya untuk menjadikan semua kendali kuasa yang tak bertanggung jawab jika mahasiswa tak pernah berpikir kritis.
ADVERTISEMENT
Kemudian, pemahaman independen adalah kemampuan individu untuk memahami atau mengevaluasi informasi secara mandiri tanpa tergantung kepada opini atau pendapat orang lain. Hal ini dapat dihasilkan melalui kebiasaan membaca, mencatat ide-ide, melakukan riset, dan terus berkembang dalam berpikir kritis. Pemahaman independen juga dapat membantu individu untuk mencapai tujuan pribadi dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah yang efektif dalam kehidupan. Tentu, dalam kehidupan perkuliahan seorang mahasiswa yang berakademisi wajib memiliki pemikiran yang independen. Beberapa manfaat menjadi mahasiswa yang mempunyai pemikiran yang independen ; yakni 1) Meningkatkan kemampuan analisis: Mahasiswa yang berpikir kritis akan mampu menganalisis informasi dengan lebih efektif dan akurat. Mereka kritis dalam menilai bukti yang dipresentasikan dan dapat memisahkan informasi yang berkaitan dengan topik dari informasi yang tidak relevan. 2) Memperkaya pemikiran: Berpikir kritis membantu mahasiswa melihat berbagai sudut pandang pada suatu topik. Dengan mempertimbangkan berbagai opsi, pemikiran mereka menjadi lebih luas dan bervariasi. 3)Membuka peluang: Pekerjaan saat ini membutuhkan karyawan yang dapat berpikir kritis dan memiliki kemampuan analitis. Berpikir kritis menolong mahasiswa mempersiapkan diri mereka untuk tantangan di masa depan. 4) Meningkatkan keterampilan pemecahan masalah: Mahasiswa yang berpikir kritis memperoleh keterampilan yang baik dalam memecahkan masalah. Mereka belajar untuk mengidentifikasi masalah, menganalisis situasi, dan berpikir kreatif dalam mencari solusi. 5) Menjadi lebih kritis dalam menilai informasi yang diterima: Di era informasi digital, banyak yang membingungkan. Mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dapat menilai kualitas informasi yang mereka dapatkan dengan lebih baik dan mampu mempertahankan sikap kritis terhadap apa pun yang mereka temukan.
ADVERTISEMENT
Demikian kesimpulan pada mahasiswa dalam membangun pemikiran yang sukses, mahasiswa harus memperhatikan tiga hal penting. Pertama, mahasiswa harus memiliki cita-cita yang jelas. Kedua, mahasiswa harus mampu belajar dengan tekun dan berpikir kritis. Ketiga, mahasiswa harus mampu memperkuat ikatan sosial dan membangun jaringan. Dengan cara tersebut, mahasiswa akan memiliki modal awal untuk membangun karier dan berkontribusi dalam memajukan bangsa. Oleh karena itu, mahasiswa harus selalu memperhatikan hal-hal penting dalam kehidupannya dan menjadikan dirinya sebagai mahasiswa yang produktif dan bermanfaat.