Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Merayakan Hari Raya Galungan Dengan Penuh Hikmah di Perantauan
16 Oktober 2024 10:14 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Amanda Kartika Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sehari sebelum Hari Raya Galungan terdapat satu rangkaian yaitu Penampahan Galungan yang jatuh pada hari selasa wage wuku dungulan. Biasanya penampahan ini para umat hindu melakukan persiapan sebelum hari h Galungan. Aktivitasnya terdiri dari pembuatan banten dan canang, pembuatan penjor, menghias sanggah-sanggah, dan seringkali diiringi dengan membuat dan makan lawar bersama keluarga.
ADVERTISEMENT
Canang-canang yang disiapkan adalah sarana yang akan digunakan untuk persembahyangan keesokan harinya yang dimana canang memiliki makna untuk memohon kekuatan pengetahuan untuk Bhuwana Alit maupun Bhuana Agung. Selain canang dan banten masih banyak sarana yang disiapkan dan digunakan saat Galungan seperti sampian, tamiang, segehan, pejati, dan masih banyak lagi. Penjor merupakan suatu simbol yang wajib dibuat dan dipasang sebelum Hari Galungan yang biasanya dipasang di depan pekarangan rumah. Penjor memiliki makna kesejahteraan dan rasa terima kasih karena seluruh bahan-bahan yang digunakan dalam membuat penjor berasal dari alam semesta. Membuat dan makan lawar Bersama adalah tradisi yang identik dilakukan umat hindu, karena hal ini akan menciptakan kedekatan dan kebersamaan dengan anggota keluarga. Pembagian tugas untuk menyiapkan hal tersebut sangatlah setara yang dimana biasanya yang menyiapkan banten merupakan tugas perempuan sedangkan membuat penjor dan lawar merupakan tugas pria. Tetapi seiring berjalannya waktu, semua kegiatan tersebut bisa saling selang-seling dilakukan bersama-sama oleh perempuan maupun pria.
ADVERTISEMENT
Saat Hari Penampahan Galungan kemarin pada tanggal 24 September 2024, para umat Hindu di Surabaya tepatnya warga Pura Kenjeran melakukan “Ngayah”, yaitu sebutan dalam Bahasa Bali yang artinya gotong royong atau kerjasama dalam mempersiapkan Hari Raya Galungan. Aktivitasnya sama persis seperti umat hindu di Bali. Membuat banten, penjor, lawar, dan juga bersih-bersih area Pura. UKMKHD Universitas Airlangga mengadakan inisiasi untuk ikut melaksanakan kegiatan ngayah bersama warga Pura Segara Kenjeran yang mengajak seluruh mahasiswa Universitas Airlangga yang beragama Hindu, yang bertujuan agar mahasiswa perantauan dapat merasakan dan merayakan Galungan sama seperti saat mereka merayakannya di Bali. Kegiatan ini sangat bermanfaat dan membantu warga Pura Kenjeran atas tenaga bantuannya.
Tepat pada Hari Raya Galungan pada 25 September 2024, para umat Hindu yang berada di Surabaya mulai berdatangan ke Pura Segara Kenjeran untuk melaksanakan persembahyangan. Yang hadir disana adalah orang asli Surabaya yang beragama Hindu dan banyak juga orang-orang yang sedang merantau. Walaupun begitu, para umat Hindu yang sedang merantau di Surabaya tetap melaksanakan upacara persembahyangan dengan penuh hikmah untuk memohon dan memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan menghaturkan rasa terima kasih. Para perantau disini mengatakan bahwa melaksanakan persembahyangan di Surabaya mirip seperti saat mereka bersembahyang di Bali. Dan mereka sangat senang karena suasana perayaan Hari Raya Galungan tidak jauh berbeda dengan yang ada di Bali. Sehingga mereka tidak merasakan rindu yang berat dengan merayakannya di Bali, karena mereka tetap bisa melaksanakan sembahyang dengan bersungguh-sungguh dan dapat makan lawar bersama.
ADVERTISEMENT