Konten dari Pengguna

Pentingnya Komunikasi: Membahas Perjanjian Perkawinan Sebagai Proses Kolaboratif

Muhammad Raihan Rafsanjani
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Hukum Keluarga Semester 1
6 Mei 2024 10:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Raihan Rafsanjani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Perjanjian Perkawinan. Source Image: Pexels.com/Mart Production
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Perjanjian Perkawinan. Source Image: Pexels.com/Mart Production
ADVERTISEMENT
Pernikahan adalah ikatan yang dibangun atas dasar cinta, kepercayaan, dan komitmen. Namun, dalam realitasnya, aspek hukum dan finansial juga memegang peran penting dalam membangun fondasi yang kuat untuk hubungan tersebut. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengelola aspek-aspek tersebut adalah perjanjian perkawinan. Namun, pembahasan dan penyusunan perjanjian perkawinan seringkali dianggap sebagai topik sensitif yang memicu ketegangan dalam hubungan. Inilah mengapa pentingnya komunikasi terbuka dalam memandang perjanjian perkawinan sebagai sebuah proses kolaboratif tidak boleh diabaikan.
ADVERTISEMENT

Membuka Jalur Komunikasi

Langkah pertama yang penting dalam menyusun perjanjian perkawinan adalah membuka jalur komunikasi yang jujur dan terbuka antara pasangan. Ini melibatkan berbagi harapan, kekhawatiran, dan nilai-nilai masing-masing. Dalam suasana yang terbuka, pasangan dapat lebih mudah menyampaikan pemikiran mereka tentang bagaimana mereka melihat masa depan finansial mereka, apa yang mereka anggap sebagai hak dan kewajiban, serta bagaimana mereka ingin melindungi kepentingan mereka sendiri dan kepentingan bersama.
Ilustrasi Komunikasi Antara Suami dan Istri. Source Image: Pexels.com/The Coach Space

Memahami Tujuan Bersama

Kunci kolaborasi dalam penyusunan perjanjian perkawinan adalah memahami tujuan bersama dalam konteks pernikahan. Perjanjian perkawinan bukanlah semata-mata tentang melindungi kepentingan individu, tetapi juga tentang membangun fondasi yang kokoh untuk masa depan bersama. Dalam diskusi yang terbuka, pasangan dapat menyatukan visi mereka tentang apa yang ingin mereka capai dalam hubungan ini, serta bagaimana perjanjian perkawinan dapat menjadi alat untuk mencapai tujuan tersebut.
ADVERTISEMENT

Berbicara Tentang Kemungkinan Skenario

Salah satu manfaat dari komunikasi terbuka adalah kemampuan untuk membicarakan kemungkinan skenario yang tidak diinginkan. Meskipun mungkin terdengar tidak menyenangkan, membahas kemungkinan perceraian atau kematian adalah bagian penting dari merencanakan perjanjian perkawinan. Dengan membahas skenario-skenario ini secara terbuka, pasangan dapat menemukan solusi yang adil dan masuk akal untuk melindungi kepentingan masing-masing, tanpa mengorbankan keintiman dan kepercayaan dalam hubungan.

Mendapatkan Bantuan Profesional

Dalam banyak kasus, membicarakan perjanjian perkawinan dapat menjadi rumit dan emosional. Oleh karena itu, melibatkan bantuan profesional seperti pengacara spesialis dalam hukum keluarga atau mediator perkawinan dapat sangat membantu. Mereka dapat membimbing pasangan melalui proses tersebut, menjelaskan implikasi hukum dari berbagai pilihan, dan membantu mencapai kesepakatan yang adil dan seimbang.
Ilustrasi Mediasi Antara Suami dan Istri. Source Image: Pexels.com/Karolina Grabowska
Pentingnya komunikasi dalam menyusun perjanjian perkawinan tidak dapat dilebih-lebihkan. Ini bukan hanya tentang menyusun dokumen hukum yang mengikat, tetapi juga tentang membangun fondasi yang kokoh untuk hubungan yang sehat dan berkelanjutan. Dengan berbicara secara jujur, memahami tujuan bersama, dan membahas kemungkinan skenario dengan bijaksana, pasangan dapat menjalani proses ini sebagai proses kolaboratif yang memperkuat, bukan melemahkan, ikatan mereka.
ADVERTISEMENT