Konten dari Pengguna

Baru Terasa Setelah Tiada

dianseptia
Mahasiswi semester 4 dengan program studi Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta
10 Juni 2024 8:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari dianseptia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hujan sering digambarkan sebagai lambang kesedihan. Sumber: dianseptia.
zoom-in-whitePerbesar
Hujan sering digambarkan sebagai lambang kesedihan. Sumber: dianseptia.
ADVERTISEMENT
Apakah Anda menikmati waktu yang Anda miliki?
Waktu baru terasa berharga di saat-saat terendah hidup. Misalnya, saat orang paling berharga di hidup kita pergi untuk selamanya. Datang dan pergi merupakan hal yang wajar terjadi di dunia. Semua makhluk hidup pada dasarnya akan kembali ke pangkuan Tuhan, namun tidak semua orang siap menghadapinya.
ADVERTISEMENT
Saya merupakan seorang yang menyesal karena tidak menghargai waktu. “Kakak kapan main ke sini?” Rasanya saya rindu mendengar kalimat itu keluar dari mulut seseorang. Mengejar kenikmatan dunia membuat saya lupa, bahwa tidak ada yang hidup selamanya di dunia.
Tidak ada yang bisa menggantikan hangatnya pelukan seorang nenek kepada cucunya. Bagaimana matanya menatap penuh bangga, tangannya mengurus dengan penuh kelembutan, dan kecupan penuh kehangatan yang sering diberikannya.
Waktu merupakan hal istimewa yang tidak akan pernah bisa diulang. Andai waktu bisa diulang, saya akan memanfaatkannya untuk menciptakan kenangan-kenangan indah lebih banyak lagi. Saat mendengar nenek dilarikan ke rumah sakit, rasanya semangat hidup saya dirampas paksa.
Saat itu, tahun 2022 saya sedang sibuk mengurus berkas untuk masuk perguruan tinggi. Akibatnya, intensitas waktu berkunjung ke rumah nenek pun berkurang. Meski begitu, nenek terus menghubungi saya lewat telepon. Di saat berkas sudah selesai diurus, nenek tiba-tiba mengalami stroke.
ADVERTISEMENT
Ada perasaan yang sulit dijelaskan saat mendengar kabar tersebut. Perasaan gelisah dan tidak nyaman yang tidak dapat dijelaskan. Akan tetapi, hanya doa yang bisa saya berikan untuk turut membantu. Saya pasrahkan seluruh keputusan kepada Tuhan Yang Maha Esa, meski perasaan gelisah terus menyelimuti.
Sebagai cucu tertua, saya ditugaskan untuk menjaga adik serta sepupu-sepupu saya, karena orang tua kami sibuk di rumah sakit. Di depan sepupu-sepupu saya yang masih kecil, saya harus tetap terlihat kuat dan tegar. Ketika mereka bertanya “Kak, nenek kenapa? Kok nggak pulang? Nenek udah nggak sayang sama aku ya?” Saya harus bisa menjelaskan dengan penuh pengertian dan bahasa yang mudah mereka cerna.
Kabar nenek yang kondisinya terus naik dan turun, hanya bisa saya terima lewat telepon. Menangis di kamar mandi merupakan hal yang sangat biasa saya lakukan saat itu. Saya hancur, namun dipaksa kuat oleh keadaan. Kenangan-kenangan indah bersama nenek terus terputar di otak, rasanya ingin kembali merasakan itu semua saat nenek pulih nanti.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, harapan itu terhenti untuk menjadi angan. Tiga hari setelah dirawat, nenek dinyatakan pergi untuk selamanya. Air mata saya rasanya sudah kering, akibat terlalu sering menangis sehingga saya hanya bisa terdiam mencerna kabar tersebut. Penyesalan-penyesalan karena tidak menemuinya beberapa minggu terakhir, mulai memenuhi dada. Sesak rasanya memikirkan berapa banyak waktu yang saya buang sia-sia dengan tidak bertemu nenek di sisa hidupnya.
Suara sirine ambulans yang semakin mendekat, sukses membuat air mata saya meluncur begitu saja membasahi pipi. Di saat itulah saya tidak bisa berpura-pura kuat lagi, saya terlihat begitu hancur di hadapan semua orang yang sama hancurnya dengan saya. Semangat dalam diri saya yang sebelumnya sudah dirampas, membuat saya merasa sedang ditimpa beban paling berat di pundak.
ADVERTISEMENT
Tidak ada kata-kata yang bisa menenangkan hati. Yang saya pikirkan hanyalah seluruh penyesalan. Penyesalan yang tidak dapat saya ulang untuk perbaiki. Sudah tidak akan ada masakan buatan nenek yang menemani saya setiap minggu dan setiap hari besar. Sampai saat ini, setiap mendengar sirine ambulans selalu ada kesedihan yang tiba-tiba merayapi dada saya.
Terima kasih nenek atas segala kasih sayang yang sudah diberikan kepada saya, segala perhatian yang diberikan kepada saya. Terima kasih sudah selalu mengingatkan pentingnya diri saya sendiri di saat dunia terasa penuh tuntutan. Jasa dan kasih sayang nenek, akan selalu saya kenang di tempat tertinggi hati saya.
Apakah Anda masih ingin menyia-nyiakan waktu?