Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Berkaca dari Perjuangan Kartini, Woman Support Woman Janganlah Hanya Jargon
23 April 2024 12:33 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Dian Rufal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
*Tulisan mewakili opini pribadi
Dalam masyarakat modern saat ini, kita sering mendengar tagar #Womensupportwomen atau istilah-istilah sejenis yang mendorong wanita untuk saling mendukung dan menjaga satu sama lain. Namun, sayangnya fenomena yang terlihat belakangan ini menunjukkan adanya persaingan yang sengit di antara para wanita.
ADVERTISEMENT
Misalnya, sering kita saksikan di media sosial bahwa body shaming atau penghinaan terhadap tubuh orang lain, sering dilakukan oleh sesama wanita. Apalagi di ranah media sosial, komentar-komentar pedas paling sering disampaikan sesama wanita.
Hal ini menimbulkan pertanyaan: sejak kapan dan mengapa terjadi persaingan antar wanita?
Persaingan antara wanita bukan hal baru dalam sejarah manusia. Sejak zaman dulu, wanita sering kali dibatasi oleh keterbatasan gender, norma budaya, dan ekspektasi sosial yang menempatkan mereka pada posisi yang lebih rendah. Dalam konteks ini, persaingan antara wanita menjadi hal yang wajar, karena mencoba memperebutkan sumber daya terbatas dan mencari pengakuan dalam masyarakat yang patriarkis.
Perjuangan Kartini, Simbolisasi Para Wanita untuk Bersatu
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, Kartini dianggap sebagai salah satu tokoh emansipasi wanita yang berpengaruh. Kartini berjuang untuk mengubah pandangan masyarakat tentang peran wanita dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Melalui tulisan-tulisannya, ia mengajak kaum wanita untuk saling mendukung dan bekerja sama dalam mencapai kesetaraan. Kartini menjadi ikon dalam perjuangan wanita untuk melepaskan keterbatasan dan meraih ketahanan dalam masyarakat.
Mengapa Kartini dianggap sebagai simbol emansipasi wanita yang mendukung solidaritas antar kaumnya? Hal ini karena Kartini menginspirasi banyak wanita untuk menghadapi kompetisi dengan cara yang lebih positif dan membangun.
Kartini membuktikan bahwa saling mendukung adalah kunci untuk mengatasi hambatan yang dihadapi oleh wanita. Bukannya saling memberi hinaan atau mencela, Kartini mendorong solidaritas di antara wanita dan mendukung setiap upaya untuk mencapai kesetaraan gender.
Fenomena saling menghujat antar wanita mungkin disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti persaingan secara umum, rasa tidak aman atau kecemburuan yang muncul dari ketidakpuasan diri sendiri, dan pengaruh dari media yang sering memperlihatkan standar kecantikan yang tidak realistis.
ADVERTISEMENT
Namun, fenomena ini tentu tidak mencerminkan semangat perjuangan yang diperjuangkan Kartini. Kartini memperjuangkan tegaknya persamaan hak dan solidaritas antar wanita, bukan saling menghujat.
Untuk mengubah fenomena ini, perlu adanya kesadaran dan pengertian yang lebih dalam tentang pentingnya solidaritas antar wanita. Penting bagi kita semua untuk memahami bahwa menjelek-jelekkan atau menghujat satu sama lain tidak akan membawa kita menuju kemajuan, tetapi justru membuat kita terjebak dalam siklus kompetisi yang tidak sehat. Sebagai wanita, kita memiliki kekuatan untuk mendukung, memotivasi, dan menghargai satu sama lain.
Mari kita hapus sekat-sekat persaingan dan memperkuat solidaritas antar wanita. Mari kita jadikan perjuangan Kartini sebagai inspirasi kita untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan memperkuat peran serta wanita dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
-----------------------------------------------------------
Dian Rufal-Communications Expert