Perempuan, Jangan Pernah Ragu untuk Memimpin!

Dian Rufal
Praktisi Komunikasi, Kandidat Doktoral Manajemen Stratejik Universitas Trisakti
Konten dari Pengguna
7 Maret 2023 10:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dian Rufal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perempuan pemimpin. Foto: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan pemimpin. Foto: shutterstock
ADVERTISEMENT
Pemimpin perempuan yang sukses membangun karier sebagai seorang "lady boss" bahkan menduduki level eksekutif pastinya perlu diacungi jempol. Mereka yang sukses membangun karier tentunya didapat dari dukungan keluarga dan pasangan selain prestasi – prestasinya selama bekerja.
ADVERTISEMENT
Keberadaan para pemimpin perempuan (woman leader) di satu perusahaan/organisasi pastinya turut memberikan warna di tempat ia bekerja. Gaya komunikasi pemimpin perempuan tersebut seringkali dianggap mampu memberikan nuansa baru khususnya dalam membangun empati dan menghalau barriers di internal perusahaan/organisasi.

Leadership Traits

Terdapat beberapa karakteristik kuat (leadership traits) yang membedakan pemimpin perempuan dalam memimpin di sebuah perusahaan/organisasi. Kita ketahui beberapa karakteristik seorang leader haruslah tercermin dalam behavior (perilaku), skill dan kemampuan, serta empati. Satu hal utama yang tidak boleh ketinggalan adalah gaya komunikasi.
Komunikasi empatik menjadi sesuatu elemen penting untuk membangun kepercayaan baik dari internal maupun eksternal. Saya membaca sebuah jurnal manajemen strategi yang berjudul "Female Leadership in Communications Management in Spain: Making Difference in Sexist Culture" terdapat penelitian di Amerika Serikat bahwa para pemimpin perempuan cenderung memiliki keunggulan yang lebih baik dibanding pemimpin laki-laki.
ADVERTISEMENT
Pemimpin perempuan sering mempraktikkan "gaya komunikasi campuran" yaitu gaya komunikasi langsung. Straight forward tapi disertai dengan empati. Hal ini memberikan perbedaan dalam membangun semangat kerja karyawan.
Tidak hanya tercermin dari gaya komunikasi yang digunakan, perempuan dianggap memiliki kecakapan dalam body language, sehingga dianggap lebih baik dalam menyampaikan sesuatu. Kita ketahui, 70 persen persepsi terbangun dari body language saat berkomunikasi. Kemampuan ini turut berdampak kepada iklim dan warna berbeda di dunia kerja.
Ilustrasi: Shutterstock
Dalam penelitian tersebut juga ditemukan para pemimpin perempuan juga cenderung lebih adaptif dan tekun khususnya dalam mencapai suatu tujuan atau target. Hal ini yang membuat perempuan jika berada di posisi eksekutif, membuat posisinya cenderung lebih kuat dibanding laki-laki khususnya dalam hal mendorong hal yang bersifat transformastif.
ADVERTISEMENT

Kapan Seorang Pemimpin Perempuan Dianggap "Ancaman"?

Konflik biasanya akan terjadi jika seorang pemimpin perempuan cenderung agresif dalam menyampaikan keinginan, ide besar dan goalsnya. Suara-suara sumbang mengenai stereotype atau gender mulai diembuskan jika ancaman ini mulai muncul.
Tidak heran, kecenderungan pengaruh sosio budaya menginginkan laki-laki muncul sebagai sosok pemimpin yang tidak terkalahkan. Juga merepresentasikan kekuatan untuk memimpin.
Apapun itu, perempuan yang berada di puncak pimpinan pastinya telah melalui berbagai pengorbanan besar khususnya dari segi waktu. Waktu yang lebih banyak di kantor dibanding bersama anak, mengorbankan banyak sekali momen kebersamaan bersama keluarga, pastinya memiliki tantangan tersendiri.
Berbeda dengan laki-laki yang secara kodrat berkewajiban bekerja dan memenuhi kebutuhan nafkah, sehingga "secara utuh" mereka menyerahkan urusan rumah tangga kepada sang istri. Tidak demikian dengan para pemimpin perempuan. Mereka harus membagi waktu antara menjadi istri, ibu dan perannya sebagai wanita karier. Ini tidaklah mudah, dibutuhkan kecerdasan emosional dalam mengelolanya.
ADVERTISEMENT
Dengan semua keunggulan yang dimiliki oleh mereka, tentulah layak bagi para perempuan untuk didukung untuk menggapai posisinya, diberikan battle field yang seimbang sehingga mendapat kesempatan memimpin seperti para laki-laki.
So, Ladies, masih ragukah untuk memimpin?
Happy International Women's Day!