Konten dari Pengguna

Sikap Nasionalisme Kebijakan Sakoku Jepang dan Pengaruh Globalisasi Era Modern

Venny Maudina
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia
9 Juli 2021 19:18 WIB
·
waktu baca 4 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Venny Maudina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
source: https://unsplash.com/photos/wYbo3CbwvQk
zoom-in-whitePerbesar
source: https://unsplash.com/photos/wYbo3CbwvQk
ADVERTISEMENT
Lebih dari dua ratus tahun yaitu dari tahun 1638 hingga 1863 Jepang memiliki kebijakan politik menutup diri dari intervensi luar atau yang disebut kebijakan sakoku. Kebijakan sakoku diberlakukan sejak masa kepemimpinan Tokugawa Iemetsu yang merupakan Shogun ketiga. Karena kebijakan sakoku ini merupakan upaya menutup diri, maka pada periode ini lah kegiatan hubungan luar negeri Jepang dengan negara-negara lain terputus hingga berabad-abad lamanya.
ADVERTISEMENT
Penarikan diri yang dilakukan oleh Jepang dari pengaruh dunia internasional melalui kebijakan politik isolasi tentunya sangat memiliki pengaruh yang besar terhadap nasionalisme Jepang. Hal ini sebagai langkah pemerintah Jepang untuk melindungi keamanan nasional Jepang agar tidak terpengaruh bangsa Eropa pada perang dunia I dan perang dunia II karena sangat khawatir akan identitas nasional dan sikap patriotisme masyarakat Jepang akan luntur.
Pada masa kebijakan sakoku ini, Jepang hanya melakukan hubungan dagang dengan Belanda dan Cina di wilayah Nagasaki. Kebijakan sakoku Jepang di zaman bakufu Tokugawa tentunya sangat berkebalikan dengan zaman modern saat ini, di mana globalisasi hadir membawa perubahan secara bertahap dan terus menerus mengikuti perkembangan teknologi yang sangat berpengaruh terhadap kebijakan suatu negara dan memiliki dampak hubungan saling ketergantungan antarnegara.
ADVERTISEMENT
Globalisasi yang terus berkembang seakan menuntut masyarakat untuk selalu dapat mengikuti perkembangan yang ada. Hal ini menarik untuk dibahas walaupun seperti yang kita ketahui kebijakan sakoku sudah tidak diterapkan kembali sejak lama setelah pergantian menjadi Restorasi Meiji yang disebut sebagai awal kemajuan Jepang.
Jika kita lihat dengan keadaan sekarang yang serba maju, lantas bagaimana kebijakan politik sakoku di zaman edo dapat berdampak baik pada sikap nasionalisme masyarakat Jepang dibandingkan dengan kehidupan modern saat ini yang dipengaruhi oleh kemajuan globalisasi?
Kembali melihat sejarah Jepang yang menjadi negara tertutup selama lebih dari dua abad karena adanya kebijakan sakoku, penyebab Keshogunan Jepang merasa khawatir adanya misionaris katolik dari Portugis dan Spanyol sebagai ancaman bagi negara nya sehingga diberlakukan kebijakan luar negeri yang melarang warga negara asing masuk ke dalam negara Jepang apalagi membawa pengaruh bagi negaranya, juga melarang warga negara Jepang untuk pergi keluar negeri.
ADVERTISEMENT
Kemudian alasan Jepang memberlakukan kebijakan sakoku karena ingin mempertahankan supremasi Tokugawa dari Daimyo Tozama yang melakukan hubungan kerja sama dengan negara-negara di luar Jepang. Upaya yang dilakukan Tokugawa begitu kuat agar wilayah Jepang terus terhindar dari intervensi asing. Hal ini membuat Jepang menjadi negara yang tertinggal pada zaman nya.
https://unsplash.com/photos/XaBt-5AumB4
Namun di balik dampak buruk dari adanya kebijakan sakoku yang menjadikan Jepang sebagai negara yang tertinggal, terdapat dampak positif yang dihasilkan terutama bagi masyarakat Jepang pada masa itu.
Salah satunya yaitu adanya peningkatan pesat yang dirasakan oleh negara Jepang dari segi perdagangan, pertanian, praktik kebudayaan, dan sistem pendidikan yang sangat patriotisme. Kebijakan politik sakoku ini juga memberikan pengaruh pencegahan perang-perang besar bagi negara Jepang.
ADVERTISEMENT
Penanaman rasa nasionalisme pada seluruh masyarakat Jepang yang dimulai dari anak-anak sekolah menjadikan masyarakat Jepang sangat membanggakan negara nya sendiri. Kehidupan masyarakat Jepang di era Tokugawa ini dipersembahkan untuk kejayaan Shogun.
Karena masyarakat Jepang sudah ditanamkan rasa nasionalisme yang sangat kuat selama lebih dari dua abad, hingga saat ini kemajuan negara Jepang setelah restorasi meiji masih tertanam dalam diri masyarakat Jepang mengenai sikap cinta terhadap negara.
Jepang selalu mengunggulkan produk dalam negeri yang diawali dari mempelajari bagaimana negara-negara di Eropa dapat maju sehingga saat ini Jepang dapat bersaing dengan negara-negara barat terutama dalam bidang teknologi dan industri. Dari adanya kebijakan luar negeri sakoku ini juga sebagai manfaat bagi negara Jepang yang tidak pernah mengalami masa penjajahan.
ADVERTISEMENT
Begitu pula dengan pengaruh globalisasi, meskipun globalisasi memberikan dampak yang baik bagi negara karena adanya kemudahan yang dihasilkan dari perkembangan teknologi, namun globalisasi juga membuka celah bagi negara-negara di dunia dalam aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya, hingga merobek sekat antar negara sehingga pengaruh ideologi baru yang masuk ke dalam suatu negara terlihat begitu nyata.
Sebenarnya, kita tidak dapat menyalahkan lunturnya budaya lokal dari adanya globalisasi, karena penyebab lunturnya budaya dalam negeri salah satunya juga disebabkan oleh kurang nya rasa cinta terhadap produk lokal oleh masyarakat domestik di suatu negara itu sendiri.
Masyarakat yang lebih senang menggunakan produk asing karena kualitas yang lebih baik atau hanya sekadar gengsi. Rasa cinta tanah air yang memudar disebabkan oleh fondasi yang tidak kokoh mengenai patriotisme dan nasionalisme.
ADVERTISEMENT
Dari kemajuan globalisasi saat ini, negara memiliki pengaruh penting untuk dapat menjaga eksistensi budaya nya dari kemajuan globalisasi sehingga kearifan budaya di negara nya akan tetap terjaga. Globalisasi seharusnya dimanfaatkan setiap negara untuk mengenalkan budaya yang dimiliki ke negara-negara di dunia, bukan menjadikan kepunahan budaya lokal yang seharusnya terjaga.
Kebijakan sakoku Jepang mengajarkan kita betapa pentingnya menjaga negara dengan menanamkan nasionalisme kepada rakyat sehingga dalam melakukan orientasi internasional tidak meninggalkan budaya lokal dan melenyapkan identitas nasional.