Konten dari Pengguna

Kisah Seorang Anak Sulung

Nadin Oktisia
Mahasiswa S1 Teknik Telekomunikasi di Institut Teknologi Telkom Purwokerto
14 Juli 2022 11:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nadin Oktisia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Cheryl Holt | pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Cheryl Holt | pixabay.com
ADVERTISEMENT
Halo, perkenalkan saya anak sulung perempuan. Hari ini saya ingin membagikan cerita tentang rasanya menjadi anak pertama.
ADVERTISEMENT
Menjadi anak sulung enak ya? Begitu kata orang-orang sering menyebutnya. Tahu tidak? Jadi anak sulung itu tidak selalu banyak sukanya, namun rasa duka juga ada.
Tidak mudah memang menyandang gelar anak pertama di dalam keluarga sejak kecil. Saya diajarkan orang tua untuk tumbuh lebih cepat dewasa daripada saudara perempuan saya. Ada kesepakatan yang otomatis bahwa suatu hari nanti, saya yang akan menerima tongkat estafet dari mereka untuk merawat dan menjaga keluarga. Banyak harapan-harapan besar dari keluarga, misal menjadi suatu beban yang kemudian dibawa dalam hidup. Namun, bukan berarti ini salah dari suatu keluarga. Karena tentunya semua orang tua mengharapkan yang terbaik untuk anaknya.
Pada kenyataan saya tetap anak sulung, dengan berbagai tanggung jawab yang dibebankan di bahu saya. Saya memiliki banyak kewajiban dimana saya tidak bisa seenaknya sendiri melakukan hal-hal yang saya inginkan, karena saya harus bisa menjadi sosok yang bisa ditiru dan menjadi kebanggan keluarga.
ADVERTISEMENT
Sebagai anak pertama, terkadang ingin menangis, teriak keras-keras. Ingin teriak kalau sulung itu tidak selalu serba pertama. Pertama yang merasakan banyak perhatian, pertama yang merasakan kasih sayang, dan juga yang ditunggu-tunggu keluarga. Tetapi saya lelah, disaat sendirian, tidak ada yang bisa jadi tempat untuk bersandar.
Saya adalah saksi jatuh bangun orang tua. Bahkan, bisa dibilang saya yang paling paham sejarah dari mama bapak. Saya mengerti bagaimana kesusahan yang mereka alami saat keluarga masih belum mapan seperti sekarang. Dari pengalaman tersebut, mama bapak berpesan bahwa "Tidak ada yang tidak mungkin, jika kamu ingin sukses maka bekerja keraslah dan selalu rendah hati". Banyak doa dari orang tua yang merupakan harapan-harapan kepada anak sulungnya seperti "Kamu kelak bisa jadi seperti ini-itu ya".
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, sebagai anak sulung doa tersebut menjadikan semangat bahwa saya harus bisa membuktikan apa yang menjadi harapan kedua orang tua saya.
Namun, untuk memenuhi amanah yang seperti itu sebenarnya pundak rasanya sangat berat, apalagi untuk memikul ekspetasi keluarga yang menaruh harapan besar. Mengalah untuk kebaikan bersama rasanya sudah seperti makanan sehari-hari.
Terkadang aku berandai-andai bagaimana rasanya kalau saya bukan anak yang paling tua. Pasti saya bisa bermanja-manja, bermalas-malasan. Ingin juga punya saudara yang umurnya jauh di atas saya dan memberikan uang tambahan untuk jajan atau menambah pundi tabungan.
Apalagi saat kehidupan tidak selalu berjalan mulus seperti apa yang kita inginkan sebelumnya.
Terkadang harapan-harapan yang tidak berjalan sesuai dengan rencana membuat saya pribadi menjadi merasa kecewa dan gagal. Tidak cukup pintar dan mengurus diri sendiri untuk menjadi kabanggan keluarga.
ADVERTISEMENT
Terus, pelajaran apa yang bisa saya dapatkan? Saya jadi terlatih untuk tidak gampang menangis, tapi kadang juga pengin menangis, saya terlatih untuk menyembunyikan banyak masalah dari kecil, saya jadi bisa belajar bagaimana caranya merangkul adik saya, dan yang terakhir saya belajar untuk berbesar hati dan sabar.
Walaupun kelihatan susah ada di posisi anak sulung, pada kenyataan saya masih banyak orang-orang yang nyemangatin, kok. Terlebih untuk orang paling spesial yang selalu ada, sahabat-sahabat saya, dan tanpa terkecuali adik saya sendiri. Beruntungnya hubungan kami tidak terlalu buruk, terkadang dari dia saya bisa dapat banyak pelajaran juga.
Semangat untuk kita sesama anak sulung. Saya yakin, doa dari orang tua selalu mengiringi kita untuk menjadi orang yang lebih baik. Saya yakin pundak kita kuat untuk memikul banyak harapan dan ekspetasi keluarga. Semangat!
ADVERTISEMENT