Konten dari Pengguna

Perbedaan Teori Belajar Behavioristik dan Teori Belajar Humanistik

Indi Sofwatun Nisa
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
27 Oktober 2024 14:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Indi Sofwatun Nisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber gambar Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambar Pexels.com
ADVERTISEMENT
Teori Belajar Behavioristik
Dalam psikologi pendidikan, perilaku peserta didik dan pendidik sangat penting. Sebagai proses pendewasaan dari tidak dewasa menjadi dewasa perilaku peserta didik untuk menguasai sesuatu adalah upaya diri. Kelompok behavioris menyelidiki perilaku sebelum menguasai dan perlu yang sudah menguasai. B Waston, ER Guthrie, Thorndike, dan Pavlov adalah para ahli yang membangun teori belajar behavioristik. Teori belajar berkembang dari waktu ke waktu. Teori-teori ini biasanya dibagi menjadi dua kelompok: teori conditing dan teori connectionism.
ADVERTISEMENT
1. Teori conditing
Ivan Pavlov
Seorang ahli psikologi refleksologi yang berasal dari Rusia yang melakukan penelitian dengan anjing. Dalam eksperimen ini, moncong anjing dibedah dengan kelenjar ludahnya di luar pipinya dan dimasukkan ke dalam kamar gelap. Di depan moncongnya juga ada lubang yang dapat digunakan untuk menyemprotkan cahaya atau menyodorkan makanan. Untuk mengetahui apakah air liur keluar atau tidak selama percobaan, selang yang dihabungkan dipasang pada moncong anjing. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa gerakan reflek dapat dipelajari dan diubah melalui latihan. Refleks dapat dibagi menjadi dua kategori: refleks bersyarat atau refleks yang dipelajari, yang mencakup keluarnya air liur karena menerima atau bereaksi terhadap cahaya atau bunyi tertentu. Teori ini sering disebut sebagai psikolog tingkah laku kontemporer atau S-R yang berpendapat bahwa ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan mengendalikan tingkah laku manusia. Teori ini menganalisis kejadian tingkah laku dengan mempelajari latar belakang penguatan (reinforcement) terhadap tingkah laku tersebut.
ADVERTISEMENT
Jhon B. Watson
Watson adalah seorang ahli Amerika yang menciptakan teori belajar berdasarkan hasil penelitian Ivan Pavlov. Dia melakukan eksperimen dengan berbagai refleks dan reaksi emosional manusia, seperti takut, cinta, dan marah, untuk membuktikan teorinya. Seorang anak, tikus, dan kelinci adalah objek yang dia pelajari bagaimana mereka merasa takut. Hasilnya adalah bahwa ketakutan seorang anak dapat diubah atau dilatih. Anak-anak yang tidak takut pada awalnya, kemudian menjadi takut dan kemudian dididik untuk tidak takut lagi.
Guthrie
Teori ini memperluas temuan belajar John B. Waston. Ini menunjukkan metode untuk mengubah kebiasaan buruk berdasarkan teori conditioning. Guthrie berpendapat bahwa penggunaan kebiasaan yang tidak baik harus dilihat dalam rangkaian deretan unit tingkah lakunya, kemudian diusahakan untuk menghilangkan unit tingkah laku berikutnya, dan seterusnya.
ADVERTISEMENT
Teori Belajar Connectionism
Thorndike
Karena belajar merupakan proses membangun koneksi-koneksi antara stimulus dan respons, teori belajar Thorndike dikenal sebagai "koneksi" atau "belajar coba-coba". Teorinya tentang tingkah laku kucing, anak-anak, dan orang dewasa adalah dasar pengertian ini. Untuk menanggapi situasi baru yang belum mereka ketahui, subjek penelitian diberi berbagai pola tindakan. Salah satu karakteristik teori belajar Thorndike adalah sebagai berikut:
a. Ada motif yang mendorong aktivitas
b. Ada berbagai jenis respons terhadap situasi
c. Eleminasi respons yang salah atau gagal
d. Reaksi-reaksi maju untuk mencapai tujuan.
Teori Belajar Humanistik
Teori belajar humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar itu sendiri, dan berpendapat bahwa belajar harus dimulai dan ditunjukkan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu.
ADVERTISEMENT
Teori kebutuhan Maslow mengatakan bahwa kebutuhan tertentu mendorong manusia. Dua kategori kebutuhan adalah kebutuhan dasar dan kebutuhan super tingkat. Kebutuhan dasar, atau kebutuhan mendasar, termasuk rasa lapar, kasih sayang, rasa aman, dan harga diri. Sementara itu, kebutuhan super, atau kebutuhan tingkat, termasuk keadilan, solidaritas, kebaikan, ketertiban, dan keindahan. Maslow juga mengatur kebutuhan dari yang paling rendah atau mendasar hingga yang paling tinggi, khususnya aktualisasi diri. Konsep utama Maslow adalah optimisme terhadap manusia. Orang baik, kreatif, mampu maju, dan mampu berkembang. Semua orang memiliki kebutuhan atau tuntutan yang selalu mendorong mereka untuk mencapai tujuannya. Banyak orang telah sukses dalam karir dan bisnisnya berkat gagasan menghargai orang. Teori kebutuhan Maslow membantu banyak bisnis dan pengusaha meningkatkan produktivitas dan kinerja karyawan mereka.
ADVERTISEMENT
Teori Berpusat pada Subjek. Konsep Dasar Teori Rogers: Carl Rogers adalah ahli psikologi yang luar biasa yang menciptakan teori ini. Sebelum Rogers, istilah "pasien-dokter" atau "terapis-klien" mengacu pada hubungan di mana dokter dan terapis berusaha menyembuhkan pasien atau klien mereka. Namun, menurut Rogers, klien atau orang yang ditolong pada dasarnya memiliki kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Pandangan Rogers terhadap manusia adalah bahwa manusia pada dasarnya baik dan memiliki potensi untuk berkembang; mereka memiliki kemampuan untuk memahami diri mereka sendiri dan mengatasi kesulitan mereka. Teori Rogers disebut "Client-Centered" karena dia berfokus pada potensi individu.