Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Konten dari Pengguna
Teori Belajar Kognitif, Metakognitif, dan Pendekatan Konstruktivisme
27 Oktober 2024 14:18 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Indi Sofwatun Nisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Teori Belajar Kognitif
Belajar kognitif menggambarkan belajar sebagai proses menggunakan komponen kognisi, terutama komponen pikiran, untuk mengenal dan memahami stimulus dari luar.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks ini, aktivitas belajar pada diri manusia menekankan pada proses internal berpikir, yaitu pengolahan informasi. Dengan memperhatikan kepribadian dan psikologi sosial, Kurt Lewin (1892-1947) membangun teori belajar ruang kognitif. Dia percaya bahwa setiap orang memiliki medan kekuatan, yang bersifat psikologis. Medan kekuatan psikologis di mana seseorang bereaksi dikenal sebagai "ruang hidup", yang mencakup lingkungan di mana seseorang bereaksi.
Teori Perkembangan Cognitive Piaget: Jean Piaget adalah ahli perkembangan karena penelitiannya tentang bagaimana perubahan umur dan tahap perkembangan pribadi mempengaruhi kemampuan belajar seseorang. Jean Piaget mengatakan bahwa meningkatkan kapasitas mental memungkinkan Anda memperoleh kemampuan mental yang sebelumnya tidak ada. Meskipun pertumbuhan intelektual bersifat kualitatif, itu tidak bersifat kuantitatif. Maksudnya, daya berpikir dan kekuatan mental anak-anak akan berbeda secara kualitatif dari usia.
ADVERTISEMENT
Metakognitif
Kesadaran akan apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui, serta kemampuan untuk mengendalikan dan menyesuaikan perilaku, disebut metakognitif. Pembelajaran proses berpikir dan penerapan metakognotif sangat menentukan kegiatan pembelajaran, yang membuat peserta didik harus memiliki kemampuan berpikir. Tidak diragukan lagi terkait dengan materi pelajaran yang dipahami secara kolektif, jadi contoh metakognitif diperlukan. Menurut Lorin Anderson, proses penggunaan metakognitif terdiri dari setidaknya lima elemen.
Persiapan dan Rencana Pembelajaran: Komponen ini mencakup rumusan tujuan pembelajaran yang ditulis secara tertulis di dalam RPP, sehingga metakognitif harus memiliki dasar yang jelas untuk tujuan pembelajaran. Rencana ini juga harus sistematis, sehingga membuat belajar lebih mudah bagi siswa, dan mencapai tujuan pembelajaran.
Memilih dan Memanfaatkan Strategi Pembelajaran: Setelah semua siswa mengevaluasi kemampuan mereka dalam proses pembelajaran, mereka harus memutuskan proses pembelajaran mana yang akan mereka pilih. Langkah ini akan membawa siswa ke strategi pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan guru hanya akan bertindak sebagai pembimbing.
ADVERTISEMENT
Penggunaan Strategi dan Pemantauan: Peserta didik harus dapat memantau dan mengontrol kemampuan berpikir mereka saat menerapkan strategi. Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tugas guru hanyalah mengarahkan. Guru akan menunjukkan kepada siswa bagaimana mereka harus mengembangkan strategi untuk pemecahan masalah.
Membangun Berbagai Metode Pembelajaran: Peserta didik dapat bekerja sama dengan berbagai strategi yang telah mereka pilih. Setelah itu, peserta didik harus menentukan di mana strategi akan ditempatkan untuk kemudian dipilih apakah masih dapat digunakan atau tidak.
Evaluasi Strategi yang Digunakan dalam Pembelajaran: Tujuan evaluasi adalah untuk memberi siswa pemahaman tentang strategi mana yang tepat atau sesuai untuk memecahkan masalah. Dengan melakukan evaluasi ini, siswa akan dilatih dalam menggunakan kemampuan berpikir mereka saat bekerja dalam kelompok untuk berbicara.
ADVERTISEMENT
Pendekatan konstruktivisme
Memahami Konsep Konstruktivisme menurut konstruktivisme, jika seseorang tidak mengkontruktiviskan pengetahuannya secara aktif, pengetahuannya tidak akan berkembang meskipun ia berumur.
Konstruktivisme Sosial dan Individu oleh Vygotski. Vygotsky mengkritik konstruktivisme sosial, yang mengatakan bahwa siswa harus mempertimbangkan lingkungan sosial saat membuat konsep (Taylor, 1993; Wilson, Teslow dan Taylor, 1993; Atwel, Bleicher & Cooper, 1998). Zone of Proximal Development (ZPD) dan scaffolding adalah dua konsep utama dalam teori Vygotsky (Slavin, 1997).
Zone of Proximal Development (ZPD) adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya, yang digambarkan sebagai kemampuan memecahkan masalah secara mandiri, dan tingkat perkembangan potensial, yang digambarkan sebagai kemampuan memecahkan masalah dengan bantuan orang dewasa atau dengan bantuan rekan sejawat yang lebih mampu.
ADVERTISEMENT
Scaffolding adalah bantuan yang diberikan kepada siswa untuk belajar dan memecahkan masalah. Setelah mereka dapat melakukannya, bantuan dikurangi dan siswa dapat mengambil tanggung jawab yang lebih besar (Slavin, 1997). Untuk membantu siswa belajar secara mandiri, bantuan dapat berupa dorongan, petunjuk, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, dan memberikan contoh.