Konten dari Pengguna

Patriarki Menurut Pandangan Islam

naufal azhar
mahasiswa jurusan Pendidikan Islam UIN Syarif Hidayatullah
11 Desember 2022 14:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari naufal azhar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Patriarki Menurut Pandangan Islam
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dalam segala aspek kehidupan sosial, budaya dan ekonomi. (Pinem, 2009:42).
ADVERTISEMENT
Dalam perspektif islam, sejak zaman dahulu sebelum adanya Islam posisi perempuan sangat tidak dihargai dan tidak memiliki kebebasan. Artinya, perempuan pada zaman itu tidak mendapat peran yang baik dalam bidang sosial, ekonomi, maupun politik.
Dan yang membuat lebih tragis adalah perempuan pada saat itu dijadikan anggapan sebagai beban hidup. Di masa jahiliyah misalnya, apabila lahir seorang anak perempuan, maka bayi tersebut dikubur hidup-hidup karena dianggap aib keluarga. Pada saat itu juga perempuan dianggap seperti budak. Bila suaminya meninggal, maka ia bisa diwariskan kepada keluarga suami layaknya harta suami. Anak perempuan di zaman pra-Islam ini hanyalah pemuas kaum pria. Ia wajib melayani kehendak pria, termasuk bapaknya sekalipun.
Tidak hanya itu, yang lebih kejam darinya adalah wanita dianggap najis jika sedang haidh. Ia tidak diperbolehkan duduk bersama orang lain dan makan dengan orang lain. Bahkan, orang lain pun dilarang menyentuh apa yang telah disentuh perempuan tersebut karena dengan alasan takut terkena najisnya. Tidak berakhir disitu, perempuan haidh juga dilarang memasuki rumah, sehingga disediakan tempat khusus baginya.
ADVERTISEMENT
Pada zaman Yunani kuno, martabat perempuan sangat rendah, dipandang sebagai alat penerus generasi dan pemuas seksual laki-laki. Dan kondisi yang sama dieropa pada tahun 586 M (sebelum datangnya Islam) ahli agama prancis masih mendiskusikan apakah perempuan boleh menyembah Tuhan atau tidak? Apakah mereka juga dapat masuk surga? Diskusi itu berakhir dengan kesimpulan perempuan memiliki jiwa, tapi tidak kekal dan dia bertugas melayani lelaki yang bebas diperjualbelikan.
Berbeda dengan laki-laki, apabila mereka melahirkan seorang anak laki-laki maka, mereka akan menjadikannya calon pemimpin dan kebanggaan bagi kaum mereka karena telah melahirkan anak laki-laki. Setelah ajaran Islam datang, agama yang dibawa Rasulullah SAW untuk mengatur kehidupan manusia agar memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia maupun diakhirat. Maka, kedudukan, hak, dan derajat perempuan lebih mulia daripada saat masa itu. Seperti yang sudah tertera pada Al quran.
ADVERTISEMENT
"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang Muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah, Allah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS Al Ahzab [33]: 35).
Nabi Muhammad SAW mendakwahkan perintah Allah melalui perbaikan adab, akhlak dan kasih sayang, pada masa itu semua orang menyakiti anak perempuannya Nabi Muhammad sangat menyayangi anaknya yang bernama Fatimah, dan memanggilnya Az-zahra yang merupakan panggilan kasih sayang
Nabi kepada anak beliau. Dan Nabi Muhammad mengajarkan untuk tidak berbuat kasar pada perempuan sebab Nabi tidak pernah berbuat kasar saat menyelesaikan masalah. Hal ini diriwayatkan dalam hadis:
ADVERTISEMENT
Dari Aisyah ra. berkata: Nabi sama sekali tidak pernah memukul apapun dengan tangannya, baik itu kepada perempuan maupun pelayan, kecuali hanya saat berperang di jalan Allah. Nabi sama sekali tidak pernah membalas apapun perlakukan orang yang diperolehnya, kecuali kalau sudah melanggar yang diharamkan Allah maka Allah yang membalasnya. (HR. Muslim)
Kembali pada masa sekarang di Indonesia, patriarki sudah mengakar dan banyak sekali kasus-kasus kekerasan pada perempuan sebab masalah kecil, seperti yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial saat ini, suami melakukan kekerasan pada istrinya padahal belum lama menikah. Rasulullah sangat tidak membenarkan hal tersebut karena rasul tidak pernah melakukan itu kepada istri dan anaknya. Selain itu ancaman bagi suami yang memukul istrinya akan di cambuk pada hari akhir. Rasulullah SAW bersabda:
ADVERTISEMENT
"Barang siapa yang memukul dengan cambuk secara zalim, maka ia akan mendapat pembalasan pada hari kiamat." (Diriwayatkan oleh al Bazzar dan Thabrani dalam al awsath)
Patriarki pun tak hanya sekedar kekerasan terhadap perempuan banyak sekali contoh-contoh lainnya seperti perempuan hanya boleh bekerja di dalam rumah sedangkan laki-laki bisa bekerja di luar rumah dan anak perempuan hanya boleh bermain boneka sedangkan anak laki bermain mobil-mobilan. Dengan budaya seperti ini patriarki pun sudah hal yang biasa dalam setiap harinya. Peran domestik perempuan sesungguhnya dapat pula dilakukan laki-laki atau sebaliknya, asal ada kemauan untuk belajar dan bisa melakukannya. Pada masa Rasulullah pun wanita boleh mengikuti perang.
Salah satu pokok ajaran Islam adalah persamaan antar manusia. Baik laki-laki dan perempuan maupun antar suku bangsa dan keturunan. Ajaran ini terkandung dalam Quran surat Al-Hujurat ayat 13:
ADVERTISEMENT
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Dan Jika dipelajari lebih dalam, tak ada satupun ayat Al quran dan hadis yang menunjukkan perempuan lebih rendah martabatnya dari laki-laki. Semua harus selalu didasarkan pada prinsip kesetaraan dan persaudaraan.
Hadis yang dapat menjadi pedoman untuk menjelaskan masalah gender ini adalah hadis yang menjelaskan kewajiban seseorang dalam menuntut ilmu dan meraih cita-cita
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim”
Allah memandang semuanya sama dan perbedaan yang harus digarisbawahi adalah ketakwaan kepada Allah yang dapat meningkatkan atau merendahkan kualitas seseorang. Karena salah satu tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada Allah, sebagaimana disebutkan dalam Quran surat Al-Zariyat ayat 56:
ADVERTISEMENT
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya merekan menyembah-Ku”
Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Keduanya mempunyai potensi atau peluang sama untuk menjadi hamba yang bertakwa.
Sisi positif dalam patriarki seperti tidak dituntut/ disiapkan untuk mencari uang sejak kecil, tidak dituntut untuk bekerja/ jadi tulang punggung keluarga, lebih diutamakan untuk pekerjaan yang bersifat halus (tidak kotor atau menggunakan tenaga) dan tentu juga mempunyai dampak negatif seperti tidak dapat mengejar mimpi dan ambisi dan meniti karir.
Dengan demikian, budaya patriarki tak sesuai dengan Islam. Justru, budaya patriarki lah yang dikoreksi oleh Islam. Karena Islam memuliakan laki-laki dan perempuan.