Kongkrit Perjuangan Petani Karet dalam Mengais Rezeki

Juwika Afrita
Mahasiswi Fakultas Dirasatislamiyyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Menulis, tentang Mengabadikan Kebermanfaatan, Penulis 8 Buku Antologi dan Essay Ilmiah
Konten dari Pengguna
19 Desember 2022 9:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Juwika Afrita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Oleh: Juwika Afrita
Gambar dipotret oleh penulis yaitu Pohon Karet di desa Pesisir Selatan
Karet merupakan salah satu pohon yang bisa dimanfaatkan getahnya untuk bahan produk dan bahan campuran. Pohon karet ini juga yang menjadi sumber penghasilan petani yang tinggal di daerah perbukitan. Petani kebun karet mengais rezeki mereka dengan memotong bagian pada tengah batang pohon sehingga keluarnya getah pada bagian yang baru dipotong tadi, dari itu mereka mengumpulkan getah dalam sebuah cetakan wadah yang berukuran linkaran seluas telapak tangan.
ADVERTISEMENT
Keseharian petani karet adalah terus mengumpulkan tetes demi tetes getah agar bisa memenuhi wadah yang disediakan itu. Ciri khas dari karet yaitu tatkala sudah diendap atau dibiarkan beberapa hari atau beberapa malam timbul padanya bau yang kurang sedap, jelas saja sebagian orang tidak menyukai bau yang demikian, tapi bagi petani karet hal yang demikian hal yang sangat lumrah baginya.
Setiap pagi sebelum matahari terbit para petani karet bergegas mempersiapkan berbagai perlengkapan untuk pergi ke kebun, mulai dari sepatu, topi, baju lengan panjang, perbekalan, dan tidak lupa racun pembasmi nyamuk, karena karet indentik dengan air yang diendap karena jika karetnya sudah mengeras maka air endapan itu akan menjadi tempat pembiakan jentik-jentik nyamuk dan tidak jarang petani karet terkena imbas dari gigitan dan sengatannya, terlebih di waktu pagi dan sore.
ADVERTISEMENT
Desa ku di Pesisir Selatan tepatnya di Sumatra Barat, rata-rata orang-orang di sana bekerja sebagai petani dan sebagian petani karet, walaupun beberapa ada yang petani jagung, cabe, sawit dan jenis tanaman lainnya. Sementara untuk Indonesia secara keseluruhannya dari data Badan Pusat Statistik (BPS), menyatakan pernyataan bahwa sektor perrtanian masih menjadi lapangan pekerjaan yang paling banyak menyerap tenaga kerja domestik, yaitu terdapat 40,64 juta pekerja di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan pada Februari 2022. Dari data tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih memanfaatkan sumber daya alam sebagai lapangan pekerjaan mereka dan menghasilkan produksi dari sumber daya alam sendiri, belum lagi dengan iklim cuaca yang sangat mendukung di Indonesia.
Ayah ku juga merupakan seorang petani karet, setiap pagi menjelang mentari terbit beliau bergegas mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa ke kebun. Perlengkapan yang biasa ayah bawa seperti parang, topi, dan juga racun pembasmi nyamuk serta barang-barang lainnya. Salah satu tantangan bagi ayah adalah kondisi cuaca yang berubah-rubah, jika hujan lebat mengguyur maka batang karet akan basah, sehingga getah yang dihasikan pun tak seberapa. Dan jika kemarau panjang tiba daun-daun karet akan berguguran bahkan tidak meninggalkan dedaunan di batangnya itu. Sehingga inisiatif ayah mencampurkan bahan untuk mengeraskan karet yang masi cair. Keadaan yang sangat menyulitkan ayah adalah ketika cuaca pagi cerah, namun sorenya diguyur hujan lebat.
ADVERTISEMENT
Terkadang keadaan cuaca yang paginya cerah tapi sorenya hujan membuat ayah mengalami kerugian, karena cuaca terlihat cerah di paginya maka dengan semangat beliau memotong karet, tapi alangkah kecewanya beliau jika karet yang baru beliau potong diguyur hujan lebat maka tidak ada lagi yang bisa dipanen semuanya habis dikuras air hujan. Kadang beliau berlari-lari mengejar batang ke batang pohon karet untuk mengumpulkan yang masih belum terkena air hujan, tidak jarang beliau terpeleset karena curamnya tebing tempat pohon karet tumbuh.
Tantangan perubahan cuaca ini tidak bisa dihidari karena memang iklimnya yang begitu, tapi selanjutnya tinggal bagaimana inisiatif dari petani itu sendiri dalam usaha memperoleh banyak getah. Ayah ku biasanya menggunakan bahan-bahan untuk mengeraskan karet, jika hujan mengguyur lebat namun karet yang berada dalam wadah belum mengeras maka ayah mengangkatnya dan mencampurinya dengan bahan peneras, walaupun tidak bisa mengambill semua getahnya paling tidak mengurangi sedikit kerugian.
ADVERTISEMENT
Begitulah keseharian petani karet dalam mengais rezeki, terkadang per 1 kilo getah karet dihargai 9 ribu rupiah terkadang bisa naik sampai 10 ribu rupiah. Dari berbagai rintangan dan tantangan tidak menyurutkan langkah ayah untuk terus mencari nafkah. Terkadang ku sering melihatnya merasa begitu kelelehan karena pulang ketika magrib hampir datang. Dari itu juga yang membuatku untuk tetap semangat dalam melanjutkan study ku, hingga mampu membuat kedua orang tua bangga. Ibu ku juga ikut memotong karet, tapi lahan perkebunanyang tidak jauh dari rumah, disela-sela mengurus rumah ibu juga sering membantu ayah memotong karet.