Konten dari Pengguna

Kethek Ogleng: Kesenian Tari Asli Desa Tokawi, Pacitan

Agung Surya Anggara
Mahasiswa Departemen Sosiologi Universitas Brawijaya
18 Agustus 2023 16:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agung Surya Anggara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Wahyu Dwi Rakasiwi, S.Pd., C.Ps, (@wahyudwirakasiwi_), Sri Wahyuni S.Pd
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Wahyu Dwi Rakasiwi, S.Pd., C.Ps, (@wahyudwirakasiwi_), Sri Wahyuni S.Pd
ADVERTISEMENT
Kethek Ogleng merupakan sebuah kesenian tari yang asli berasal dari Desa Tokawi, di mana desa tersebut berlokasi di Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan, di Provinsi Jawa Timur. Meski secara administratif desa ini terletak di Provinsi Jawa Timur, namun desa ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah. Kethek sendiri memiliki arti yaitu kera, sedangkan Ogleng berasal dari kata nama iringan alat musik gamelan yaitu gleng yang berbunyi “gleng… gleng…”.
ADVERTISEMENT
Kethek Ogleng pertama kali diciptakan pada tahun 1963 oleh Bapak Soekiman atau khalayak lebih mengenalnya dengan nama Bapak Sutiman. Beliau adalah salah satu penduduk di Desa Tokawi yang berprofesi sebagai petani. Pada awalnya, penciptaan kesenian Kethek Ogleng hanyalah bermotif ekonomi semata.
Mulanya Pak Sutiman sering melihat kera melintas ketika ia sedang bekerja sebagai buruh di ladang. Ketika ia melihat kera-kera terebut ia terkesan dengan gerakan-gerakan bebas oleh kera. Oleh karena itu muncullah sebuah ide untuk menirukan gerakan kera dalam sebuah bentuk kesenian.
Pada saat pertama kali diciptakan, kostum Kethek Ogleng masih hanya berupa karung goni dan topeng monyet. Seiring berjalannya waktu, Kethek Ogleng mengalami berbagai modifikasi. Salah satu modifikasi besar pada Kethek Ogleng adalah pada tahun 1980-an, ketika Pak Sutiman bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Pacitan untuk memadukan kesenian Kethek Ogleng dan cerita Panji. Saat ini Kethek Ogleng telah mendapat kostum baru. Kostum baru tersebut adalah sebagai berikut.
ADVERTISEMENT

Perlengkapan Kostum Baru Kethek Ogleng

Irah-irahan, Cangkeman, dan Simbardodo

Sumber: Wahyu Dwi Rakasiwi, S.Pd., C.Ps, (@wahyudwirakasiwi_), Sri Wahyuni S.Pd
Irah-irahan merupakan aksesoris di kepala, Irah-irahan versi terbaru tidak memiliki pogok. Kemudian terdapat Cangkeman yakni aksesoris di mulut dan Simbardodo yakni jenggot kera

Kace (Kalung dada)

Sumber: Wahyu Dwi Rakasiwi, S.Pd., C.Ps, (@wahyudwirakasiwi_), Sri Wahyuni S.Pd

Boro Sangel (Pita di pinggul)

Sumber: Wahyu Dwi Rakasiwi, S.Pd., C.Ps, (@wahyudwirakasiwi_), Sri Wahyuni S.Pd

Kelat Bahu (Aksesoris di bahu)

Sumber: Wahyu Dwi Rakasiwi, S.Pd., C.Ps, (@wahyudwirakasiwi_), Sri Wahyuni S.Pd

Sumping Telinga (Aksesoris di telinga)

Sumber: Wahyu Dwi Rakasiwi, S.Pd., C.Ps, (@wahyudwirakasiwi_), Sri Wahyuni S.Pd

Uncal (Aksesoris di pinggang dan di selangkangan)

Sumber: Wahyu Dwi Rakasiwi, S.Pd., C.Ps, (@wahyudwirakasiwi_), Sri Wahyuni S.Pd

Cakep tangan (Aksesoris gelang)

Sumber: Wahyu Dwi Rakasiwi, S.Pd., C.Ps, (@wahyudwirakasiwi_), Sri Wahyuni S.Pd

Epek Timang (Aksesoris sabuk)

Sumber: Wahyu Dwi Rakasiwi, S.Pd., C.Ps, (@wahyudwirakasiwi_), Sri Wahyuni S.Pd

Sabuk Cinde (Sabuk dengan pola batik pace (Mengkudu))

Sumber: Wahyu Dwi Rakasiwi, S.Pd., C.Ps, (@wahyudwirakasiwi_), Sri Wahyuni S.Pd

Jarik Poleng

Sumber: Wahyu Dwi Rakasiwi, S.Pd., C.Ps, (@wahyudwirakasiwi_), Sri Wahyuni S.Pd

Sampur Gendolo Giri (Selendang)

Sumber: Wahyu Dwi Rakasiwi, S.Pd., C.Ps, (@wahyudwirakasiwi_), Sri Wahyuni S.Pd
Kesenian Kethek Ogleng juga sudah diakui dalam Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada tahun 2019. Di Desa Tokawi sendiri Kethek Ogleng masih terus gencar dilestarikan. Dalam institusi pendidikan formal sendiri kesenian Kethek Ogleng sudah mulai diperkenalkan sejak tingkat PAUD hingga menjadi ekstrakurikuler sampai tingkat SMA.
Kethek Ogleng juga terus dilestarikan melalui adanya sanggar-sanggar, misalnya seperti Sanggar Wiyata Budaya dan banyak tempat latihan lain yang diselenggarakan secara mandiri oleh warga masyarakat Tokawi.
Narasumber: Wahyu Dwi Rakasiwi, S.Pd., C.Ps, Sri Wahyuni, S.Pd
ADVERTISEMENT