Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Hilirisasi Batubara: Menuju RI sebagai Negara Core
12 November 2023 10:13 WIB
Tulisan dari Rian Wirya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Teori modern world system adalah teori yang dikembangkan oleh Immanuel Wallerstein untuk menganalisis struktur dan dinamika sistem kapitalis global. Teori ini membagi dunia menjadi tiga zona ekonomi, yaitu negara inti, negara semi-periferi, dan negara periferi. Negara inti adalah negara-negara yang memiliki kekuatan ekonomi, politik, dan militer yang tinggi, serta menguasai pasar dunia. Negara semi-periferi adalah negara-negara yang memiliki campuran karakteristik negara inti dan periferi, serta berperan sebagai penyangga dan perantara antara keduanya. Negara periferi adalah negara-negara yang memiliki kekuatan ekonomi, politik, dan militer yang rendah, serta tergantung pada negara inti untuk pasar dan investasi.
Analisis hilirisasi batubara dengan teori modern world system dapat dilakukan dengan melihat posisi Indonesia dalam sistem dunia, serta dampak dan tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan program hilirisasi batubara. Berikut adalah analisis singkatnya:
ADVERTISEMENT
1. Indonesia termasuk dalam kategori negara semi-periferi dalam sistem dunia, karena memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti batubara, minyak, gas, emas, tembaga, nikel, timah, dan lainnya. Namun, Indonesia juga memiliki ketergantungan ekonomi yang tinggi pada negara inti, terutama untuk impor bahan bakar minyak (BBM), bahan baku industri, teknologi, dan modal. Selain itu, Indonesia juga menghadapi masalah sosial, politik, dan lingkungan yang kompleks, seperti kemiskinan, ketimpangan, korupsi, konflik, bencana alam, dan degradasi lingkungan.
2. Hilirisasi batubara merupakan salah satu upaya Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alamnya, sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor BBM. Dengan hilirisasi batubara, Indonesia dapat memproduksi bahan bakar alternatif yang lebih murah dan ramah lingkungan, seperti dimetil eter (DME), gasifikasi batubara (coal gasification), atau briket batubara (coal briquette). Selain itu, hilirisasi batubara juga dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan daerah, dan menambah pemasukan negara.
Namun, hilirisasi batubara juga menghadapi berbagai dampak dan tantangan yang harus diatasi. Dampaknya antara lain adalah peningkatan konsumsi batubara domestik yang dapat mengurangi cadangan batubara untuk ekspor atau generasi listrik. Selain itu, hilirisasi batubara juga dapat menimbulkan masalah lingkungan baru, seperti emisi gas rumah kaca (GRK), pencemaran air tanah, atau limbah padat. Tantangannya antara lain adalah kurangnya dukungan regulasi dan insentif dari pemerintah pusat sebelumnya maupun daerah untuk mengembangkan industri hilirisasi batubara. Sehingga kementerian ESDM berusaha melakukan hilirisasi. Selain itu, tantangan lainnya adalah rendahnya ketersediaan teknologi dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk hilirisasi batubara.
ADVERTISEMENT
Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa hilirisasi batubara merupakan program yang potensial untuk meningkatkan kesejahteraan Indonesia sebagai negara semi-periferi dalam sistem dunia. Namun, program ini juga memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang matang agar dapat memberikan manfaat optimal bagi perekonomian nasional maupun daerah tanpa mengorbankan lingkungan hidup.