Konten dari Pengguna

Alasan Setelah Menangis Kita Merasa Ngantuk?

Ajeng Wiko Rimadani
Mahasiswa Univeraitas Amikom Purwokerto
9 September 2024 8:41 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajeng Wiko Rimadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : istockphoto.com
ADVERTISEMENT
Menangis adalah respons alami tubuh terhadap emosi yang kuat, baik itu kesedihan, frustrasi, atau bahkan kebahagiaan. Selain melepaskan emosi yang terpendam, menangis sering kali diikuti dengan rasa lelah yang luar biasa, bahkan kantuk yang tidak tertahankan. Fenomena ini bukanlah kebetulan; ada alasan ilmiah mengapa setelah menangis, tubuh kita merespons dengan rasa kantuk. Artikel ini akan membahas secara rinci penyebab biologis dan psikologis dari rasa kantuk setelah menangis.
ADVERTISEMENT
1. Peran Hormon dalam Proses Menangis
Saat menangis, tubuh melepaskan berbagai hormon, termasuk oksitosin dan endorfin. Hormon-hormon ini sering disebut sebagai “hormon perasaan baik” karena mereka membantu meredakan stres dan rasa sakit. Namun, efek dari hormon-hormon ini juga dapat membuat tubuh merasa rileks, yang sering kali berujung pada rasa kantuk.
• Oksitosin adalah hormon yang dikenal sebagai hormon ikatan atau cinta. Ketika tubuh melepaskan oksitosin, kita merasa lebih tenang dan lebih terhubung secara emosional. Pada saat yang sama, oksitosin berperan dalam mengurangi tekanan darah dan menenangkan sistem saraf, yang dapat menyebabkan perasaan rileks dan kantuk setelah menangis.
• Endorfin bertindak sebagai penghilang rasa sakit alami tubuh. Mereka meredakan rasa sakit fisik dan emosional. Pelepasan endorfin membuat kita merasa nyaman setelah menangis, tetapi juga bisa menyebabkan tubuh kita merasa lebih tenang dan siap untuk tidur.
ADVERTISEMENT
2. Dehidrasi dan Pengaruh pada Sistem Tubuh
Ketika menangis, tubuh kehilangan cairan melalui air mata. Meskipun jumlahnya kecil, proses ini tetap mengurangi kandungan air dalam tubuh, termasuk di mata dan saluran hidung. Dehidrasi ringan ini bisa menyebabkan rasa lelah dan kantuk. Selain itu, menangis juga sering kali melibatkan napas yang berat atau tersengal-sengal, yang menguras energi.
• Dehidrasi ringan dapat menyebabkan otot-otot merasa lemah, pikiran menjadi kabur, dan tubuh merasa lelah. Semua ini bisa berkontribusi pada rasa kantuk setelah menangis.
3. Penurunan Aktivitas Saraf Sympatetik
Ketika kita menangis, tubuh kita berada dalam keadaan stres yang dikenal sebagai “respon melawan atau lari” (fight or flight). Respon ini diatur oleh sistem saraf simpatik, yang bertugas meningkatkan detak jantung, melebarkan pupil, dan meningkatkan aliran darah ke otot-otot besar untuk mempersiapkan tubuh melawan atau menghindar dari ancaman. Namun, setelah menangis, tubuh mengalami “pemulihan” dari kondisi ini.
ADVERTISEMENT
• Sistem parasimpatik (lawannya sistem simpatik) akan mengambil alih, memulihkan tubuh ke keadaan normal dan tenang. Pada saat ini, detak jantung melambat, pernapasan menjadi lebih lambat, dan otot-otot rileks. Transisi dari kondisi tegang ke kondisi tenang ini sering kali diikuti oleh rasa kantuk, sebagai cara tubuh untuk mengatasi stres emosional yang baru saja dialami.
4. Penurunan Kadar Kortisol
Kortisol adalah hormon stres yang dilepaskan ketika kita merasa cemas atau tertekan. Tingginya kadar kortisol membuat tubuh berada dalam keadaan waspada, yang sering kali menyebabkan kelelahan emosional dan fisik. Menangis membantu menurunkan kadar kortisol ini, sehingga memberikan perasaan lega dan tenang.
• Menurunnya kortisol secara signifikan setelah menangis memungkinkan tubuh kembali ke kondisi homeostasis, yang sering diartikan sebagai perasaan lelah atau mengantuk.
ADVERTISEMENT
5. Pengaruh Emosi dan Kesehatan Mental
Menangis bukan hanya aktivitas fisik, tetapi juga proses emosional yang intens. Ketika kita menangis karena emosi yang kuat, tubuh kita mengalami pelepasan energi emosional yang besar. Proses ini membutuhkan banyak energi mental dan fisik, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kelelahan.
• Emosi yang mendalam seperti kesedihan, marah, atau frustrasi dapat membebani mental kita. Ketika kita menangis, kita merilis sebagian dari tekanan emosional ini, tetapi tubuh kita juga merasa “lelah” karena harus memproses dan mengatasi emosi-emosi tersebut. Rasa kantuk adalah cara tubuh kita meminta waktu untuk istirahat dan pulih dari pengalaman emosional yang berat.
6. Pengaruh Perubahan Fisik di Wajah dan Otot
Saat kita menangis, banyak otot di wajah yang bekerja lebih keras daripada biasanya. Misalnya, otot-otot di sekitar mata, mulut, dan dahi akan berkontraksi berulang kali saat kita terisak-isak. Aktivitas fisik ini juga bisa menguras energi dan membuat kita merasa lelah setelah menangis.
ADVERTISEMENT
• Ketegangan otot-otot wajah yang terus menerus selama menangis dapat menyebabkan rasa kelelahan yang signifikan, terutama jika kita menangis dalam waktu yang cukup lama. Setelah ketegangan itu berkurang, tubuh mulai relaks, dan rasa kantuk pun muncul sebagai bentuk pemulihan fisik.
7. Efek Fisiologis Lainnya: Napas Berat dan Tekanan Darah
Menangis sering kali disertai dengan napas yang tidak teratur, terkadang terengah-engah, atau bahkan terisak-isak. Napas yang cepat dan dalam ini menurunkan kadar oksigen dalam darah, yang dapat menyebabkan pusing dan kelelahan.
• Penurunan kadar oksigen di dalam darah sebagai akibat dari pola pernapasan yang tidak teratur saat menangis dapat memicu rasa lelah. Hal ini juga menjelaskan mengapa setelah menangis, kita sering kali merasa tubuh kita lebih lamban dan ingin segera beristirahat.
ADVERTISEMENT