Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Berhenti Overthinking, Belajar Menerima dan Menikmati Hidup
13 Oktober 2024 10:27 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ajeng Wiko Rimadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita terjebak dalam kebiasaan memikirkan masalah secara berlebihan. Tentu, sebagai manusia, wajar saja jika kita khawatir tentang pekerjaan, hubungan, keuangan, atau hal-hal lain yang penting bagi kita. Namun, sering kali, terlalu memusingkan suatu hal tidak akan mengubah keadaan—malah, bisa membuat tubuh dan mental kita menjadi lelah, hingga akhirnya berdampak negatif pada kesehatan. Artikel ini akan membahas secara rinci mengapa terlalu memikirkan masalah justru kontraproduktif, dan bagaimana kita bisa belajar menerima serta menikmati hidup tanpa terbebani pikiran yang berlebihan.
ADVERTISEMENT
Mengapa Memusingkan Segalanya Tidak Menyelesaikan Masalah?
Ketika kita menghadapi masalah, otak cenderung terus bekerja mencari solusi. Ini adalah respons alami manusia. Namun, ada batas di mana pemikiran berlebihan justru menghambat produktivitas dan malah meningkatkan stres. Beberapa alasan mengapa terlalu memusingkan sesuatu tidak akan menyelesaikan masalah antara lain:
1. Kehilangan Fokus pada Solusi
Ketika kita terlalu memikirkan masalah, kita sering kali lebih fokus pada masalah itu sendiri daripada mencari solusinya. Pikiran kita terjebak dalam siklus “what if” (bagaimana jika), yang hanya menambah kecemasan tanpa menghasilkan tindakan konkret untuk memperbaiki keadaan. Ini seperti menggosok luka tanpa memberikan obat—tidak ada hasil yang nyata, hanya rasa sakit yang bertambah.
2. Pengurasan Energi Mental dan Fisik
ADVERTISEMENT
Terus-menerus memikirkan masalah, tanpa memberi ruang bagi diri sendiri untuk beristirahat, dapat membuat tubuh menjadi lelah. Pikiran yang sibuk tidak hanya menguras energi mental tetapi juga fisik. Stres kronis dari pemikiran berlebihan dapat memengaruhi sistem imun, menyebabkan kelelahan, masalah tidur, dan bahkan menurunkan produktivitas. Pada akhirnya, tubuh akan “drop” karena tidak mampu lagi menahan beban pikiran tersebut.
3. Mengabaikan Hal-hal Positif
Ketika kita terlalu terfokus pada masalah, hal-hal positif dalam hidup kita sering kali terabaikan. Ini membuat kita merasa lebih terbebani daripada yang seharusnya. Sebenarnya, dalam setiap masalah, selalu ada aspek positif yang bisa diambil, tetapi pemikiran berlebihan membuat kita buta akan hal tersebut.
Menerima Keadaan: Jalan Menuju Kedamaian Pikiran
ADVERTISEMENT
Menerima keadaan tidak berarti menyerah pada situasi atau tidak peduli dengan apa yang terjadi. Justru, ini adalah bentuk kesadaran bahwa tidak semua hal bisa kita kendalikan. Mengakui batasan diri dan situasi adalah langkah awal menuju kedamaian batin.
1. Kesadaran Diri
Langkah pertama untuk bisa menerima keadaan adalah memiliki kesadaran diri. Sadari kapan pikiran mulai berputar-putar tanpa arah. Saat kita menyadari bahwa kita terlalu memikirkan suatu hal, kita bisa mulai mengambil langkah mundur, bernapas, dan memberi diri kita ruang untuk berpikir lebih jernih.
2. Berfokus pada Apa yang Bisa Dikendalikan
Tidak semua hal di dunia ini berada di bawah kendali kita. Ada beberapa hal yang bisa kita ubah, tetapi ada juga yang tidak. Menyadari batasan ini adalah kunci untuk menerima keadaan. Daripada memusingkan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan, lebih baik fokus pada hal-hal yang masih ada dalam kendali kita. Ini akan membantu mengurangi beban pikiran dan memberi kita perasaan lebih terkendali.
ADVERTISEMENT
3. Mindfulness dan Menghargai Saat Ini
Mindfulness atau kesadaran penuh adalah praktik yang bisa membantu kita untuk fokus pada saat ini dan menghargai apa yang ada di depan mata. Dengan mempraktikkan mindfulness, kita bisa belajar untuk tidak terlalu larut dalam pemikiran yang berlebihan dan lebih menikmati momen yang ada. Sering kali, kebahagiaan ada di saat ini, bukan di masa lalu atau masa depan yang kita khawatirkan.
Menikmati Hidup dengan Penerimaan
Setelah kita bisa menerima keadaan, langkah selanjutnya adalah belajar menikmati hidup. Hidup ini penuh dengan naik turun, dan dengan menerima setiap fase, baik itu menyenangkan atau menantang, kita bisa menemukan kebahagiaan di mana pun kita berada.
1. Membuat Rutinitas yang Menyenangkan
ADVERTISEMENT
Setelah menerima bahwa tidak semua masalah bisa kita selesaikan dengan segera, penting untuk menciptakan rutinitas yang memberikan kesenangan. Ini bisa berupa hal-hal kecil seperti minum teh di pagi hari, berjalan-jalan di taman, atau membaca buku favorit. Hal-hal sederhana ini akan membantu kita mengalihkan fokus dari kekhawatiran dan memberi ruang bagi kebahagiaan.
2. Mempraktikkan Rasa Syukur
Rasa syukur bisa menjadi kunci utama untuk menikmati hidup. Ketika kita terlalu fokus pada apa yang tidak kita miliki atau masalah yang ada, kita lupa untuk menghargai hal-hal baik yang sudah ada. Dengan mempraktikkan rasa syukur setiap hari, kita bisa lebih menikmati hidup, apa pun situasinya.
3. Menikmati Proses, Bukan Hanya Hasil
Sering kali kita terjebak dalam pola pikir yang hanya menghargai hasil akhir. Padahal, hidup adalah tentang proses. Dengan menikmati setiap langkah perjalanan, kita bisa menemukan makna dan kebahagiaan dalam hal-hal kecil yang mungkin terlewatkan.
ADVERTISEMENT