Konten dari Pengguna

Di Balik Kehidupan: Mengapa Lengkap Bukan Berarti Cemara?

Ajeng Wiko Rimadani
Mahasiswa Univeraitas Amikom Purwokerto
16 September 2024 9:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajeng Wiko Rimadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : istockphoto.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam kehidupan, banyak dari kita yang sering terjebak dalam ilusi kesempurnaan. Ada anggapan bahwa hidup yang “lengkap” otomatis mencerminkan kebahagiaan, ketenangan, dan kestabilan. Namun, seperti halnya pepatah “lengkap bukan berarti cemara”, kesempurnaan di mata orang lain tak selalu seindah atau setenang yang tampak. Pepatah ini mengajak kita untuk merenungkan makna di balik sebuah kehidupan yang tampak “lengkap”, tetapi mungkin menyimpan kegelisahan atau masalah yang tidak tampak dari luar.
ADVERTISEMENT
Definisi “Lengkap” yang Berbeda-Beda
Bagi sebagian orang, hidup yang lengkap mungkin berarti memiliki rumah, keluarga, karier yang stabil, dan status sosial yang baik. Sementara bagi yang lain, hidup lengkap bisa berarti memiliki kebebasan untuk mengejar mimpi atau menjalani kehidupan yang sederhana tetapi penuh makna. Kesalahpahaman sering terjadi ketika kita memproyeksikan pandangan kita tentang kehidupan yang lengkap kepada orang lain.
Di sinilah muncul kontradiksi: lengkap, dalam pengertian materi atau sosial, tidak selalu membawa ketenangan batin atau kebahagiaan sejati. Pepatah “cemara” di sini bisa diartikan sebagai simbol ketenangan, keharmonisan, dan kedamaian. Namun, hidup yang tampak lengkap di luar, seperti memiliki rumah tangga yang harmonis atau karier yang sukses, tidak selalu sejalan dengan rasa damai di dalam diri.
ADVERTISEMENT
Harapan Sosial dan Tekanan untuk Tampil “Lengkap”
Salah satu alasan mengapa banyak orang merasa terjebak dalam konsep “lengkap” adalah tekanan sosial yang kita alami sejak kecil. Dalam budaya kita, ada ekspektasi untuk mengikuti jalur tertentu dalam hidup—sekolah, bekerja, menikah, memiliki anak, membeli rumah, dan seterusnya. Kesuksesan seringkali diukur berdasarkan pencapaian-pencapaian tersebut. Namun, banyak dari kita tidak diajarkan bagaimana mencari makna atau kedamaian batin dalam perjalanan hidup kita.
Kenyataannya, banyak orang yang sudah mencapai semua hal yang diharapkan oleh masyarakat tetap merasa hampa atau kehilangan arah. Misalnya, seseorang yang tampak sukses di mata orang lain bisa saja merasa terasing atau tidak menemukan makna dari pencapaiannya.
Kesempurnaan yang Menyembunyikan Kekurangan
ADVERTISEMENT
Pepatah ini juga mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kesempurnaan yang tampak sering menyembunyikan kekurangan atau masalah yang tidak terlihat. Banyak dari kita melihat kehidupan orang lain melalui lensa media sosial, yang seringkali hanya menampilkan momen-momen bahagia dan sukses. Namun, apa yang tidak terlihat adalah perjuangan, kesulitan, atau bahkan penderitaan yang mungkin mereka alami di balik layar.
Orang-orang yang tampak “sempurna” dengan karier gemilang atau keluarga harmonis mungkin berjuang dengan masalah kesehatan mental, hubungan yang renggang, atau tekanan internal yang tidak diketahui orang lain. Lengkap di permukaan tidak selalu mencerminkan kehidupan yang penuh kedamaian atau kepuasan batin.
Mencari Ketenangan Dalam Ketidaksempurnaan
“Lengkap bukan berarti cemara” juga mengingatkan kita bahwa ketenangan dan kedamaian sering kali ditemukan dalam ketidaksempurnaan. Ada banyak kisah inspiratif dari orang-orang yang, meskipun menghadapi kekurangan atau tantangan dalam hidup, tetap mampu menemukan makna dan kebahagiaan. Mereka yang belajar menerima ketidaksempurnaan dalam hidup, baik dalam diri mereka sendiri maupun dalam situasi eksternal, sering kali mencapai kebahagiaan yang lebih dalam dan abadi.
ADVERTISEMENT
Kita tidak perlu mencapai setiap standar sosial atau material untuk merasa bahagia atau damai. Menerima diri kita sendiri dan menghargai perjalanan hidup kita, terlepas dari kekurangannya, adalah langkah pertama menuju kedamaian batin.