Konten dari Pengguna

Di Balik Pertanyaan Pascakampus, Ketika Kepedulian Hanya Formalitas Saja!

Ajeng Wiko Rimadani
Mahasiswa Univeraitas Amikom Purwokerto
12 September 2024 14:34 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajeng Wiko Rimadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : istockphoto.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketika seseorang lulus kuliah, biasanya mereka dihadapkan pada berbagai pertanyaan dan ekspektasi dari orang-orang di sekelilingnya. Pertanyaan-pertanyaan ini sering kali berfokus pada pencapaian akademis dan masa depan karier. Namun, dalam banyak kasus, niat di balik pertanyaan tersebut bisa jadi tidak semurni yang terlihat. Artikel ini membahas fenomena sosial di sekitar perhatian orang-orang terhadap lulusan dan mengapa kadang-kadang perhatian tersebut tidak sepenuhnya tulus.
ADVERTISEMENT
1. Mengapa Mereka Menanyakan Status Lulusan?
Setelah lulus kuliah, banyak orang menghadapi pertanyaan seperti, “Bagaimana setelah lulus?” atau “Apa rencana ke depan?” Pertanyaan-pertanyaan ini sering kali dianggap sebagai bentuk perhatian dan dukungan. Namun, dalam banyak situasi, pertanyaan tersebut bisa jadi lebih bersifat permukaan daripada refleksi nyata dari kepedulian yang mendalam.
a. Norma Sosial dan Harapan Sosial
Di masyarakat, status pendidikan dan pekerjaan sering kali dianggap sebagai indikator keberhasilan seseorang. Ketika seseorang baru saja lulus, orang-orang di sekelilingnya mungkin merasa terdorong untuk menanyakan tentang status mereka untuk menilai seberapa sukses mereka, bukan karena mereka benar-benar peduli dengan kesejahteraan individu tersebut.
b. Ketertarikan pada Status Sosial
Seringkali, perhatian yang diberikan terhadap status lulusan bisa jadi didorong oleh keinginan untuk menunjukkan bahwa mereka mengikuti perkembangan terkini dari teman atau keluarga mereka. Ini lebih tentang status sosial dan perbandingan daripada perhatian tulus.
ADVERTISEMENT
2. Apa yang Menyebabkan Persepsi Ini?
a. Budaya Kompetisi
Budaya kompetisi dalam masyarakat dapat membuat individu merasa tertekan untuk mencapai standar tertentu. Dalam konteks ini, pertanyaan tentang status lulusan bisa menjadi cara bagi orang lain untuk mengukur sejauh mana seseorang memenuhi ekspektasi sosial.
b. Ketidaktahuan atau Keterbatasan Empati
Dalam beberapa kasus, ketidakpedulian terhadap perasaan lulusan bisa jadi merupakan akibat dari kurangnya empati atau pemahaman terhadap perjalanan individu tersebut. Bagi sebagian orang, memahami tantangan emosional dan psikologis yang dihadapi lulusan mungkin bukan prioritas utama.
3. Mengatasi Kecemasan dan Ketidakpastian Pascakampus
Bagi lulusan, penting untuk memahami bahwa perhatian dari orang-orang di sekeliling mereka tidak selalu mencerminkan kepedulian yang mendalam. Berikut beberapa cara untuk menghadapi situasi ini:
ADVERTISEMENT
a. Fokus pada Tujuan Pribadi
Alihkan perhatian dari harapan dan penilaian orang lain ke tujuan dan aspirasi pribadi Anda. Ini membantu mengurangi dampak dari ekspektasi sosial dan memfokuskan energi pada pencapaian pribadi.
b. Cari Dukungan dari Orang yang Memahami
Temukan dukungan dari teman, keluarga, atau mentor yang benar-benar memahami perjalanan dan tantangan yang dihadapi. Mereka akan memberikan dukungan emosional dan praktis yang lebih berarti.
c. Berlatih Keterampilan Pengelolaan Stres
Mengelola stres pascakampus dapat melibatkan berbagai teknik, seperti meditasi, olahraga, atau hobi yang menyenangkan. Ini membantu menjaga kesejahteraan mental dan emosional Anda saat menghadapi pertanyaan dan ekspektasi sosial.