Konten dari Pengguna

Di Balik Senyum Anak Bungsu, yang Mendengarkannya Siapa?

Ajeng Wiko Rimadani
Mahasiswa Univeraitas Amikom Purwokerto
13 Oktober 2024 10:29 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajeng Wiko Rimadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : istockphoto.com
ADVERTISEMENT
Sebagai anak bungsu, ada persepsi yang sering muncul bahwa posisi ini dianggap paling dimanja dan lebih terlindungi oleh orang tua dan saudara. Namun, kenyataan sering kali jauh lebih kompleks dari sekadar stereotip tersebut. Menjadi anak bungsu bisa membawa tantangan tersendiri, terutama ketika menjadi saksi dan penyimpan rahasia keluarga—masalah orang tua maupun kakak—tapi di sisi lain, perasaan pribadi justru tersisih dan tak banyak yang peduli atau memahami.
ADVERTISEMENT
Menyimpan Masalah Orang Tua
Dalam dinamika keluarga, anak bungsu sering kali berada di posisi yang diam-diam memperhatikan segala hal yang terjadi di sekelilingnya. Ketika orang tua menghadapi masalah rumah tangga seperti konflik finansial, perselisihan, atau masalah lain, anak bungsu mungkin saja menyadarinya meski tidak dilibatkan secara langsung. Anak bungsu sering dianggap masih terlalu kecil untuk memahami atau berperan dalam penyelesaian masalah, namun pada kenyataannya, mereka bisa merasakan ketegangan yang ada di rumah.
Kepekaan ini membuat anak bungsu kadang-kadang menjadi saksi bisu dari pergulatan orang tua, bahkan saat konflik terjadi di balik pintu tertutup. Sayangnya, dengan pemikiran bahwa mereka terlalu muda atau tidak perlu tahu, anak bungsu jarang dilibatkan dalam percakapan serius. Ini menyebabkan mereka menyimpan kebingungan atau kekhawatiran mereka sendiri, tanpa memiliki tempat untuk berbicara atau menyalurkan emosi.
ADVERTISEMENT
Menyimpan Masalah Kakak
Sebagai anak bungsu, kamu juga mungkin merasa perlu memahami dan menyimpan masalah kakak-kakakmu. Kakak sering kali berada di posisi yang lebih senior, mungkin menghadapi tekanan akademik, pekerjaan, atau hubungan. Meski anak bungsu mungkin tidak dianggap sebagai sumber nasihat utama bagi kakaknya, mereka sering kali menjadi tempat kakak bercerita atau melampiaskan beban emosional.
Terkadang, menjadi pendengar bagi kakak bisa menjadi beban tersendiri. Anak bungsu bisa merasakan tanggung jawab untuk mendukung kakak-kakaknya, meski mereka sendiri mungkin tidak memiliki solusi atau kekuatan untuk mengubah keadaan. Ada saat ketika anak bungsu berusaha menjaga perasaan kakaknya tetap stabil dengan menyembunyikan kekhawatiran mereka sendiri agar tidak menambah beban kakaknya. Pada akhirnya, anak bungsu seringkali merasa terjebak di antara konflik dan tantangan kakak-kakaknya.
ADVERTISEMENT
Siapa yang Mendengar Masalah Anak Bungsu?
Yang menjadi pertanyaan penting adalah, ketika anak bungsu mengetahui dan menyimpan begitu banyak masalah keluarga, siapa yang mengetahui atau peduli dengan masalah anak bungsu? Dalam banyak kasus, anak bungsu merasa kesepian karena kebutuhan emosional mereka sendiri tidak mendapat perhatian yang cukup. Anak bungsu sering kali dipandang sebagai anggota keluarga yang paling “baik-baik saja” karena posisinya yang lebih terlindungi. Namun, di balik pandangan ini, mungkin ada perasaan diabaikan atau kurang dipahami.
Ketika orang tua sibuk dengan masalahnya sendiri atau fokus pada kakak yang menghadapi berbagai tantangan hidup, masalah anak bungsu bisa dianggap sepele. Sering kali, mereka tidak dianggap memiliki beban berat, atau bahkan diabaikan karena dianggap tidak menghadapi masalah sebesar kakak-kakaknya. Padahal, perasaan tidak diperhatikan dan tidak didengar ini dapat meninggalkan dampak emosional yang signifikan.
ADVERTISEMENT
Beban Emosional yang Tersembunyi
Perasaan seperti terjebak di antara masalah orang tua dan kakak, sambil merasa tidak dipedulikan, bisa menyebabkan anak bungsu mengalami berbagai macam perasaan negatif, seperti kesepian, kebingungan, dan frustasi. Tanpa ruang untuk berbicara atau berbagi masalah mereka sendiri, anak bungsu mungkin belajar menekan emosi atau menahan segala sesuatu di dalam hati. Kondisi ini bisa berdampak pada kesehatan mental jangka panjang, seperti perasaan kurang dihargai atau tidak layak mendapat perhatian.
Bagaimana Anak Bungsu Bisa Menghadapi Ini?
Bagi anak bungsu, penting untuk menyadari bahwa perasaan mereka valid dan perlu diungkapkan. Meski tidak selalu mudah, penting untuk mencari ruang aman, baik itu melalui teman, saudara, atau bahkan terapis, untuk bisa berbagi perasaan dan mencari dukungan. Menjaga keseimbangan emosional adalah hal yang sangat penting, terlebih jika anak bungsu merasa selalu menjadi “penyimpan” masalah keluarga tanpa ada yang mendengarkan keluhannya.
ADVERTISEMENT
Jika kamu merasa tertekan atau tidak diperhatikan, berbicara secara terbuka kepada keluarga tentang perasaanmu bisa menjadi langkah awal untuk mendapatkan perhatian yang layak. Dalam situasi ini, komunikasi menjadi kunci penting agar kebutuhan emosional anak bungsu juga dapat didengar dan diperhatikan.