Konten dari Pengguna

Hiburan dan Nutrisi: Kebiasaan Gen Z Makan Sambil Menonton Youtube

Ajeng Wiko Rimadani
Mahasiswa Univeraitas Amikom Purwokerto
27 September 2024 18:24 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajeng Wiko Rimadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : istockphoto.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perilaku makan sambil menonton kartun atau tayangan YouTube semakin umum ditemui di kalangan Gen Z. Fenomena ini bisa ditinjau dari beberapa sudut pandang psikologi yang melibatkan aspek kebiasaan, perhatian, serta kesejahteraan emosional. Artikel ini akan membahas secara rinci perilaku tersebut, dengan fokus pada efeknya terhadap kesehatan mental dan fisik, serta latar belakang psikologis yang mendorong kecenderungan ini.
ADVERTISEMENT
1. Asal-Usul Kebiasaan Makan Sambil Menonton
Kebiasaan makan sambil menonton tidaklah baru; banyak orang dari berbagai generasi sering kali melakukannya untuk bersantai. Namun, bagi Gen Z, yang tumbuh bersama teknologi dan akses tak terbatas ke media digital, perilaku ini sudah menjadi norma yang kuat. Salah satu alasan utama perilaku ini adalah kemudahan akses ke konten digital melalui perangkat seperti smartphone, tablet, atau televisi pintar. Psikologi kebiasaan menjelaskan bahwa perilaku ini sering terbentuk dari pengulangan dan asosiasi positif antara makan dan menonton.
Menurut teori pengkondisian operan dari B.F. Skinner, perilaku dapat diperkuat oleh konsekuensi yang menyenangkan. Dalam hal ini, makanan memberikan stimulus sensoris yang menyenangkan (rasa, aroma, tekstur), sementara menonton video atau kartun memberikan stimulasi visual dan kognitif yang menghibur. Kombinasi dari dua kegiatan yang menyenangkan ini membuat keduanya saling memperkuat dan menjadi kebiasaan yang sulit dipisahkan.
ADVERTISEMENT
2. Pengaruh Terhadap Konsumsi Makanan
Secara psikologis, makan sambil menonton dapat mempengaruhi cara individu menyadari asupan makanan mereka. Ketika seseorang terlalu fokus pada tayangan yang ditonton, kemampuan untuk mengenali isyarat kenyang dari tubuhnya bisa berkurang. Ini dikenal sebagai eating mindlessly atau makan tanpa perhatian. Ketidakmampuan untuk mengenali tanda kenyang dapat menyebabkan seseorang makan secara berlebihan, yang kemudian berdampak pada kenaikan berat badan atau pola makan yang tidak sehat.
Penelitian oleh Harvard T.H. Chan School of Public Health menunjukkan bahwa perhatian yang teralihkan, seperti saat makan sambil menonton TV atau YouTube, meningkatkan risiko overeating karena otak tidak sepenuhnya fokus pada sinyal kenyang dari tubuh. Ini berisiko memunculkan kebiasaan yang tidak sehat seperti binge eating.
ADVERTISEMENT
3. Efek pada Kesehatan Mental
Di satu sisi, menonton kartun atau konten YouTube yang menghibur dapat memberikan rasa nyaman atau escapism (pelarian) dari stres sehari-hari. Gen Z, yang sering kali menghadapi tekanan sosial dan akademis, mungkin menggunakan aktivitas ini sebagai cara untuk melepaskan diri dari stresor eksternal. Teori keseimbangan emosional dalam psikologi menjelaskan bahwa manusia mencari cara untuk menenangkan diri ketika menghadapi situasi yang penuh tekanan. Dalam konteks ini, menonton sesuatu yang lucu atau ringan sambil makan bisa membantu melepaskan hormon dopamin yang memberikan perasaan bahagia dan rileks.
Namun, secara jangka panjang, kebiasaan ini dapat berdampak negatif jika menjadi mekanisme coping yang terlalu diandalkan. Misalnya, ketergantungan pada tayangan sebagai cara untuk mengatasi stres dapat menggantikan cara-cara yang lebih sehat, seperti berbicara dengan teman atau berolahraga. Dalam beberapa kasus, perilaku ini bahkan bisa menjadi tanda awal emotional eating, di mana seseorang makan bukan karena lapar fisik, melainkan untuk mengatasi emosi yang tidak menyenangkan.
ADVERTISEMENT
4. Pengaruh Terhadap Fokus dan Perhatian
Konsentrasi adalah salah satu hal yang bisa terganggu ketika makan sambil menonton. Ketika perhatian terbagi antara aktivitas makan dan menonton, hal ini menciptakan multitasking yang sering kali kurang efisien. Penelitian menunjukkan bahwa manusia sebenarnya tidak benar-benar bisa melakukan dua hal sekaligus secara optimal. Akibatnya, kemampuan untuk menikmati makanan secara sadar dan terhubung dengan pengalaman sensoris selama makan menurun.
Dalam jangka panjang, ini dapat mengubah persepsi kita terhadap makanan. Menurut psikolog Susan Albers, makan dengan penuh perhatian atau mindful eating penting untuk membantu kita lebih menghargai makanan dan mendengarkan tubuh kita. Jika kebiasaan makan sambil menonton berlanjut tanpa kontrol, hal ini dapat mempengaruhi hubungan seseorang dengan makanan serta menurunkan kualitas pengalaman makan secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
5. Motivasi Gen Z di Balik Perilaku Ini
Dari sudut pandang psikologi perkembangan, Gen Z tumbuh di dunia yang didominasi oleh media digital dan koneksi internet yang cepat. Konten media seperti YouTube dan kartun menjadi bagian besar dari kehidupan sehari-hari mereka. Alasan lain di balik perilaku ini adalah adanya dorongan kuat untuk mendapatkan hiburan cepat dan mudah di tengah rutinitas harian. Media sosial dan platform digital memberikan kepuasan instan yang sering kali diandalkan untuk mengisi waktu, termasuk saat makan.
Selain itu, Gen Z dikenal sebagai generasi yang sangat terhubung dengan kebiasaan multitasking. Mereka terbiasa melakukan banyak aktivitas sekaligus—menonton, makan, dan menggunakan media sosial secara bersamaan. Meski multitasking sering kali diklaim sebagai keunggulan, dalam konteks makan, hal ini bisa mengurangi kemampuan untuk merasakan kesadaran penuh akan apa yang dilakukan.
ADVERTISEMENT
6. Dampak Jangka Panjang dan Saran Perbaikan
Kebiasaan makan sambil menonton mungkin terlihat tidak berbahaya, namun bila tidak diatur, dapat menyebabkan masalah jangka panjang seperti gangguan pola makan, kurangnya kesadaran akan kualitas makanan, serta penurunan fokus. Dalam jangka panjang, ini dapat berdampak pada kesehatan fisik (seperti obesitas) dan kesehatan mental (seperti kecenderungan bergantung pada makanan dan hiburan untuk kenyamanan emosional).
Untuk membantu mengatasi kebiasaan ini, pendekatan mindful eating atau makan dengan penuh kesadaran bisa diperkenalkan. Teknik ini melibatkan fokus sepenuhnya pada makanan yang dikonsumsi, merasakan setiap gigitan, dan menyadari isyarat tubuh tentang rasa kenyang. Mindful eating tidak hanya membantu seseorang lebih sadar akan pola makannya, tetapi juga memperbaiki hubungan dengan makanan secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, sebaiknya konten hiburan dipisahkan dari waktu makan untuk memaksimalkan pengalaman kedua aktivitas tersebut. Bagi Gen Z, penting untuk menyadari kapan mereka benar-benar membutuhkan hiburan sebagai pelarian, dan kapan waktu terbaik untuk fokus pada makanan sebagai kebutuhan fisik.