Konten dari Pengguna

Ketenangan dalam Hujan: Apakah Suara Hujan Membuat Rileks?

Ajeng Wiko Rimadani
Mahasiswa Univeraitas Amikom Purwokerto
23 September 2024 15:15 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajeng Wiko Rimadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : istockphoto.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Banyak orang merasakan ketenangan yang mendalam saat hujan turun. Fenomena ini bukan hanya sekadar pengalaman subjektif, tetapi juga telah menjadi subjek penelitian ilmiah di berbagai bidang seperti psikologi, neurosains, dan ekologi. Para ilmuwan telah mengeksplorasi berbagai aspek suara, lingkungan, dan efek fisiologis yang terjadi saat hujan, yang menjelaskan mengapa banyak dari kita merasa lebih tenang. Berikut ini adalah penjelasan rinci berdasarkan penelitian mengenai mengapa pikiran kita terasa lebih tenang ketika hujan.
ADVERTISEMENT
1. Suara Hujan sebagai White Noise
Salah satu elemen utama yang menenangkan pikiran saat hujan adalah suara ritmis tetesan air hujan. Penelitian tentang white noise menunjukkan bahwa suara dengan pola yang stabil, seperti hujan, dapat menutupi kebisingan lain yang bersifat acak dan mengganggu. White noise, termasuk suara hujan, membantu otak kita berfokus pada satu jenis suara yang konsisten, mengurangi kemungkinan terganggu oleh rangsangan lain yang bisa meningkatkan kecemasan atau stres.
Menurut penelitian yang diterbitkan di Journal of Sound and Vibration, white noise, termasuk suara hujan, secara signifikan dapat meningkatkan kualitas tidur dan menenangkan sistem saraf. Dengan menyamarkan kebisingan lingkungan lain, white noise membantu menciptakan suasana yang lebih damai dan fokus, menginduksi rasa tenang dalam pikiran kita.
ADVERTISEMENT
2. Efek Suhu yang Lebih Sejuk pada Stres
Penurunan suhu yang sering menyertai hujan juga memainkan peran penting dalam menenangkan pikiran. Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan di American Physiological Society menemukan bahwa suhu yang lebih rendah dapat mengurangi stres fisiologis. Saat suhu menurun, tubuh tidak perlu bekerja keras untuk menjaga suhu inti, sehingga mengurangi beban kerja fisik dan memberikan rasa nyaman.
Selain itu, temperatur yang lebih sejuk merangsang produksi melatonin, hormon yang terkait dengan rasa kantuk dan relaksasi. Melatonin juga membantu mengatur ritme sirkadian tubuh, yang menjelaskan mengapa saat hujan, kita sering kali merasa lebih nyaman, bahkan cenderung ingin tidur.
3. Kondisi Cahaya Redup dan Pengaruhnya pada Sistem Saraf
Cahaya matahari yang terhalang oleh awan saat hujan menyebabkan intensitas cahaya yang lebih redup. Penelitian yang diterbitkan di Journal of Environmental Psychology menemukan bahwa cahaya redup dapat menenangkan sistem saraf, karena cahaya yang kuat dapat merangsang respons stres tubuh. Ketika paparan cahaya menurun, kortisol—hormon stres—juga mengalami penurunan, yang menyebabkan suasana hati menjadi lebih tenang.
ADVERTISEMENT
Bahkan ada penelitian yang menunjukkan bahwa cahaya alami yang lembut dan cenderung abu-abu, seperti yang terjadi saat hujan, dapat meningkatkan produksi serotonin dalam otak, neurotransmitter yang mempengaruhi suasana hati dan kebahagiaan. Penurunan rangsangan visual ini membantu mengurangi aktivitas mental yang berlebihan, memfasilitasi rasa damai dan fokus yang lebih mendalam.
4. Pengaruh Psikologis dari Suara Alam
Banyak penelitian telah menyoroti efek menenangkan dari suara alam, termasuk suara hujan. Studi yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) menunjukkan bahwa mendengarkan suara alam dapat menurunkan aktivitas di jaringan otak yang terkait dengan stres, seperti amigdala. Hujan, sebagai bagian dari suara alam yang lembut dan ritmis, memiliki efek yang sama.
ADVERTISEMENT
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa suara alam, termasuk hujan, membantu merangsang sistem saraf parasimpatik, yang bertanggung jawab untuk respons “istirahat dan cerna” tubuh. Ketika sistem ini aktif, tubuh memasuki mode relaksasi, detak jantung melambat, dan tekanan darah menurun—semua ini berkontribusi pada perasaan tenang yang kita alami saat hujan.
5. Aroma Hujan (Petrichor) dan Efeknya pada Otak
Hujan sering kali disertai dengan aroma khas yang muncul saat tetesan air menyentuh tanah kering, yang dikenal sebagai petrichor. Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan di Royal Society of Chemistry menemukan bahwa petrichor dihasilkan oleh kombinasi minyak tanaman dan senyawa kimia geosmin yang dilepaskan oleh bakteri tanah saat terkena air. Aroma ini tidak hanya menyenangkan tetapi juga memicu respon positif di otak.
ADVERTISEMENT
Studi lain menunjukkan bahwa petrichor dapat memiliki efek relaksasi pada sistem saraf. Peneliti menduga bahwa aroma ini memicu kenangan evolusioner dari masa ketika hujan merupakan sinyal bahwa air, sumber daya penting bagi kehidupan, telah tersedia. Pengalaman sensorik ini, terutama pada tingkat bawah sadar, membantu meredakan kecemasan dan meningkatkan perasaan tenang dan puas.
6. Persepsi Sosial dan Budaya tentang Hujan
Selain faktor fisiologis, penelitian juga menunjukkan bahwa asosiasi sosial dan budaya memainkan peran penting dalam cara kita merespons hujan. Dalam banyak budaya, hujan dikaitkan dengan kesuburan, pembaruan, dan kedamaian. Penelitian psikologis menunjukkan bahwa asosiasi budaya ini dapat memperkuat perasaan tenang dan refleksi diri saat hujan turun.
Misalnya, dalam konteks literatur dan seni, hujan sering kali digambarkan sebagai simbol dari pembersihan atau introspeksi emosional. Peneliti di bidang psikologi budaya menunjukkan bahwa eksposur terus-menerus terhadap simbol-simbol ini mempengaruhi respons kita terhadap hujan, menyebabkan kita merasa lebih cenderung untuk merenung, istirahat, atau bahkan merasakan kedamaian saat hujan turun.
ADVERTISEMENT
7. Dampak Langsung pada Sistem Limbik Otak
Penelitian neurosains juga memberikan wawasan penting tentang mengapa kita merasa lebih tenang saat hujan. Suara dan suasana hujan diyakini mempengaruhi sistem limbik, bagian otak yang bertanggung jawab untuk mengatur emosi dan memori. Hujan cenderung memicu pelepasan dopamin dan serotonin, neurotransmitter yang berkaitan dengan perasaan nyaman dan bahagia.
Studi yang dilakukan oleh University of Sussex menemukan bahwa suara alam, termasuk hujan, menurunkan aktivitas di bagian otak yang berhubungan dengan stres, seperti korteks prefrontal. Ini menjelaskan mengapa banyak orang merasa lebih reflektif dan rileks ketika mereka mendengarkan suara hujan atau mengalami suasana hujan.
8. Penelitian tentang Ketergantungan pada Aktivitas Sosial
Penelitian sosial juga menunjukkan bahwa hujan cenderung mengurangi aktivitas sosial di luar rumah. Sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Social and Personal Relationships menemukan bahwa saat hujan, orang-orang cenderung menunda kegiatan luar ruangan dan lebih memilih aktivitas yang lebih santai, seperti membaca atau menonton film. Penurunan aktivitas sosial ini memberikan waktu lebih banyak bagi individu untuk introspeksi, yang berkontribusi pada perasaan ketenangan dan damai.
ADVERTISEMENT