Konten dari Pengguna

Komunikasi Orang Tua dan Anak: Kehilangan Arti Rumah di Tengah Kebersamaan

Ajeng Wiko Rimadani
Mahasiswa Univeraitas Amikom Purwokerto
13 Oktober 2024 15:49 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajeng Wiko Rimadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : istockphoto.com
ADVERTISEMENT
Pengasuhan yang penuh dengan kasih sayang dan apresiasi sangat penting untuk mendukung perkembangan psikologis anak. Namun, ketika orang tua jarang atau bahkan tidak pernah memuji anaknya, tidak menjadi tempat curhat atau bercerita, dan tidak mengekspresikan rasa sayang secara terbuka, hal ini bisa berdampak serius pada perkembangan emosional dan mental anak. Anak yang tumbuh dalam lingkungan seperti ini bisa mengalami berbagai masalah, mulai dari gengsi yang berlebihan, ketidakmampuan untuk mengungkapkan perasaan, hingga kebahagiaan yang tergantung pada orang lain, terutama teman-temannya. Artikel ini akan membahas secara rinci tentang bagaimana kurangnya apresiasi dan kasih sayang dari orang tua bisa memengaruhi perkembangan anak serta dampak jangka panjangnya.
ADVERTISEMENT
1. Penghargaan yang Minim Menumbuhkan Rasa Gengsi yang Tinggi
Anak yang tidak pernah menerima pujian atau apresiasi dari orang tuanya cenderung mengembangkan rasa gengsi yang besar. Rasa gengsi ini muncul sebagai mekanisme pertahanan diri. Mereka merasa kurang berharga di hadapan orang tua sehingga berusaha menjaga citra diri dengan bersikap keras dan menutupi kelemahan mereka. Karena takut untuk menunjukkan kelemahan atau meminta bantuan, anak tumbuh menjadi pribadi yang enggan untuk mengakui kesalahan atau kekurangan. Gengsi ini membuat mereka tidak nyaman untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya dirasakan atau dibutuhkan.
Bahkan, dalam situasi di mana mereka membutuhkan pertolongan atau dukungan, mereka lebih memilih untuk diam daripada meminta bantuan karena rasa gengsi yang tinggi ini. Akibatnya, anak-anak ini sering kali merasa terisolasi dan kesulitan dalam mengelola emosinya.
ADVERTISEMENT
2. Ketidakmampuan Mengungkapkan Perasaan dan Cenderung Diam
Kurangnya apresiasi juga menumbuhkan perasaan rendah diri. Ketika seorang anak tidak pernah mendapatkan pujian atas usaha dan pencapaiannya, mereka mulai meragukan nilai dari apa yang mereka lakukan. Lama-kelamaan, mereka merasa tidak ada gunanya berbicara atau mengungkapkan perasaan mereka karena tidak ada yang menghargai atau peduli. Mereka tumbuh menjadi pribadi yang lebih banyak diam dan menahan diri untuk tidak berbagi cerita atau perasaan dengan orang lain.
Selain itu, karena orang tua tidak pernah menjadi tempat untuk bercerita atau curhat, anak tidak memiliki referensi atau kebiasaan untuk berbicara tentang masalah atau perasaannya kepada orang yang lebih tua. Mereka mungkin merasa tidak nyaman atau tidak yakin untuk bercerita kepada siapa pun, karena tidak terbiasa mendapatkan dukungan emosional dari orang tua.
ADVERTISEMENT
3. Kurangnya Rasa Gembira dalam Menjalani Hidup
Apresiasi dari orang tua merupakan salah satu bentuk pengakuan yang paling penting bagi anak. Ketika anak merasa dihargai, mereka akan lebih termotivasi untuk melakukan hal-hal yang mereka sukai, dan merasa gembira dalam prosesnya. Namun, ketika anak tidak pernah diapresiasi, bahkan untuk pencapaian kecil, mereka kehilangan rasa senang dalam melakukan berbagai aktivitas. Setiap hal yang mereka lakukan terasa tidak berarti karena tidak ada yang mengakui usaha mereka.
Hal ini juga bisa menimbulkan perasaan putus asa. Anak-anak ini mungkin merasa bahwa tidak peduli seberapa keras mereka mencoba, mereka tidak akan pernah mendapatkan pengakuan atau penghargaan. Akhirnya, mereka kehilangan motivasi untuk mencoba atau mengejar apa yang sebenarnya mereka inginkan dalam hidup. Kegembiraan dalam menjalani kehidupan pun berkurang, dan mereka lebih sering merasa hampa dan tak bersemangat.
ADVERTISEMENT
4. Teman Menjadi Nomor Satu dan Sumber Kebahagiaan
Ketika anak merasa tidak mendapatkan dukungan emosional dari orang tua, mereka akan mencari dukungan dari sumber lain. Dalam banyak kasus, teman-teman menjadi pengganti orang tua sebagai tempat curhat, tempat mencari pengakuan, dan sumber kebahagiaan. Teman-teman memberikan ruang di mana anak merasa diterima, didengarkan, dan dihargai—sesuatu yang tidak mereka dapatkan dari keluarga.
Namun, ketergantungan yang terlalu besar pada teman juga memiliki risiko. Anak bisa menjadi terlalu bergantung pada validasi dari lingkungan pertemanannya. Setiap keputusan, setiap langkah, bisa dipengaruhi oleh keinginan untuk diterima dan diakui oleh teman-temannya. Hal ini membuat anak kehilangan identitas dan kepercayaan diri yang sejati, karena kebahagiaan mereka sangat tergantung pada penerimaan dari orang lain. Jika hubungan dengan teman-teman ini goyah atau berakhir, anak akan kehilangan sumber kebahagiaan dan merasa semakin terisolasi.
ADVERTISEMENT
5. Dampak Jangka Panjang Terhadap Kesehatan Mental
Kombinasi dari gengsi yang berlebihan, ketidakmampuan mengungkapkan perasaan, kurangnya kebahagiaan, dan ketergantungan pada teman sebagai sumber kebahagiaan dapat memberikan dampak yang serius terhadap kesehatan mental anak dalam jangka panjang. Anak-anak ini lebih rentan mengalami gangguan kecemasan, depresi, dan kesulitan dalam menjalin hubungan yang sehat di masa depan. Mereka mungkin mengalami kesulitan untuk mengenali dan mengelola emosi mereka sendiri, serta merasa selalu kurang dalam berbagai aspek kehidupan.
Selain itu, hubungan dengan orang tua pun bisa memburuk seiring berjalannya waktu. Anak-anak ini mungkin merasa semakin jauh dari orang tuanya dan enggan untuk mencoba memperbaiki hubungan tersebut. Mereka cenderung menyimpan luka emosional yang mendalam, yang jika tidak diatasi, bisa berpengaruh pada cara mereka berhubungan dengan orang lain di kemudian hari, termasuk dalam kehidupan pernikahan atau sebagai orang tua nantinya.
ADVERTISEMENT
6. Apa yang Bisa Dilakukan untuk Mengatasi Masalah Ini?
Mengatasi dampak dari kurangnya apresiasi dan kasih sayang dari orang tua membutuhkan waktu dan usaha. Langkah pertama adalah menyadari bahwa masalah ini ada dan mengidentifikasi emosi serta pola pikir yang terbentuk karena pengasuhan yang kurang suportif. Konseling atau terapi dengan psikolog bisa sangat membantu untuk mengenali dan mengatasi perasaan-perasaan negatif yang terbentuk sejak masa kecil.
Selain itu, penting juga untuk membangun hubungan yang sehat dengan orang lain, baik itu dengan teman, pasangan, atau bahkan keluarga. Memiliki dukungan dari orang-orang yang peduli dan menghargai kita bisa membantu memperbaiki luka-luka emosional yang ada.
Terakhir, belajar untuk menghargai diri sendiri adalah langkah penting. Meskipun apresiasi dari orang tua sangat berharga, kita perlu menyadari bahwa kita tidak perlu terus-menerus bergantung pada pengakuan dari orang lain untuk merasa berharga. Mempraktikkan self-love dan self-compassion bisa membantu untuk membangun rasa percaya diri dan kebahagiaan yang lebih sejati dari dalam diri.
ADVERTISEMENT