Konten dari Pengguna

Menghadapi Ketidakpuasan Hidup: Mengapa Selalu Kurang dan Sulit Bersyukur?

Ajeng Wiko Rimadani
Mahasiswa Univeraitas Amikom Purwokerto
9 September 2024 10:49 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ajeng Wiko Rimadani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : istockphoto.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Rasa kurang puas dan sulit untuk bersyukur adalah fenomena yang banyak dialami oleh orang-orang di era modern. Meskipun hidup di tengah kemajuan teknologi dan kelimpahan materi, masih banyak yang merasa bahwa mereka belum cukup memiliki. Hal ini bukan hanya persoalan materi, melainkan menyangkut kondisi psikologis yang lebih dalam. Artikel ini akan membahas secara rinci mengenai penyebab seseorang merasa selalu kekurangan, mengapa kita sulit bersyukur, serta dampaknya terhadap kesejahteraan mental dan cara mengatasi perasaan tersebut.
ADVERTISEMENT
1. Akar dari Perasaan Selalu Kekurangan
Merasa kekurangan bukan selalu berarti kurang secara finansial atau materi. Ada beberapa penyebab utama dari rasa selalu kurang:
• Perbandingan Sosial yang Tidak Sehat
Kehidupan modern dengan media sosial membuat kita lebih mudah melihat kehidupan orang lain. Sering kali, kita membandingkan diri kita dengan orang yang kita anggap lebih berhasil atau lebih bahagia. Melihat pencapaian orang lain, perjalanan mereka ke tempat eksotis, atau barang-barang mahal yang mereka miliki, bisa memicu rasa tidak puas terhadap apa yang kita miliki sendiri. Dalam psikologi, ini disebut upward social comparison, di mana kita cenderung membandingkan diri dengan mereka yang tampaknya lebih baik, bukan dengan mereka yang mungkin berada di situasi yang lebih sulit.
ADVERTISEMENT
• Standar yang Terlalu Tinggi
Banyak orang menetapkan standar hidup yang terlalu tinggi, baik dalam hal karier, hubungan, ataupun pencapaian pribadi. Ketika harapan ini tidak tercapai, perasaan kurang dan ketidakpuasan muncul. Hal ini sering kali tidak proporsional dengan realitas, karena apa yang kita anggap sebagai “cukup” sering kali berubah seiring waktu dan pencapaian kita.
• Kondisi Psikologis dan Kesehatan Mental
Depresi, kecemasan, dan stres kronis bisa memicu perasaan bahwa hidup tidak pernah cukup. Seseorang yang mengalami depresi cenderung melihat dunia dalam perspektif negatif, di mana segala hal terasa tidak memadai. Kecemasan membuat seseorang selalu merasa ada sesuatu yang kurang atau salah dalam hidupnya, bahkan jika secara objektif mereka berada dalam situasi yang baik.
ADVERTISEMENT
• Kebutuhan Emosional yang Tak Terpenuhi
Perasaan kekurangan tidak selalu berkaitan dengan materi, tetapi bisa berasal dari kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi, seperti rasa cinta, dukungan, atau validasi. Seseorang mungkin memiliki segala hal secara material, namun merasa kosong secara emosional karena kurangnya kedekatan atau hubungan yang mendalam.
2. Mengapa Sulit untuk Bersyukur?
Bersyukur adalah tindakan menyadari dan menghargai apa yang kita miliki. Namun, ada beberapa alasan mengapa kita sulit melakukannya:
• Kebiasaan Fokus pada Kekurangan
Banyak orang memiliki kebiasaan untuk lebih fokus pada apa yang belum mereka miliki daripada pada apa yang sudah ada di tangan mereka. Secara psikologis, ini terkait dengan bias negatif, di mana otak kita lebih cenderung mengingat pengalaman atau hal-hal negatif daripada yang positif. Ini berfungsi sebagai mekanisme bertahan hidup, namun dalam kehidupan modern, hal ini bisa menyebabkan perasaan tidak puas.
ADVERTISEMENT
• Budaya Konsumerisme dan Kompetisi
Kita hidup dalam masyarakat yang sangat kompetitif, di mana kesuksesan diukur melalui seberapa banyak yang kita miliki, apakah itu uang, status, atau barang-barang material. Iklan dan media sosial sering kali mempromosikan gaya hidup mewah sebagai simbol kebahagiaan dan pencapaian. Akibatnya, kita terjebak dalam siklus konsumerisme, di mana kita terus-menerus merasa butuh lebih banyak untuk bisa bahagia.
• Tidak Meluangkan Waktu untuk Refleksi
Di tengah kesibukan sehari-hari, kita jarang meluangkan waktu untuk merenungkan apa yang kita miliki. Bersyukur memerlukan kesadaran penuh, dan tanpa momen refleksi, kita mudah terjebak dalam rutinitas tanpa menyadari keberlimpahan kecil yang sebenarnya kita miliki.
3. Dampak Terhadap Kesehatan Mental
Perasaan selalu kekurangan dan sulit bersyukur bisa berdampak negatif terhadap kesejahteraan mental seseorang. Berikut beberapa dampak yang mungkin terjadi:
ADVERTISEMENT
• Kecemasan dan Stres
Terus-menerus merasa bahwa kita tidak memiliki cukup bisa memicu kecemasan dan stres. Pikiran ini sering kali disertai dengan ketakutan bahwa kita tidak akan pernah mencapai apa yang kita inginkan, dan ini bisa menciptakan tekanan yang berkelanjutan dalam hidup.
• Depresi
Rasa kekurangan yang konstan bisa berujung pada depresi. Ketidakmampuan untuk melihat hal-hal positif dalam hidup kita membuat kita terjebak dalam lingkaran negatif yang sulit untuk dipatahkan. Depresi bisa memperburuk perasaan kekurangan, menciptakan siklus yang sulit untuk dihentikan.
• Kehilangan Rasa Makna Hidup
Sulit untuk merasa bahagia atau puas jika kita selalu berfokus pada apa yang kita tidak miliki. Hal ini bisa membuat seseorang merasa hidup mereka tidak bermakna atau tidak berharga, karena kebahagiaan selalu tampak seperti sesuatu yang berada di luar jangkauan.
ADVERTISEMENT
4. Cara Mengatasi Perasaan Kekurangan dan Meningkatkan Rasa Syukur
Meskipun perasaan ini bisa sangat mengakar, ada beberapa cara yang bisa membantu kita untuk lebih bersyukur dan merasa cukup dengan apa yang kita miliki:
• Praktik Syukur Harian
Salah satu cara efektif untuk melawan perasaan kekurangan adalah dengan meluangkan waktu setiap hari untuk merenungkan hal-hal yang kita syukuri. Bisa berupa hal-hal kecil seperti cuaca yang cerah atau kebaikan yang diterima dari orang lain. Praktik ini membantu kita mengubah fokus dari kekurangan menjadi kelimpahan.
• Kurangi Perbandingan Sosial
Mengurangi waktu di media sosial atau membatasi interaksi dengan konten yang memicu perbandingan sosial bisa membantu kita untuk merasa lebih puas dengan kehidupan kita sendiri. Ingat bahwa apa yang kita lihat di media sosial sering kali hanya potongan terbaik dari hidup seseorang, dan tidak mencerminkan kenyataan penuh.
ADVERTISEMENT
• Refleksi Diri dan Penerimaan
Menerima bahwa hidup tidak selalu sempurna dan bahwa kebahagiaan bukan berasal dari pencapaian materi bisa membantu mengurangi rasa kekurangan. Penerimaan diri dan keadaan adalah langkah penting menuju kesejahteraan emosional.
• Cari Koneksi yang Lebih Dalam
Memenuhi kebutuhan emosional melalui hubungan yang mendalam dengan orang-orang di sekitar kita bisa membantu mengisi kekosongan yang mungkin kita rasakan. Teman dan keluarga yang mendukung bisa memberikan rasa cukup yang tidak bisa digantikan oleh pencapaian materi.